Sebanyak 523 anak berusia 13, 14, dan 15 tahun di Kota Surabaya, Jatim, mengikuti seleksi diklat sepak bola yang digelar dinas pemuda dan olahraga setempat di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Jumat.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Surabaya M. Afghani Wardhana mengatakan, seleksi kali ini diikuti oleh 523 anak yang nantinya akan dipilih 60 pemain berbakat untuk didiklat oleh Pemkot Surabaya bersama tim pelatih.
"Nantinya, mereka akan diseleksi oleh Hanafing bersama timnya. Bahkan, ke depan tim seleksi akan melibatkan pemain-pemain legend dari Persebaya," katanya.
Menurut dia, dalam seleksi ini, akan diambil 60 anak untuk ikut diklat sepak bola Surabaya. Mereka akan mengikuti program ini seminggu tiga kali, yaitu pada Jumat, Sabtu, dan Minggu, sehingga tidak mengganggu program mereka di klub mereka masing-masing, karena ada beberapa yang sudah ikut klub.
Afghani mengatakan Surabaya sebagai barometer persepakbolaan nasional yang sudah berjaya di masa lalu dan sangat luar biasa, akan diaktualisasikan kembali dan dibangkitkan kembali ke depannya.
Tentunya, kata dia, sesuai dengan arahan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Diklat Sepak Bola Surabaya ini dapat mengembangkan talenta anak-anak Surabaya dalam dunia sepak bola.
"Kami berharap para peserta diklat ini bisa mewarnai persepakbolaan di tanah air ini dan juga lahir Supriyadi-Supriyadi baru dari diklat ini. Dulu Supriyadi juga diasah dari klub-klub binaan hingga pernah kita ikutkan pelatihan ke Liverpool, kini Supriyadi sudah menjadi pemain yang profesional di tanah air ini," ujarnya.
Ia juga berharap dengan adanya diklat dan banyaknya pelatihan seperti pelatihan sepak bola daring yang dilakukan Tranmere Rovers FC (TRFC) beberapa waktu lalu dapat menjadi penyemangat baru dan bisa menginspirasi dunia persepakbolaan di Surabaya.
"Sekarang ini kami masih menggelar diklat sepak bola, namun ke depan Bapak Wali Kota ingin menggelar diklat basket, volly dan cabang olahraga lainnya. Jadi, olahraga yang benar-benar diminati oleh masyarakat, kita aplikasikan dalam bentuk diklat semacam ini," katanya.
Sementara itu, Koordinator Tim Seleksi Hanafing mengatakan tujuan diklat ini untuk mencetak pemain-pemain terbaik yang ada di Kota Surabaya. Bahkan, ia juga menargetkan anak-anak yang tergabung dalam diklat ini bisa menjadi timnasnya Kota Surabaya.
"Jadi, kami mengarah ke sana, sehingga kalau nanti ada seleksi timnas, anak-anak ini mudah ke sana," kata Hanafing.
Ia juga memastikan bahwa dalam diklat nanti akan membuat program Filanesia atau filosofi sepak bola Indonesia. Program inilah yang ada di timnas Indonesia saat ini, karena dia juga terlibat di dalamnya.
"Jadi, itu yang kami tanamkan sejak usia muda. Kenapa kamu buat diklat? Karena memang banyak klub-klub di Surabaya yang belum memberikan sistem pembinaan yang Filanesia. Ini yang belum banyak dipahami oleh anak-anak kita," kata dia.
Hanafing menegaskan, jika salah melakukan pembinaan di usia 13 dan 15, maka anak-anak berbakat itu akan sulit menjadi pemain hebat. Sebab, sepak bola sekarang berbeda dengan sepak bola dulu yang selalu mengandalkan bakat, tapi kalau sekarang mengandalkan teknologi.
