Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) menyebutkan, sampai saat ini Korea Selatan (Korsel) masih menerima penempatan pekerja migran Indonesia (PMI) meski dalam sebuah laporan negara itu menempati posisi ketiga berpeluang 25 persen mengalami resesi ekonomi.
Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Rhamdani di Jakarta, Minggu, mengatakan Korea Selatan sejauh ini belum memberi peringatan apa pun terkait rencana BP2MI memberangkatkan calon PMI ke negara itu pada Minggu malam.
"Sepanjang belum ada peringatan apa pun dari Pemerintah Korea (Selatan), berarti masih dinyatakan aman masuknya tenaga kerja asing (TKA) ke wilayah mereka," kata Benny.
Sebelumnya, pada 6 Juli lalu, Bloomberg melaporkan hasil survei Prakiraan Probabilitas Resesi menyebutkan Korea Selatan dan Jepang berada pada posisi ketiga dan keempat di bawah Sri Lanka dan Selandia Baru, dengan angka probabilitas resesi 25 persen.
"Kami tentu waspadai. Tapi sepanjang terkait penempatan, Korea (Selatan)-nya belum menyatakan bahwa adanya larangan tenaga kerja asing masuk Korea (Selatan), berarti masih aman," kata Benny.
Total jumlah calon PMI yang berangkat ke Korea Selatan mencapai 4.169 orang sejak 2021 setelah sempat tertunda dua tahun karena pandemi COVID-19.
Sebanyak 469 orang kemudian diberangkatkan lagi ke Korsel pada Minggu malam, dari hotel bintang empat di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Para calon PMI datang dari penjuru daerah di Indonesia seperti Jawa Timur dan Lombok, Nusa Tenggara Barat, untuk diberangkatkan ke Korea Selatan, ada yang mau ke Gwangju, ada pula ke Busan.
Turut hadir dalam acara tersebut, Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kementerian Kelautan dan Perikanan I Nyoman Radiarta.
Benny menggandeng pejabat unsur kementerian/lembaga dengan maksud memberi penghormatan yang layak kepada calon PMI selaku para pahlawan devisa negara ini.
Karena berdasarkan devisa yang disumbangkan oleh PMI adalah nomor dua paling besar setelah sektor minyak bumi dan gas (migas), yaitu Rp159,6 triliun setiap tahunnya.
"Sektor pariwisata itu hanya penyumbang devisa terbesar ketiga, penyumbang devisa terbesar kedua adalah PMI yaitu 159,6 triliun. Jadi begitu besar yang mereka berikan kepada negara ini tapi masih kecil yang kita berikan kepada mereka," kata Benny. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Rhamdani di Jakarta, Minggu, mengatakan Korea Selatan sejauh ini belum memberi peringatan apa pun terkait rencana BP2MI memberangkatkan calon PMI ke negara itu pada Minggu malam.
"Sepanjang belum ada peringatan apa pun dari Pemerintah Korea (Selatan), berarti masih dinyatakan aman masuknya tenaga kerja asing (TKA) ke wilayah mereka," kata Benny.
Sebelumnya, pada 6 Juli lalu, Bloomberg melaporkan hasil survei Prakiraan Probabilitas Resesi menyebutkan Korea Selatan dan Jepang berada pada posisi ketiga dan keempat di bawah Sri Lanka dan Selandia Baru, dengan angka probabilitas resesi 25 persen.
"Kami tentu waspadai. Tapi sepanjang terkait penempatan, Korea (Selatan)-nya belum menyatakan bahwa adanya larangan tenaga kerja asing masuk Korea (Selatan), berarti masih aman," kata Benny.
Total jumlah calon PMI yang berangkat ke Korea Selatan mencapai 4.169 orang sejak 2021 setelah sempat tertunda dua tahun karena pandemi COVID-19.
Sebanyak 469 orang kemudian diberangkatkan lagi ke Korsel pada Minggu malam, dari hotel bintang empat di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Para calon PMI datang dari penjuru daerah di Indonesia seperti Jawa Timur dan Lombok, Nusa Tenggara Barat, untuk diberangkatkan ke Korea Selatan, ada yang mau ke Gwangju, ada pula ke Busan.
Turut hadir dalam acara tersebut, Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kementerian Kelautan dan Perikanan I Nyoman Radiarta.
Benny menggandeng pejabat unsur kementerian/lembaga dengan maksud memberi penghormatan yang layak kepada calon PMI selaku para pahlawan devisa negara ini.
Karena berdasarkan devisa yang disumbangkan oleh PMI adalah nomor dua paling besar setelah sektor minyak bumi dan gas (migas), yaitu Rp159,6 triliun setiap tahunnya.
"Sektor pariwisata itu hanya penyumbang devisa terbesar ketiga, penyumbang devisa terbesar kedua adalah PMI yaitu 159,6 triliun. Jadi begitu besar yang mereka berikan kepada negara ini tapi masih kecil yang kita berikan kepada mereka," kata Benny. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022