Dosen yang juga Wakil Rektor III Universitas Jember (Unej) Profesor Bambang Kuswandi masuk daftar 58 ilmuwan asal Indonesia yang paling berpengaruh di dunia berdasarkan versi Stanford University Amerika Serikat.
Profesor Bambang Kuswandi adalah guru besar dan peneliti di Fakultas Farmasi Unej yang fokus pada pengembangan sistem sensor kimia dan biologi untuk obat, pangan dan kesehatan.
"Alhamdulillah, tentu saja penghargaan itu menjadi penyemangat bagi saya untuk lebih giat meneliti dan bersyukur jika ternyata hasil penelitian saya dijadikan rujukan oleh peneliti lain," kata Bambang Kuswandi dalam rilis yang diterima ANTARA di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Kamis.
Menurutnya, sudah ada 70 karya tulis ilmiah hasil penelitiannya mengenai sensor kimia dan biologi yang dimuat oleh berbagai jurnal ilmiah internasional.
"Saya mulai meneliti sensor kimia dan biologi sejak menempuh kuliah pascasarjana di University of Manchester Institute of Science and Technology (UMIST) di Inggris tahun 1997 dan menjadikan kajian tersebut sebagai tema tesis dan disertasi," tuturnya.
Prof. Bambang memilih fokus pada sensor kimia dan biologi karena aplikasinya dibutuhkan oleh masyarakat luas, sementara untuk pengembangannya tidak selalu memerlukan standar laboratorium yang canggih.
Salah satu contoh sensor kimia yang dkembangkan antara lain sensor untuk mengetahui kesegaran ikan atau produk berbasis ikan seperti fillet ikan, sehingga dengan sensor itu maka konsumen bisa mengetahui dengan gampang apakah produk yang di belinya masih segar atau sudah tidak layak konsumsi.
"Jadi, sensor itu bisa ditempel di kemasan produk berbasis ikan atau bahkan daging lainnya. Jika sensor menunjukkan warna hijau maka masih segar, muncul warna merah berarti sudah tidak layak lagi untuk dikonsumsi," katanya.
Selain itu, ada juga sensor kimia untuk mengetahui apakah ada kandungan alkohol dalam sebuah produk makanan, kemudian di bidang kesehatan mengembangkan smart pads yakni pembalut wanita yang dipasangi sensor sehingga kalau dipakai bisa menunjukkan kadar kreatinin penggunanya.
Sementara untuk kaum pria dibentuk mirip alat tes kehamilan yang pemakaiannya dicelupkan ke urine, sehingga dengan sensor tersebut maka pasien tidak perlu tes dengan cara mengambil sampel darah.
"Untuk saat ini, penelitian yang saya lakukan adalah lab on tip, yakni kita memasang sensor tertentu di ujung pipet sehingga seorang peneliti bisa mengetahui kandungan bahan yang ditelitinya dengan segera," ujarnya.
Ia mencontohkan misalnya saja alat itu bisa dipakai peneliti yang ingin mengetahui kandungan pestisida dalam sayur atau buah, begitu dicelupkan di sampel yang sudah disiapkan maka sensor yang ada di ujung pipet akan memberikan informasi apakah ada kandungan pestisida atau tidak tanpa harus membawanya ke laboratorium sehingga praktis.
Secara berkala Stanford University menggelar pemeringkatan ilmuwan yang dinilai memiliki pengaruh di dunia melalui publikasi ilmiah bertajuk Data for Updated Science-Wide Author Databases of Standarized Citation Indicators.
Pemeringkatan dibuat berdasarkan jumlah sitasi publikasi atas karya tulis ilmiah yang sudah dipublikasikan di jurnal bereputasi tingkat dunia, sehingga makin banyak peneliti yang merujuk kepada penelitiannya maka artinya penelitian yang dilakukan ilmuwan itu dinilai memberikan dampak luas bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam publikasi ilmiah tersebut, Stanford University mencatat ada 159.648 ilmuwan dari berbagai negara yang dianggap berpengaruh di dunia.
Rektor Unej Dr. Iwan Taruna mengapresiasi dan bangga atas keberhasilan Prof. Bambang Kuswandi masuk daftar 58 ilmuwan Indonesia paling berpengaruh di dunia sehingga menjadi contoh bagi kolega dosen lainnya.
"Unej terus berusaha mendorong makin banyak peneliti yang tampil di tataran dunia dengan cara memperbanyak hasil penelitian dimuat di jurnal internasional," katanya.
