Emping Gerut Raflesia asal Bojonegoro, Jatim berkolaborasi dengan Millenial Job Center (MJC) menembus pasar Jepang melalui ekspor bersama Bea Cukai.

Founder dan Owner Emping Gerut Raflesia, Ana Nurhayati di Surabaya, Senin mengatakan, lolosnya produk Emping Gerut Raflesia ke pasar ekspor setelah mengikuti prosedur yang ditetapkan dinas terkait.

Ana mengakui, untuk mencapai penjualan ekspor melewati proses panjang, mulai dengan mengikuti kurasi yang diadakan dinas-dinas dan instansi-instansi pemerintah.

"Beberapa kendala juga kami hadapi, seperti kelengkapan dokumen ekspor, valas, cara pengiriman dan kendala bahasa," katanya.

Ana menjelaskan, awalnya produknya hanya dijual dari warung ke warung. "Itu pun banyak yang nolak, mereka bilang makanan sapi kok dijual," kata Ana.

Dari sinilah, kata Ana, dia mulai rajin mengikuti pelatihan, dan tidak malu menawarkan produknya ke acara undangan di luar kota hingga menemukan kesempatan berkolaborasi MJC, yakni pusat kreativitas kaum millennial, tempat bertemunya ide dan gagasan anak-anak muda di Jawa Timur.

MJC Jatim, kata Ana, membantu dan mendukung UKM potensial dari daerah yang jauh dari pusat kota untuk lebih dikenal menjadi produk unggulan di masyarakat.

"MJC melihat keunikan produk ini yang bahan utama adalah garut atau gerut, sejenis umbi-umbian yang mengandung nutrisi tinggi, tapi belum banyak diolah masyarakat. Padahal kalau di kota besar, bahan ini bisa jadi produk unggulan pengganti tepung gluten free," kata Ana.

MJC juga melihat produk Raflesia belum banyak terekspos secara digital marketingnya, sehingga tertarik dan diikutkan pelatihan EJSC (East Java Super Coridor) Bojonegoro lewat online.

"Diri sini, saya untuk mengikuti pelatihan foto produk. Setelah mendapatkan ilmunya, kami mulai memposting dan mempromosikan foto produk Emping Garut Raflesia melalui Facebook, Instagram dan WhatsApp Business," katanya.

Hasilnya, produk olahan garut Emping Garut Raflesia lolos masuk ke Indomaret, pameran di Grand City Surabaya, serta ekspor bersama Bea Cukai dan lain-lain.

Saat ini, kata Ana, dirinya sedang fokus pada pengembangan pemasaran produknya, karena sudah mengenal pasar lokal, nasional bahkan ekspor.

"Produk kami sudah dilengkapi dengan dokumen perixinan lengkap, seperti  PIRT, MUI, NIB, NPWP, juga terverifikasi uji kompetensi sebagai legalisasi produk cemilan," katanya.

Selain Jepang, tutur Ana, permintaan untuk ekspor juga mulai ada dari sejumlah negara seperti Singapura dan Malaysia.

Ana berharap, ke depan bisa mendapatkan stok ubi garut yang cukup, dan memiliki rumah produksi sendiri serta  mempunyai cabang baru. (*)

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022