Tanaman tali kuning masih menjadi andalan masyarakat suku Moi Kelin di Kampung Malaumkarta Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit dan menambah daya tahan tubuh.

"Tali kuning tumbuh liar di hutan Malaumkarta Raya dan secara turun-temurun dikonsumsi masyarakat setempat sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit," kata Hermanus Do, pemuda suku Moi Kelin di Kampung Malaumkarta Raya, Kamis. 

Hermanus Do yang biasa mencari tali kuning di hutan mengatakan, tanaman itu juga dikonsumsi sebagai vitamin dan penambah energi untuk beraktivitas setiap hari.

Menurut Hermanus Do cara memotong tali kuning di hutan tidak sembarang potong. Tidak boleh memotong pada bagian akar tetapi harus bagian cabang agar tali kuning obat tradisional tersebut tidak kering tetapi tunas baru kembali.

Hermanus menyampaikan bahwa tali kuning setelah diambil dari hutan dibawa pulang dan dipotong kecil-kecil kemudian dijemur hingga kering lalu direbus dan airnya diminum.

"Direbus hingga mendidih paling lama 30 menit. Setelah itu dibiarkan hingga dingin baru kemudian diminum," katanya.

Ia mengungkapkan, air tali kuning itu rasanya pahit melebihi obat malaria produksi pabrik, namun  bagi yang sudah terbiasa minum, rasanya biasa saja seperti minum jamu.
 
Hermanus Do, pemuda suku Moi saat memproses tanaman tali kuning menjadi obat tradisional. ANTARA/Ernes Broning Kakisina



Hermanus berharap masyarakat adat Moi tidak melupakan obat tradisional yang merupakan salah satu warisan budaya warga setempat.

Hermanus Do sempat mengajak tim liputan Antara TV Jakarta berjalan kaki menelusuri kawasan Hutan Lingswok untuk mencari tali kuning obat tradisional suku Moi Kelin itu.

Perjalanan sejauh 1,5 kilometer itu sempat menelusuri pantai pasir putih melintasi mangrove dan sungai-sungai kecil. Perjalanan juga diiringi kicau burung menyemangati tim bersama Hermanus untuk mencari tanaman tali kuning yang tumbuh liar di hutan. (*)



 

Pewarta: Ernes Broning Kakisina

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021