Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Madiun, Jawa Timur, menggelar pelatihan pencegahan dan mitigasi bencana hidrometeorologi yang rawan terjadi saat musim hujan dengan melibatkan 120 peserta dari anggota linmas setempat.
"Kegiatan ini untuk mengantisipasi bencana saat musim hujan yang segera berlangsung. Dengan adanya pelatihan ini, masyarakat sudah siap ketika terjadi bencana. Utamanya masyarakat yang berada di lokasi rawan bencana," ujar Kepala Pelaksana BPBD Kota Madiun Jariyanto, saat pelatihan di kawasan Embung Pilangbango Kota Madiun, Selasa.
Ia menjelaskan pelatihan yang diberikan meliputi water rescue, vertikal rescue, dan pertolongan pertama ketika ada bencana.
Wali Kota Madiun Maidi yang hadir dalam kegiatan tersebut menyatakan pelatihan penting dilakukan untuk menyiapkan masyarakat jika sewaktu-waktu terjadi bencana.
Dengan begitu pertolongan tidak hanya menunggu petugas BPBD, namun bisa dilaksanakan secara mandiri, sehingga kerugian akibat bencana, baik material maupun korban, dapat ditekan.
"Semua masyarakat kita latih menghadapi bencana, baik banjir, kebakaran, puting beliung dan sebagainya. Artinya tidak bergantung pada BPBD saja," kata Wali Kota Maidi.
Potensi bencana di Kota Madiun, kata Maidi, berada pada level sedang. Hal itu karena Kota Madiun dilintasi aliran Sungai Madiun yang merupakan anak sungai dari Bengawan Solo, sehingga rawan banjir saat curah hujan tinggi.
Utamanya di Kota Madiun wilayah timur. Wilayah itu merupakan langganan banjir. Yakni di Kelurahan Kelun, Rejomulyo, Tawangrejo, dan Pilangbango. Karenanya berbagai upaya penggangulangan dan mitigasi dilakukan untuk mencegah bencana.
Ia mengakui sejak dua tahun terakhir ini bencana banjir sangat berkurang bahkan nyaris tidak ada. Hal itu tidak lepas dari pembangunan Pemkot Madiun yang berorientasi pada mitigasi bencana. Seperti pembangunan tangkis hingga pelebaran saluran air serta drainase sehingga lebih banyak menyerap air saat curah hujan tinggi.
Selain itu, pihaknya juga telah menginstruksikan dinas terkait untuk melakukan pengerukan sedimen sungai di sejumlah saluran-saluran. Dengan begitu, ketika debit air tinggi, aliran air bisa lancar.
"Infrastruktur untuk menanggulangi banjir kita bangun. Tetapi masyarakat juga harus kita siapkan. Keduanya harus sama-sama baik. Karenanya, pelatihan-pelatihan seperti ini rutin digelar," katanya.
Adapun, peserta 120 Linmas itu berasal dari empat kelurahan rawan bencana banjir. Masing-masing 30 orang dari Kelurahan Kelun, Rejomulyo, Tawangrejo, dan Pilangbango.
Kegiatan pelatihan tersebut bekerja sama dengan pihak Brimob, Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Kota Madiun, dan PMI.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
"Kegiatan ini untuk mengantisipasi bencana saat musim hujan yang segera berlangsung. Dengan adanya pelatihan ini, masyarakat sudah siap ketika terjadi bencana. Utamanya masyarakat yang berada di lokasi rawan bencana," ujar Kepala Pelaksana BPBD Kota Madiun Jariyanto, saat pelatihan di kawasan Embung Pilangbango Kota Madiun, Selasa.
Ia menjelaskan pelatihan yang diberikan meliputi water rescue, vertikal rescue, dan pertolongan pertama ketika ada bencana.
Wali Kota Madiun Maidi yang hadir dalam kegiatan tersebut menyatakan pelatihan penting dilakukan untuk menyiapkan masyarakat jika sewaktu-waktu terjadi bencana.
Dengan begitu pertolongan tidak hanya menunggu petugas BPBD, namun bisa dilaksanakan secara mandiri, sehingga kerugian akibat bencana, baik material maupun korban, dapat ditekan.
"Semua masyarakat kita latih menghadapi bencana, baik banjir, kebakaran, puting beliung dan sebagainya. Artinya tidak bergantung pada BPBD saja," kata Wali Kota Maidi.
Potensi bencana di Kota Madiun, kata Maidi, berada pada level sedang. Hal itu karena Kota Madiun dilintasi aliran Sungai Madiun yang merupakan anak sungai dari Bengawan Solo, sehingga rawan banjir saat curah hujan tinggi.
Utamanya di Kota Madiun wilayah timur. Wilayah itu merupakan langganan banjir. Yakni di Kelurahan Kelun, Rejomulyo, Tawangrejo, dan Pilangbango. Karenanya berbagai upaya penggangulangan dan mitigasi dilakukan untuk mencegah bencana.
Ia mengakui sejak dua tahun terakhir ini bencana banjir sangat berkurang bahkan nyaris tidak ada. Hal itu tidak lepas dari pembangunan Pemkot Madiun yang berorientasi pada mitigasi bencana. Seperti pembangunan tangkis hingga pelebaran saluran air serta drainase sehingga lebih banyak menyerap air saat curah hujan tinggi.
Selain itu, pihaknya juga telah menginstruksikan dinas terkait untuk melakukan pengerukan sedimen sungai di sejumlah saluran-saluran. Dengan begitu, ketika debit air tinggi, aliran air bisa lancar.
"Infrastruktur untuk menanggulangi banjir kita bangun. Tetapi masyarakat juga harus kita siapkan. Keduanya harus sama-sama baik. Karenanya, pelatihan-pelatihan seperti ini rutin digelar," katanya.
Adapun, peserta 120 Linmas itu berasal dari empat kelurahan rawan bencana banjir. Masing-masing 30 orang dari Kelurahan Kelun, Rejomulyo, Tawangrejo, dan Pilangbango.
Kegiatan pelatihan tersebut bekerja sama dengan pihak Brimob, Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Kota Madiun, dan PMI.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021