Forum Komunikasi Kiai Kampung Indonesia (FK3I) mengusung KH Marsudi Syuhud sebagai calon Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU) melalui muktamar ke-34 yang dijadwalkan berlangsung di Lampung, 23 - 25 Desember 2021.   

Ketua FK3I Mas Muhammad Maftuch menyatakan Ketua Umum NU harus peka dengan keadaan dan kebutuhan zaman sehingga dibutuhkan pemimpin seorang ulama yang sangat alim wa alamah wa faqih.

"Artinya, yang layak memimpin dan menakhodai NU untuk meneruskan estafet kepemimpinan KH Said Aqil Siradj adalah sosok yang sangat alim dan cerdas. Kualifikasi itu pada era saat ini ada pada KH Marsudi Syuhud," kata Gus Maftuch, sapaan akrabya, kepada wartawan di Surabaya, Senin.

Saat ini Marsudi Syuhud menjabat sebagai salah satu ketua Pengurus Besar (PB) NU. 

Gus Maftuch menilai, selain KH Marsudi Suhud, belum ada figur lain yang saat ini pantas untuk menggantikan sosok Said Aqil Siradj sebagai Ketua Umum PBNU.

"Kapasitas, kapabilitas dan kredibilitas, serta keilmuan, kealiman dan kefaqihan KH Marsudi Suhud bisa dibilang sama dengan KH Said Aqil Siradj. Mari kita bersama-sama selaku umat dan warga NU beristighotsah, tahlil, mujahadah dan doa bersama semoga KH Marsudi Suhud terpilih memimpin NU dalam Muktamar NU di Lampung, Desember nanti," ujarnya.

Senada, pengurus FK3I lainnya, AR Waluyo Wasis Nugroho, menilai kemampuan Marsudi Syuhud setara dengan Said Aqil Siradj.  

"KH Marsudi Syuhud selama mendampingi Buya Said Aqil Siradj telah membuktikan kelasnya sebagai pemimpin NU. Beliau selalu menomorsatukan kepentingan dan kemashlahatan warga NU," katanya.

Gus Wal, sapaan akrabnya, menyebut Buya Said selama menjabat Ketua Umum PBNU selalu peka dan peduli terhadap masalah dan penderitaan warga Nahdliyin

Menurutnya, dewasa ini hanya Buya Said dan KH Marsudi Syuhud yang peka terhadap masalah yang dialami warga Nahdliyin.  

Dia mencontohkan, belum lama lalu, KH Marsudi Syuhud menunjukkan keprihatinannya terhadap ribuan warga NU di Desa Blaru, Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, yang lahan pertaniannya terdampak oleh aktivitas perusahaan pertambangan Galian C.   

"Beliau sampai meneteskan air mata dan sangat terpukul hatinya ketika ada tujuh orang petani warga NU, yang bermaksud mempertahankan lahan pertaniannya, malah dipanggil Kepolisian Resor Kediri karena diduga menghalangi aktivitas penambangan," ucap Gus Wal. (*)
 

Pewarta: Hanif Nashrullah

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021