Harga emas tergelincir pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), kembali berada di bawah level psikologis 1.800 dolar AS di tengah ketidakpastian atas jadwal waktu tapering atau pengurangan pembelian aset Federal Reserve AS, yang menyebabkan sebagian besar investor menahan diri.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, merosot 7,9 dolar AS atau 0,44 persen, menjadi ditutup pada 1.792,10 dolar AS per ounce. Emas kehilangan lebih dari 2,0 persen untuk minggu ini.
Sehari sebelumnya, Kamis (9/9/2021), emas berjangka terangkat 6,5 dolar AS atau 0,36 persen menjadi 1.800 dolar AS, setelah jatuh 5 dolar AS atau 0,28 persen menjadi 1.793,50 dolar AS pada Rabu (8/9/2021), dan terjun 35,2 dolar AS atau 1,92 persen menjadi 1.798,50 dolar AS pada Selasa (7/9/2021).
Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities, mengatakan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS mencegah dana-dana spekulatif berpindah ke emas.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan naik setelah data ekonomi menunjukkan inflasi yang tinggi dapat bertahan untuk beberapa waktu. Sementara emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi, imbal hasil yang lebih tinggi diterjemahkan ke dalam peluang kerugian yang lebih besar memegang emas tanpa suku bunga.
"Data indeks harga produsen AS yang meningkat dapat mendorong orang untuk percaya bahwa The Fed dapat menunjukkan sedikit kurang akomodatif di kemudian hari," tambah Melek.
Investor emas memantau dengan cermat keputusan Fed, karena emas yang tidak memberikan imbal hasil cenderung naik ketika suku bunga rendah.
Banyak pelaku pasar emas menahan diri karena ketidakpastian seputar jadwal waktu tapering Fed, kata analis Commerzbank Daniel Briesemann.
Karena dolar kemungkinan akan melemah hingga akhir tahun, analis pasar berpendapat bahwa emas layak dibeli ketika turun di bawah 1.800 dolar AS.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember turun 27,7 sen atau 1,15 persen, menjadi ditutup pada 23,9 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober turun 18 dolar AS atau 1,85 persen menjadi ditutup pada 956,5 dolar AS per ounce. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, merosot 7,9 dolar AS atau 0,44 persen, menjadi ditutup pada 1.792,10 dolar AS per ounce. Emas kehilangan lebih dari 2,0 persen untuk minggu ini.
Sehari sebelumnya, Kamis (9/9/2021), emas berjangka terangkat 6,5 dolar AS atau 0,36 persen menjadi 1.800 dolar AS, setelah jatuh 5 dolar AS atau 0,28 persen menjadi 1.793,50 dolar AS pada Rabu (8/9/2021), dan terjun 35,2 dolar AS atau 1,92 persen menjadi 1.798,50 dolar AS pada Selasa (7/9/2021).
Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities, mengatakan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS mencegah dana-dana spekulatif berpindah ke emas.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan naik setelah data ekonomi menunjukkan inflasi yang tinggi dapat bertahan untuk beberapa waktu. Sementara emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi, imbal hasil yang lebih tinggi diterjemahkan ke dalam peluang kerugian yang lebih besar memegang emas tanpa suku bunga.
"Data indeks harga produsen AS yang meningkat dapat mendorong orang untuk percaya bahwa The Fed dapat menunjukkan sedikit kurang akomodatif di kemudian hari," tambah Melek.
Investor emas memantau dengan cermat keputusan Fed, karena emas yang tidak memberikan imbal hasil cenderung naik ketika suku bunga rendah.
Banyak pelaku pasar emas menahan diri karena ketidakpastian seputar jadwal waktu tapering Fed, kata analis Commerzbank Daniel Briesemann.
Karena dolar kemungkinan akan melemah hingga akhir tahun, analis pasar berpendapat bahwa emas layak dibeli ketika turun di bawah 1.800 dolar AS.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember turun 27,7 sen atau 1,15 persen, menjadi ditutup pada 23,9 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober turun 18 dolar AS atau 1,85 persen menjadi ditutup pada 956,5 dolar AS per ounce. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021