Ia mengatakan hasil penelitiannya bisa dimanfaatkan oleh industri dan berdampak bagi masyarakat luas yakni caranya dengan berbagai hibah penelitian dan memfasilitasi kerja sama dengan perguruan tinggi di luar negeri.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Profesor Bambang Kuswandi adalah guru besar dan peneliti di Fakultas Farmasi Unej yang fokus pada pengembangan sistem sensor kimia dan biologi untuk obat, pangan dan kesehatan.
"Alhamdulillah, tentu saja penghargaan itu menjadi penyemangat bagi saya untuk lebih giat meneliti dan bersyukur jika ternyata hasil penelitian saya dijadikan rujukan oleh peneliti lain," kata Bambang Kuswandi dalam rilis yang diterima ANTARA di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Kamis.
Menurutnya, sudah ada 70 karya tulis ilmiah hasil penelitiannya mengenai sensor kimia dan biologi yang dimuat oleh berbagai jurnal ilmiah internasional.
"Saya mulai meneliti sensor kimia dan biologi sejak menempuh kuliah pascasarjana di University of Manchester Institute of Science and Technology (UMIST) di Inggris tahun 1997 dan menjadikan kajian tersebut sebagai tema tesis dan disertasi," tuturnya.
Prof. Bambang memilih fokus pada sensor kimia dan biologi karena aplikasinya dibutuhkan oleh masyarakat luas, sementara untuk pengembangannya tidak selalu memerlukan standar laboratorium yang canggih.
Salah satu contoh sensor kimia yang dkembangkan antara lain sensor untuk mengetahui kesegaran ikan atau produk berbasis ikan seperti fillet ikan, sehingga dengan sensor itu maka konsumen bisa mengetahui dengan gampang apakah produk yang di belinya masih segar atau sudah tidak layak konsumsi.
"Jadi, sensor itu bisa ditempel di kemasan produk berbasis ikan atau bahkan daging lainnya. Jika sensor menunjukkan warna hijau maka masih segar, muncul warna merah berarti sudah tidak layak lagi untuk dikonsumsi," katanya.
Selain itu, ada juga sensor kimia untuk mengetahui apakah ada kandungan alkohol dalam sebuah produk makanan, kemudian di bidang kesehatan mengembangkan smart pads yakni pembalut wanita yang dipasangi sensor sehingga kalau dipakai bisa menunjukkan kadar kreatinin penggunanya.
Sementara untuk kaum pria dibentuk mirip alat tes kehamilan yang pemakaiannya dicelupkan ke urine, sehingga dengan sensor tersebut maka pasien tidak perlu tes dengan cara mengambil sampel darah.
"Untuk saat ini, penelitian yang saya lakukan adalah lab on tip, yakni kita memasang sensor tertentu di ujung pipet sehingga seorang peneliti bisa mengetahui kandungan bahan yang ditelitinya dengan segera," ujarnya.
Ia mencontohkan misalnya saja alat itu bisa dipakai peneliti yang ingin mengetahui kandungan pestisida dalam sayur atau buah, begitu dicelupkan di sampel yang sudah disiapkan maka sensor yang ada di ujung pipet akan memberikan informasi apakah ada kandungan pestisida atau tidak tanpa harus membawanya ke laboratorium sehingga praktis.
Secara berkala Stanford University menggelar pemeringkatan ilmuwan yang dinilai memiliki pengaruh di dunia melalui publikasi ilmiah bertajuk Data for Updated Science-Wide Author Databases of Standarized Citation Indicators.
Pemeringkatan dibuat berdasarkan jumlah sitasi publikasi atas karya tulis ilmiah yang sudah dipublikasikan di jurnal bereputasi tingkat dunia, sehingga makin banyak peneliti yang merujuk kepada penelitiannya maka artinya penelitian yang dilakukan ilmuwan itu dinilai memberikan dampak luas bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam publikasi ilmiah tersebut, Stanford University mencatat ada 159.648 ilmuwan dari berbagai negara yang dianggap berpengaruh di dunia.
Rektor Unej Dr. Iwan Taruna mengapresiasi dan bangga atas keberhasilan Prof. Bambang Kuswandi masuk daftar 58 ilmuwan Indonesia paling berpengaruh di dunia sehingga menjadi contoh bagi kolega dosen lainnya.
"Unej terus berusaha mendorong makin banyak peneliti yang tampil di tataran dunia dengan cara memperbanyak hasil penelitian dimuat di jurnal internasional," katanya.
Ia mengatakan hasil penelitiannya bisa dimanfaatkan oleh industri dan berdampak bagi masyarakat luas yakni caranya dengan berbagai hibah penelitian dan memfasilitasi kerja sama dengan perguruan tinggi di luar negeri.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021