Wall Street jatuh pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena imbal hasil obligasi pemerintah AS melonjak di atas level tiga persen yang penting secara psikologis dan harga minyak melonjak, mengipasi kekhawatiran tentang inflasi dan prospek kenaikan suku bunga.

Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 269,24 poin atau 0,81 persen, menjadi menetap di 32.910,90 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 44,91 poin atau 1,08 persen, menjadi berakhir di 4.115,77 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup melemah 88,96 poin atau 0,73 persen, menjadi 12.086,27 poin.

Sepuluh dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor real estat dan material masing-masing tergelincir 2,43 persen dan 2,1 persen, memimpin penurunan. Sementara itu, sektor energi naik 0,15 persen, satu-satunya kelompok yang memperoleh keuntungan.

Di antara beban terbesar dalam indeks S&P adalah saham Intel Corp anjlok 5,3 persen setelah Citi memangkas estimasi pembuat chip itu untuk kedua kalinya dalam seminggu.Citi menunjuk ketidakpastian tentang permintaan komputer pribadi dan memperkirakan perusahaan dapat mengumumkan pendapatan yang lebih lemah dari perkiraan untuk kuartal kedua. Saham chip lainnya juga turun.

Baca juga: Wall Street melemah, data ekonomi gagal redakan kecemasan kenaikan suku bunga

Harga minyak mentah Brent naik di atas 123 dolar AS per barel dan mencapai level tertinggi 13-minggu, sementara indeks sektor transportasi Dow Jones turun 3,8 persen, secara signifikan mengungguli indeks utama lainnya pada hari itu. Sektor energi S&P 500 adalah satu-satunya sektor yang berakhir lebih tinggi. 

"Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun naik lebih dari 3,0 persen. Itu mungkin bagian dari mengapa kita melihat penurunan di pasar hari ini," kata Robert Pavlik, manajer portofolio senior di Dakota Wealth di Fairfield, Connecticut.

"Tingkat itulah yang menjadi fokus orang karena mewakili peningkatan suku bunga dan cerminan dari inflasi dan volatilitas pasar."

Imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun naik setelah Departemen Keuangan AS melihat permintaan hangat untuk penjualan obligasi 10-tahun. Naiknya suku bunga cenderung negatif untuk saham.

Investor juga berhati-hati menjelang data harga konsumen AS pada Jumat (10/6/2022). Laporan tersebut diperkirakan menunjukkan bahwa inflasi tetap tinggi pada Mei, meskipun harga konsumen inti - yang mengecualikan sektor makanan dan energi yang bergejolak - kemungkinan turun secara tahunan.

Volume transaksi di bursa AS mencapai 10,62 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 12,26 miliar saham untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir. (*)

Baca juga: IHSG diprediksi melemah dipicu indeks saham Wall Street
 
 

 

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Abdullah Rifai


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022