Jangan kaget dengan harga 'buah tangan' khas Papua berbentuk tas tangan noken yang harganya mencapai Rp4 juta.
Pasalnya noken itu spesial, menurut penjualnya, hanya dikeluarkan untuk edisi pria.
"Namanya noken anggrek, harganya Rp4 juta," ujar Mama Ina, salah seorang penjual noken yang bertebaran di sekitar Gedung Serba Guna Eme Neme Youware, Mimika, Papua, Sabtu.
Mama Ina mengatakan noken anggrek mahal karena terbuat dari tanaman anggrek 'emas'.
Anggrek warna emas itu dirajut sedemikian rupa hingga membentuk tas tangan dengan pola bergaris.
Polanya memang sengaja dibuat sederhana agar lebih menarik dilihat kaum adam.
Mama Ina yang berasal dari Nabire mengatakan ia sudah berjualan di Mimika sejak empat tahun.
Karena itu, tangannya sudah mahir merajut sendiri noken yang akan dijadikan 'buah tangan' dari Papua.
Menurut Mama Ina, merajut bukan pekerjaan sulit. "Sekali lihat sudah langsung bisa," kata dia.
Noken yang bagus, menurut dia, memang harus selalu dirajut dengan tangan supaya bertahan lama. Karena itu harganya lebih mahal dari noken yang dijahit mesin.
Selain itu, harga noken juga sangat bergantung dari ukuran dan bahan bakunya. Noken 'biasa' terbuat dari kulit kayu, tapi yang murah terbuat dari tali manila.
"Kalau manila dijahit ukuran besar antara Rp100 ribu sampai Rp200 ribu. Yang dari anggrek itu, Rp4 juta begitu. Karena dia susah (bahan bakunya), harus memanjat toh. Kalau yang biasa dari kulit kayu ada yang Rp200 ribu sampai Rp 300 ribu," kata Mama Ina.
Senada, Gracerine Marissa, pedagang noken di kawasan SP5 Mimika mengatakan harga noken dari manila antara Rp150 ribu sampai Rp200 ribu.
Selain itu, noken anggrek dia tidak punya stoknya. Ada noken kulit kayu tapi bentuknya berbeda dari noken pada umumnya. Noken Mama Ica, panggilan Marissa, berbentuk seperti tas punggung.
"Yang itu dari kulit kayu, harganya Rp600 ribu," kata Marissa.
Selain menjual tas dari kulit kayu, Marissa juga menjual baju dan gelang yang terbuat dari kulit kayu.
"Kalau baju dari kulit kayu. Harganya Rp1,3 juta, yang bagus itu. Gelang harganya Rp20 ribu," kata Marissa.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Pasalnya noken itu spesial, menurut penjualnya, hanya dikeluarkan untuk edisi pria.
"Namanya noken anggrek, harganya Rp4 juta," ujar Mama Ina, salah seorang penjual noken yang bertebaran di sekitar Gedung Serba Guna Eme Neme Youware, Mimika, Papua, Sabtu.
Mama Ina mengatakan noken anggrek mahal karena terbuat dari tanaman anggrek 'emas'.
Anggrek warna emas itu dirajut sedemikian rupa hingga membentuk tas tangan dengan pola bergaris.
Polanya memang sengaja dibuat sederhana agar lebih menarik dilihat kaum adam.
Mama Ina yang berasal dari Nabire mengatakan ia sudah berjualan di Mimika sejak empat tahun.
Karena itu, tangannya sudah mahir merajut sendiri noken yang akan dijadikan 'buah tangan' dari Papua.
Menurut Mama Ina, merajut bukan pekerjaan sulit. "Sekali lihat sudah langsung bisa," kata dia.
Noken yang bagus, menurut dia, memang harus selalu dirajut dengan tangan supaya bertahan lama. Karena itu harganya lebih mahal dari noken yang dijahit mesin.
Selain itu, harga noken juga sangat bergantung dari ukuran dan bahan bakunya. Noken 'biasa' terbuat dari kulit kayu, tapi yang murah terbuat dari tali manila.
"Kalau manila dijahit ukuran besar antara Rp100 ribu sampai Rp200 ribu. Yang dari anggrek itu, Rp4 juta begitu. Karena dia susah (bahan bakunya), harus memanjat toh. Kalau yang biasa dari kulit kayu ada yang Rp200 ribu sampai Rp 300 ribu," kata Mama Ina.
Senada, Gracerine Marissa, pedagang noken di kawasan SP5 Mimika mengatakan harga noken dari manila antara Rp150 ribu sampai Rp200 ribu.
Selain itu, noken anggrek dia tidak punya stoknya. Ada noken kulit kayu tapi bentuknya berbeda dari noken pada umumnya. Noken Mama Ica, panggilan Marissa, berbentuk seperti tas punggung.
"Yang itu dari kulit kayu, harganya Rp600 ribu," kata Marissa.
Selain menjual tas dari kulit kayu, Marissa juga menjual baju dan gelang yang terbuat dari kulit kayu.
"Kalau baju dari kulit kayu. Harganya Rp1,3 juta, yang bagus itu. Gelang harganya Rp20 ribu," kata Marissa.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021