Studi International Information System Security Certification Consortium menyoroti minimnya tenaga kerja perempuan di bidang keamanan siber, padahal perempuan memiliki risiko paling besar terpapar kejahatan siber.

Dalam studi itu disebutkan ada 2,72 juta kesenjangan tenaga profesional keamanan siber di seluruh dunia, dengan 52 persen di antaranya terdapat di kawasan Asia Pasifik, dan mencatat sedikitnya tenaga kerja perempuan di bidang keamanan siber hanya 25 persen secara global.

Executive Director Prestasi Junior Indonesia, Nico Kiroyan, dalam siaran persnya di Surabaya, Kamis mengatakan, riset tersebut memberikan aspirasi bagi perempuan bahwa mereka memiliki banyak kesempatan untuk mengisi kesenjangan di dunia kerja keamanan siber.

"Oleh karena itu, kami bekerja sama dengan Microsoft Indonesia membuat program uang akan memfasilitasi para pelajar mengenali seluk beluk kebutuhan industri keamanan siber di masa depan serta mengeksplorasi dan mengembangkan keterampilan dasar yang dibutuhkan sejak sekolah," katanya.

Business Strategy Director Microsoft Indonesia, Nina Wirahadikusumah mengatakan, program yang akan dikerjakan adalah menggelar "Seminar Women in Cybersecurity" untuk meningkatkan inklusivitas dan keberagaman talenta di dunia kerja keamanan siber.

Kegiatan yang akan digelar pada Sabtu (12/3) mendatang itu, sejalan dengan momentum Hari Perempuan Internasional.

"Inisiatif ini diharapkan dapat menjadi langkah awal yang penting dan inspiratif bagi talenta perempuan untuk memahami peluang pekerjaan bidang keamanan siber, merancang jalur pendidikan dan pengembangan diri menuju karier bidang keamanan siber di masa depan, serta mempelajari ragam kejahatan siber dan praktik terbaik berperilaku aman di dunia siber," katanya.

Sementara itu, salah satu kesalahan yang mengakibatkan terjadinya kejahatan siber adalah masih banyak masyarakat yang mengunggah foto kartu identitas dan mencantumkan nomor ponsel pribadi di media sosial, ditambah tidak bisa mengidentifikasi email berisi spam.

Berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika menunjukkan masyarakat yang mengunggah foto kartu identitas mencapai 38,9 persen, dan mencantumkan nomor ponsel pribadi 61 persen di media sosial serta tidak bisa mengidentifikasi email berisi spam/virus 51,5 persen.

Hal ini, kata Nina, patut diwaspadai mengingat serangan terhadap identitas adalah salah satu kejahatan siber yang kerap terjadi.

"Pada tahun 2021 saja, Microsoft mendeteksi dan memblokir 35,7 miliar email berbahaya dan 25,6 miliar upaya pembajakan autentikasi akun secara global," katanya.

Ia berharap, seminar yang digelar untuk umum ini mampu memberikan edukasi kepada perempuan di Indonesia, dan terhindar dari kejahatan siber.

Sementara itu, seminar dapat disaksikan secara langsung di kanal YouTube Prestasi Junior Indonesia melalui https://youtu.be/36yUUY-RRHA.(*)

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022