Komisaris PT PLN (Persero) Eko Sulistyo menulis buku berjudul "Jejak Listrik di Tanah Raja: Listrik dan Kolonialisme di Surakarta" yang bercerita tentang kehadiran listrik di tanah kolonial di Surakarta. 

"Pesan dari buku yang saya tulis ini adalah kajian historis yang menceritakan tentang kehadiran listrik di tanah kolonial di Surakarta," kata Eko usai melakukan bedah dan diskusi buku tersebut di Surabaya, Sabtu. 

Eko mengaku menulis buku tersebut karena ingin listrik tidak hanya dipahami dari infrastruktur kerasnya. Misalnya, soal jaringan SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra-Tinggi), gardu induk, dan travo. 

Akan tetapi, listrik ini juga menghadirkan jaringan lunak atau infrastruktur lunak yang ia sebut dengan perubahan sosial, budaya, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya. 

"Artinya, narasi tentang listrik yang dipahami dengan infrastruktur keras tadi supaya memiliki arti lain, bahwa ada dampak yang dihadirkan listrik terhadap infrastruktur lunak," katanya. 

Eko menjelaskan dari konteks sejarah yang ada di manapun, entah di kawasan Afrika, Eropa, di negara komunis maupun kapitalis, kota yang dialiri listrik itu akan menjadi kota yang secara ekonomi lebih maju dari daerah yang tidak dialiri listrik. 

"Ini yang memberi mandat bagi PLN untuk melistriki atau mencapai rasio elektrifikasi 100 persen. Supaya jangan sampai ada lubang dari daerah tertentu yang masih belum ada listriknya," ujarnya. 

PLN, lanjut Eko, terus mengejar rasio elektrifikasi tersebut karena kehadiran listrik di suatu daerah itu pasti akan memberikan dampak yang cepat, baik dari sisi ekonomi maupun pendidikan, kemudian dari sisi lainnya. 

Mengenai tantangan elektrifikasi 100 persen, Eko menyatakan PLN telah mencapai elektrifikasi sebesar 99,28 persen. "Sisanya adalah daerah-daerah terpencil, terluar yang secara geografis mempunyai akses yang sulit," kata Eko. 

Sementara itu, Direksi PT PJB Gong Matua Hasibuan menyambut baik diluncurkannya buku "Jejak Listrik di Tanah Raja: Listrik dan Kolonialisme di Surakarta".

Menurutnya, buku tersebut adalah buku pertama yang mencoba menjelaskan bisnis listrik. Selama ini, kata Gong, listrik konotasinya bisnis yang keras karena memakai mesin dan transmisinya tegangan tinggi. 

"Ternyata ada bahasa yang lugas. Kita bisa menjelaskan kepada para pelanggan tentang apa yang kita hadapi selama ini," ujarnya. 

"Ini menurut kami sangat luar biasa. Tidak hanya melalui buku. Tapi juga membangun komunikasi yang berbeda dari selama ini," ucapnya. 
 

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022