Lembaga riset politik Surabaya Consulting Group (SCG) mengapresiasi pesan Presiden RI Joko Widodo kepada para sukarelawan Pro Jokowi (Projo) agar jangan tergesa-gesa berbicara tentang calon presiden pada Pemilu 2024.
"Kami perlu mengapresiasi Presiden Jokowi yang menempatkan urusan politik di belakang urusan pandemi dan pemulihan krisis ekonomi. Ini adalah sikap negarawan," kata Direktur Riset SCG Arif Budi Santoso kepada wartawan di Surabaya, Sabtu.
Pernyataan Jokowi tersebut disampaikan saat menghadiri Pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V Projo di Magelang, Jawa Tengah, hari ini.
Menurut Arif, langkah Jokowi tersebut menunjukkan seorang negarawan karena melangkah berdasarkan urusan prioritas atau urgensi kebangsaan, bukan sekadar urusan perebutan kekuasaan.
Terkait dengan arah dukungan politik, kata dia, bisa dibaca dari pidato Jokowi dalam momentum Rakernas Projo bahwa pria asal Surakarta itu sedang melakukan pemetaan politik.
Selain itu, pria yang akrab disapa Arif B.S. tersebut menilai Jokowi sedang mengirim sinyal dukungan. Namun, dengan sikap hati-hati yang memberi ruang penafsiran sangat luas.
"Meskipun secara semiotika jelas, Jokowi saya kira cukup taktis dengan mengucapkan kode 'meskipun mungkin yang kita dukung hadir di sini, tidak boleh terburu-buru'. Kata Pak Jokowi, 'ojo kesusu' (jangan tergesa-gesa), harap sabar," ucapnya.
Ia berpendapat bahwa bahasa-bahasa yang membuka peluang penafsiran dukungan kepada sosok hadir di lokasi adalah Ganjar Pranowo. Namun, pada saat sama menutup kemungkinan bahwa sikap Jokowi sudah final.
"Inilah hebatnya Pak Jokowi," ucap pria yang juga mantan wartawan tersebut.
Sebagai sosok berlatar belakang Jawa, menurut Arif, perilaku politik Jokowi yang hati-hati tersebut bisa jadi merujuk pada ungkapan alon-alon waton kelakon.
Filosofi ini, lanjut dia, menyampaikan pesan tentang kehati-hatian dan waspada agar segala asa bisa terwujud.
"Artinya Pak Jokowi sedang melakukan pemetaan politik terhadap siapa calon-calon yang bisa meneruskan program yang telah dia rintis. Dalam pemetaan itulah, calon yang bisa memberi kepastian sevisi dengan program Jokowi bisa mendapat dukungan dari beliau," tuturnya.
Terkait dengan signifikansi dukungan Jokowi kepada salah seorang calon, menurut Arif, relatif cukup besar.
Sosok Jokowi dinilainya masih digemari mayoritas rakyat, bahkan tingkat kepuasan meskipun fluktuatif pada masa pandemi, relatif masih cukup tinggi di kisaran 70 persen.
"Jokowi juga pastinya memiliki infrastruktur politik, termasuk para sukarelawan yang bisa digerakkan. Siapa pun calon yang didukung Jokowi, ibaratnya sudah selangkah lebih maju dalam kontestasi dibanding kompetitornya," kata Arif. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
"Kami perlu mengapresiasi Presiden Jokowi yang menempatkan urusan politik di belakang urusan pandemi dan pemulihan krisis ekonomi. Ini adalah sikap negarawan," kata Direktur Riset SCG Arif Budi Santoso kepada wartawan di Surabaya, Sabtu.
Pernyataan Jokowi tersebut disampaikan saat menghadiri Pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V Projo di Magelang, Jawa Tengah, hari ini.
Menurut Arif, langkah Jokowi tersebut menunjukkan seorang negarawan karena melangkah berdasarkan urusan prioritas atau urgensi kebangsaan, bukan sekadar urusan perebutan kekuasaan.
Terkait dengan arah dukungan politik, kata dia, bisa dibaca dari pidato Jokowi dalam momentum Rakernas Projo bahwa pria asal Surakarta itu sedang melakukan pemetaan politik.
Selain itu, pria yang akrab disapa Arif B.S. tersebut menilai Jokowi sedang mengirim sinyal dukungan. Namun, dengan sikap hati-hati yang memberi ruang penafsiran sangat luas.
"Meskipun secara semiotika jelas, Jokowi saya kira cukup taktis dengan mengucapkan kode 'meskipun mungkin yang kita dukung hadir di sini, tidak boleh terburu-buru'. Kata Pak Jokowi, 'ojo kesusu' (jangan tergesa-gesa), harap sabar," ucapnya.
Ia berpendapat bahwa bahasa-bahasa yang membuka peluang penafsiran dukungan kepada sosok hadir di lokasi adalah Ganjar Pranowo. Namun, pada saat sama menutup kemungkinan bahwa sikap Jokowi sudah final.
"Inilah hebatnya Pak Jokowi," ucap pria yang juga mantan wartawan tersebut.
Sebagai sosok berlatar belakang Jawa, menurut Arif, perilaku politik Jokowi yang hati-hati tersebut bisa jadi merujuk pada ungkapan alon-alon waton kelakon.
Filosofi ini, lanjut dia, menyampaikan pesan tentang kehati-hatian dan waspada agar segala asa bisa terwujud.
"Artinya Pak Jokowi sedang melakukan pemetaan politik terhadap siapa calon-calon yang bisa meneruskan program yang telah dia rintis. Dalam pemetaan itulah, calon yang bisa memberi kepastian sevisi dengan program Jokowi bisa mendapat dukungan dari beliau," tuturnya.
Terkait dengan signifikansi dukungan Jokowi kepada salah seorang calon, menurut Arif, relatif cukup besar.
Sosok Jokowi dinilainya masih digemari mayoritas rakyat, bahkan tingkat kepuasan meskipun fluktuatif pada masa pandemi, relatif masih cukup tinggi di kisaran 70 persen.
"Jokowi juga pastinya memiliki infrastruktur politik, termasuk para sukarelawan yang bisa digerakkan. Siapa pun calon yang didukung Jokowi, ibaratnya sudah selangkah lebih maju dalam kontestasi dibanding kompetitornya," kata Arif. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022