"Sepak bola sekarang adalah pengetahuan. Kalau anak-anak bertalenta muda ini tidak dibekali pengetahuan sepak bola yang benar, ya sudah tidak mungkin menjadi pemain hebat. Nah, pengetahuan sepak bola itulah yang akan kami bangun dalam diklat ini. Jadi, kita akan buat program jangka panjang dan mereka akan kami bina," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Surabaya M. Afghani Wardhana mengatakan, seleksi kali ini diikuti oleh 523 anak yang nantinya akan dipilih 60 pemain berbakat untuk didiklat oleh Pemkot Surabaya bersama tim pelatih.
"Nantinya, mereka akan diseleksi oleh Hanafing bersama timnya. Bahkan, ke depan tim seleksi akan melibatkan pemain-pemain legend dari Persebaya," katanya.
Menurut dia, dalam seleksi ini, akan diambil 60 anak untuk ikut diklat sepak bola Surabaya. Mereka akan mengikuti program ini seminggu tiga kali, yaitu pada Jumat, Sabtu, dan Minggu, sehingga tidak mengganggu program mereka di klub mereka masing-masing, karena ada beberapa yang sudah ikut klub.
Afghani mengatakan Surabaya sebagai barometer persepakbolaan nasional yang sudah berjaya di masa lalu dan sangat luar biasa, akan diaktualisasikan kembali dan dibangkitkan kembali ke depannya.
Tentunya, kata dia, sesuai dengan arahan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Diklat Sepak Bola Surabaya ini dapat mengembangkan talenta anak-anak Surabaya dalam dunia sepak bola.
"Kami berharap para peserta diklat ini bisa mewarnai persepakbolaan di tanah air ini dan juga lahir Supriyadi-Supriyadi baru dari diklat ini. Dulu Supriyadi juga diasah dari klub-klub binaan hingga pernah kita ikutkan pelatihan ke Liverpool, kini Supriyadi sudah menjadi pemain yang profesional di tanah air ini," ujarnya.
Ia juga berharap dengan adanya diklat dan banyaknya pelatihan seperti pelatihan sepak bola daring yang dilakukan Tranmere Rovers FC (TRFC) beberapa waktu lalu dapat menjadi penyemangat baru dan bisa menginspirasi dunia persepakbolaan di Surabaya.
"Sekarang ini kami masih menggelar diklat sepak bola, namun ke depan Bapak Wali Kota ingin menggelar diklat basket, volly dan cabang olahraga lainnya. Jadi, olahraga yang benar-benar diminati oleh masyarakat, kita aplikasikan dalam bentuk diklat semacam ini," katanya.
Sementara itu, Koordinator Tim Seleksi Hanafing mengatakan tujuan diklat ini untuk mencetak pemain-pemain terbaik yang ada di Kota Surabaya. Bahkan, ia juga menargetkan anak-anak yang tergabung dalam diklat ini bisa menjadi timnasnya Kota Surabaya.
"Jadi, kami mengarah ke sana, sehingga kalau nanti ada seleksi timnas, anak-anak ini mudah ke sana," kata Hanafing.
Ia juga memastikan bahwa dalam diklat nanti akan membuat program Filanesia atau filosofi sepak bola Indonesia. Program inilah yang ada di timnas Indonesia saat ini, karena dia juga terlibat di dalamnya.
"Jadi, itu yang kami tanamkan sejak usia muda. Kenapa kamu buat diklat? Karena memang banyak klub-klub di Surabaya yang belum memberikan sistem pembinaan yang Filanesia. Ini yang belum banyak dipahami oleh anak-anak kita," kata dia.
Hanafing menegaskan, jika salah melakukan pembinaan di usia 13 dan 15, maka anak-anak berbakat itu akan sulit menjadi pemain hebat. Sebab, sepak bola sekarang berbeda dengan sepak bola dulu yang selalu mengandalkan bakat, tapi kalau sekarang mengandalkan teknologi.
"Sepak bola sekarang adalah pengetahuan. Kalau anak-anak bertalenta muda ini tidak dibekali pengetahuan sepak bola yang benar, ya sudah tidak mungkin menjadi pemain hebat. Nah, pengetahuan sepak bola itulah yang akan kami bangun dalam diklat ini. Jadi, kita akan buat program jangka panjang dan mereka akan kami bina," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021