Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sampang, Jawa Timur, Asroni menyebutkan sedikitnya 11 dari 14 kecamatan di wilayah itu mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih pada musim kemarau kali ini.
Pemkab Sampang perlu menyalurkan bantuan air bersih ke daerah terdampak kekeringan itu.
"Kekeringan melanda 11 kecamatan di Kabupaten Sampang pada kemarau kali ini, berdasarkan hasil rapat koordinasi dengan perwakilan kecamatan beberapa waktu lalu," kata Asroni di Sampang, Jumat.
Dengan demikian, sambung dia, hanya ada tiga kecamatan yang tidak mengalami kekeringan pada kemarau kali ini, yaitu Kecamatan Camplong, Omben dan Kecamatan Ketapang.
Ia lebih lanjut menjelaskan, meski jumlah kecamatan yang mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih pada kemarau kali ini sama dengan tahun 2020, namun sebarannya berkurang.
Menurut Asroni, pada 2020 tercatat ada 78 desa yang mengalami kekeringan di 11 kecamatan, sedangkan pada kemarau tahun 2021 ini, hanya di 66 desa dan 1 kelurahan.
"Tahun ini dari 66 desa 1 kelurahan tersebar di 11 kecamatan, jadi tahun ini mengalami penurunan dibanding tahun lalu dari sisi sebaran atau jumlah desa/kelurahan yang mengalami kekeringan," katanya.
Terkait dengan bencana kekeringan itu, BPBD Sampang mengaku telah berkoordinasi dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Sampang untuk menyalurkan bantuan ke daerah terdampak kekeringan.
"Selain dengan PDAM, kami juga telah berkoordinasi dengan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) untuk mendapatkan persetujuan alokasi anggaran penganan bencana kekeringan dan kekurangan air bersih yang tersebar di 66 desa dan 1 kelurahan di 11 kecamatan di Kabupaten Sampang ini," katanya menjelaskan.
Menurut Kepala BPBD Pemkab Sampang Asroni, ada dua jenis kekeringan yang terjadi di Sampang pada kemarau kali ini, yakni kekeringan langka dan kekeringan kritis.
Kekeringan kritis terjadi karena pemenuhan air di dusun mencapai 10 liter lebih per orang per hari, dan jarak yang ditempuh masyarakat untuk mendapatkan air bersih sejauh tiga kilometer (km) bahkan lebih.
Sementara yang dimaksud dengan kering langka, kebutuhan air di dusun itu di bawah 10 liter saja per orang per hari. Jarak tempuh dari rumah warga ke sumber mata air terdekat sekitar 0,5 kilometer hingga tiga kilometer.
"Untuk penanganan awal, tentu akan kami prioritaskan yang masuk kategori kekeringan kritis, karena kondisinya lebih parah," katanya menjelaskan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Pemkab Sampang perlu menyalurkan bantuan air bersih ke daerah terdampak kekeringan itu.
"Kekeringan melanda 11 kecamatan di Kabupaten Sampang pada kemarau kali ini, berdasarkan hasil rapat koordinasi dengan perwakilan kecamatan beberapa waktu lalu," kata Asroni di Sampang, Jumat.
Dengan demikian, sambung dia, hanya ada tiga kecamatan yang tidak mengalami kekeringan pada kemarau kali ini, yaitu Kecamatan Camplong, Omben dan Kecamatan Ketapang.
Ia lebih lanjut menjelaskan, meski jumlah kecamatan yang mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih pada kemarau kali ini sama dengan tahun 2020, namun sebarannya berkurang.
Menurut Asroni, pada 2020 tercatat ada 78 desa yang mengalami kekeringan di 11 kecamatan, sedangkan pada kemarau tahun 2021 ini, hanya di 66 desa dan 1 kelurahan.
"Tahun ini dari 66 desa 1 kelurahan tersebar di 11 kecamatan, jadi tahun ini mengalami penurunan dibanding tahun lalu dari sisi sebaran atau jumlah desa/kelurahan yang mengalami kekeringan," katanya.
Terkait dengan bencana kekeringan itu, BPBD Sampang mengaku telah berkoordinasi dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Sampang untuk menyalurkan bantuan ke daerah terdampak kekeringan.
"Selain dengan PDAM, kami juga telah berkoordinasi dengan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) untuk mendapatkan persetujuan alokasi anggaran penganan bencana kekeringan dan kekurangan air bersih yang tersebar di 66 desa dan 1 kelurahan di 11 kecamatan di Kabupaten Sampang ini," katanya menjelaskan.
Menurut Kepala BPBD Pemkab Sampang Asroni, ada dua jenis kekeringan yang terjadi di Sampang pada kemarau kali ini, yakni kekeringan langka dan kekeringan kritis.
Kekeringan kritis terjadi karena pemenuhan air di dusun mencapai 10 liter lebih per orang per hari, dan jarak yang ditempuh masyarakat untuk mendapatkan air bersih sejauh tiga kilometer (km) bahkan lebih.
Sementara yang dimaksud dengan kering langka, kebutuhan air di dusun itu di bawah 10 liter saja per orang per hari. Jarak tempuh dari rumah warga ke sumber mata air terdekat sekitar 0,5 kilometer hingga tiga kilometer.
"Untuk penanganan awal, tentu akan kami prioritaskan yang masuk kategori kekeringan kritis, karena kondisinya lebih parah," katanya menjelaskan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021