Manulife Indonesia mencatat klaim penyakit kritis di Indonesia meningkat dalam lima tahun terakhir sebesar 200 persen, yakni dari Rp12,5 miliar tahun 2015 menjadi Rp25,5 miliar di tahun 2020.

President Director & CEO Manulife Indonesia, Ryan Charland dalam siaran persnya di Surabaya, Sabtu mengatakan beberapa penyakit kritis itu di antaranya jantung, gagal ginjal, kanker dan stroke, yang merupakan empat penyakit katastropik teratas dalam hal biaya pengobatan termahal.

Selian itu, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah juga semakin meningkat dari tahun ke tahun. Setidaknya 15 dari 1.000 orang, atau sekitar 2.800.000 individu di Indonesia, terkena dampaknya setiap tahun.

"Mengingat biaya pengobatan yang besar terhadap penyakit kritis, kami bekerja sama dengan Bank DBS Indonesia melakukan inovasi dengan meluncurkan asuransi kesehatan yang akan melindungi nasabah dari 154 penyakit kritis," katanya.

Produk asuransi itu bernama MiEarly Critical Protection (MiECP), sebagai solusi perlindungan yang memberikan manfaat penyakit kritis tahap awal dan tahap akhir yang menawarkan pilihan pembayaran terbatas.

Ryan mengatakan, MiECP menyediakan fitur Power Reset yang memungkinkan nasabah mengatur ulang (reset) Uang Pertanggungan mereka sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.

Selain itu, kata dia, MiEarly Critical Protection (MiECP) juga menyediakan perlindungan mulai dari tahap awal penyakit kritis hingga tahap akhir penyakit kritis maupun manfaat unit perawatan intensif ini. Dengan demikian, masyarakat lebih fokus terhadap pemulihan dan mendapatkan ketenangan pikiran.

Ia berharap, dengan progran baru tersebut, nasabah bisa mendapatkan ketenangan finansial dari risiko penyakit kritis serta dapat mempersiapkan masa depan yang semakin hari semakin baik.(*)

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021