Peternak ayam di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, mengeluhkan harga telur ayam yang semakin turun menjadi hanya Rp13.800 per kilogram, sebab tidak sesuai dengan biaya perawatan.
"Hari ini harga telur ayam Rp13.800 per kilogram dari kandang. Kemarin Rp14.200 per kilogram," kata Ketua Koperasi Peternak Unggas Sejahtera (Putera) Blitar, Sukarman saat dikonfirmasi di Blitar, Senin.
Ia mengatakan turunnya harga telur ayam ini sudah terjadi sejak awal pandemi COVID-19. Kebijakan PPKM juga membuat harga telur ayam semakin turun. Produksi telur ayam tetap, sedangkan barang tidak bisa leluasa dikirim ke luar kota.
Kabupaten Blitar adalah salah satu penghasil telur ayam dari sentra peternakan ayam yang cukup besar. Telur-telur ini selain untuk memenuhi kebutuhan lokal, juga dikirim hingga berbagai daerah di Indonesia, termasuk Jakarta. Bahkan, telur ayam asal Blitar juga sebagai salah satu penyokong kebutuhan telur nasional.
Sebelum pandemi COVID-19, per hari pengiriman bisa hingga mencapai 450 ton. Namun, saat ini karena ada PPKM jumlah pengiriman itu pun menurun drastis. Misalnya, di Jakarta, program pangan murah dihentikan sementara, sehingga permintaan telur pun turun.
"Jadi, garis besarnya ada pandemi sehingga lalu lintas manusia dikurangi. Ini akhirnya menjadikan harga telur turun, padahal produksi tetap. Pakan bahan bakunya impor, selama pandemi juga naik. Dengan demikian, ternak alami kesulitan, ditambah PPKM beberapa bulan terakhir itu lebih parah lagi," kata dia.
Selain harga telur yang terus mengalami penurunan, harga pakan juga masih mahal, sekitar Rp6.600 per kilogram untuk pakan jadi. Sedangkan untuk jagung Rp6.000 per kilogram. Padahal, harga jagung sesuai peraturan Kementerian Perdagangan seharusnya Rp4.500 per kilogram.
Menurut dia, HPP telur idealnya adalah Rp20.500 per kilogram. Namun, karena harga saat ini sekitar Rp14 ribu per kilogram dari kandang, otomatis peternak mengalami kerugian sekitar Rp6.500 per kilogram.
Ia juga menambahkan, saat ini banyak peternak yang gulung tikar. Dari sekitar 4.500 peternak di Kabupaten Blitar, ada sekitar 20 persen yang gulung tikar.
Pihaknya juga sudah bertemu dengan Presiden Joko Widodo dengan sejumlah peternak lain. Ia cukup lega, karena Presiden mau bertemu dengan para peternak dan memberikan solusi bagi sektor peternakan di masa pandemi COVID-19 ini.
Sementara itu, Suroto, peternak ayam asal Desa Suruhwadang, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, mengakui harga telur ayam terus mengalami penurunan. Hal itu berbanding terbalik dengan harga pakan yang mengalami kenaikan.
Ia mengatakan harga jagung kini sekitar Rp6.000 per kilogram hingga Rp6.200 per kilogram. Padahal, seharusnya harga jagung adalah Rp4.500 per kilogram, sesuai aturan pemerintah. Selain mahal, jagung juga sulit dicari, sehingga peternak pun kebingungan.
"Jagung sulit dicari dan harganya tinggi. Kalau mudah dicari, harganya tidak tinggi, padahal dari Kementerian Pertanian surplus 2 juta ton di 2021 ini," kata dia.
Sebagai peternak kecil, ia berharap harga jagung bisa normal sesuai dengan aturan pemerintah yakni Rp4.500 per kilogram. Dengan itu, peternak pun juga tentunya bisa bertahan di masa pandemi COVID-19 ini.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
"Hari ini harga telur ayam Rp13.800 per kilogram dari kandang. Kemarin Rp14.200 per kilogram," kata Ketua Koperasi Peternak Unggas Sejahtera (Putera) Blitar, Sukarman saat dikonfirmasi di Blitar, Senin.
Ia mengatakan turunnya harga telur ayam ini sudah terjadi sejak awal pandemi COVID-19. Kebijakan PPKM juga membuat harga telur ayam semakin turun. Produksi telur ayam tetap, sedangkan barang tidak bisa leluasa dikirim ke luar kota.
Kabupaten Blitar adalah salah satu penghasil telur ayam dari sentra peternakan ayam yang cukup besar. Telur-telur ini selain untuk memenuhi kebutuhan lokal, juga dikirim hingga berbagai daerah di Indonesia, termasuk Jakarta. Bahkan, telur ayam asal Blitar juga sebagai salah satu penyokong kebutuhan telur nasional.
Sebelum pandemi COVID-19, per hari pengiriman bisa hingga mencapai 450 ton. Namun, saat ini karena ada PPKM jumlah pengiriman itu pun menurun drastis. Misalnya, di Jakarta, program pangan murah dihentikan sementara, sehingga permintaan telur pun turun.
"Jadi, garis besarnya ada pandemi sehingga lalu lintas manusia dikurangi. Ini akhirnya menjadikan harga telur turun, padahal produksi tetap. Pakan bahan bakunya impor, selama pandemi juga naik. Dengan demikian, ternak alami kesulitan, ditambah PPKM beberapa bulan terakhir itu lebih parah lagi," kata dia.
Selain harga telur yang terus mengalami penurunan, harga pakan juga masih mahal, sekitar Rp6.600 per kilogram untuk pakan jadi. Sedangkan untuk jagung Rp6.000 per kilogram. Padahal, harga jagung sesuai peraturan Kementerian Perdagangan seharusnya Rp4.500 per kilogram.
Menurut dia, HPP telur idealnya adalah Rp20.500 per kilogram. Namun, karena harga saat ini sekitar Rp14 ribu per kilogram dari kandang, otomatis peternak mengalami kerugian sekitar Rp6.500 per kilogram.
Ia juga menambahkan, saat ini banyak peternak yang gulung tikar. Dari sekitar 4.500 peternak di Kabupaten Blitar, ada sekitar 20 persen yang gulung tikar.
Pihaknya juga sudah bertemu dengan Presiden Joko Widodo dengan sejumlah peternak lain. Ia cukup lega, karena Presiden mau bertemu dengan para peternak dan memberikan solusi bagi sektor peternakan di masa pandemi COVID-19 ini.
Sementara itu, Suroto, peternak ayam asal Desa Suruhwadang, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, mengakui harga telur ayam terus mengalami penurunan. Hal itu berbanding terbalik dengan harga pakan yang mengalami kenaikan.
Ia mengatakan harga jagung kini sekitar Rp6.000 per kilogram hingga Rp6.200 per kilogram. Padahal, seharusnya harga jagung adalah Rp4.500 per kilogram, sesuai aturan pemerintah. Selain mahal, jagung juga sulit dicari, sehingga peternak pun kebingungan.
"Jagung sulit dicari dan harganya tinggi. Kalau mudah dicari, harganya tidak tinggi, padahal dari Kementerian Pertanian surplus 2 juta ton di 2021 ini," kata dia.
Sebagai peternak kecil, ia berharap harga jagung bisa normal sesuai dengan aturan pemerintah yakni Rp4.500 per kilogram. Dengan itu, peternak pun juga tentunya bisa bertahan di masa pandemi COVID-19 ini.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021