Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mendorong percepatan distribusi vaksin COVID-19 secara global saat memimpin pertemuan ke-5 COVAX AMC Engagement Group (EG) secara virtual bersama Menteri Kesehatan Ethiopia Lia Tadesse dan Menteri Pembangunan Internasional Kanada Karina Gould pada Senin (12/7).
Menlu Retno memimpin sesi yang membahas tiga isu terkait kepastian pengiriman dan distribusi vaksin, yaitu prediksi pasokan vaksin pada kuartal tiga dan kuartal empat 2021, rencana pengiriman vaksin COVID-19, dan persiapan penerimaan vaksin oleh negara-negara AMC (Advanced Market Commitment).
Di awal pertemuan, Retno mengulang kembali pernyataan Direktur Jenderal WHO bahwa saat ini dunia berada pada tahap pandemi yang berbahaya. Tingginya tingkat kematian, meningkatnya kasus di banyak negara, dan kesenjangan vaksinasi global yang makin melebar adalah situasi yang saat ini dihadapi dunia.
“Banyak negara mengalami lonjakan kasus dan kematian karena varian baru dan pelonggaran kebijakan. Sementara itu, kesenjangan vaksinasi global terus melebar. Jika ini terus berlanjut, dunia tidak akan pernah menang melawan COVID-19,” ujar Menlu Retno, seperti disampaikan melalui keterangan tertulisnya, Selasa.
Oleh karena itu, Retno mendorong percepatan vaksinasi global melalui peningkatan produksi vaksin dengan melakukan diversifikasi produk, perluasan portfolio vaksin yang disalurkan oleh COVAX, dan peningkatan kapasitas vaksinasi negara-negara AMC.
Data dari Aliansi Vaksin GAVI per 11 Juli 2021 menunjukkan COVAX telah mengirim 103 juta dosis vaksin ke 135 negara peserta.
GAVI juga sudah menyetujui pendanaan untuk mendukung pengiriman vaksin ke negara peserta AMC senilai 775 juta dolar AS (sekitar Rp11,2 triliun). Sementara itu, 58 negara termasuk Indonesia, telah mengajukan pembelian vaksin melalui mekanisme berbagi biaya (cost-sharing).
Dalam pertemuan tersebut, dijelaskan bahwa COVAX meyakini pasokan vaksin akan terus meningkat dengan bertambahnya vaksin yang telah mendapat izin penggunaan darurat (emergency use listing/EUL) dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), peningkatan produksi oleh produsen vaksin, dan dimulainya kembali ekspor vaksin yang sebelumnya terhambat.
COVAX juga telah melakukan langkah-langkah untuk mengatasi kekurangan pasokan vaksin jangka pendek dan jangka panjang, antara lain dengan pembentukan COVAX Manufacturing Taskforce.
Kedua, semakin besarnya jumlah dose-sharing atau berbagi vaksin dari negara yang memiliki kelebihan vaksin akan meningkatkan jumlah pasokan global yang dapat digunakan oleh negara peserta AMC.
Menurut Fasilitas COVAX, hingga 12 Juli 2021, terdapat lebih dari 530 juta dose-sharing yang siap didistribusikan ke sejumlah negara yang membutuhkan.
Fasilitas COVAX Facility menyiapkan mekanisme, termasuk pendanaan, untuk mempersiapkan kapasitas negara AMC dalam menerima vaksin dan menjalankan program vaksinasi nasional di negaranya. COVAX juga menyiapkan berbagai dukungan untuk memastikan kapasitas penerimaan vaksin dan pelaksanaan program vaksinasi nasional.
Dalam diskusi dibahas pula fenomena varian baru COVID-19 dan efikasi vaksin yang ada saat ini dalam menghadapi varian-varian baru khususnya varian Delta.
Perwakilan WHO menjelaskan bahwa hingga saat ini WHO terus mengamati munculnya varian baru dan menyampaikan bahwa vaksin setidaknya dapat mengurangi tingkat keparahan infeksi sehingga mengurangi tingkat perawatan di rumah sakit dan kematian akibat varian baru itu. WHO akan terus memantau tingkat efektifitas vaksin dan memerlukan lebih banyak data dari banyak negara.
Fasilitas COVAX adalah mekanisme multilateral yang berupaya menjamin akses yang merata terhadap vaksin COVID-19 bagi semua negara. Hingga saat ini, Indonesia telah menerima 11.228.460 dosis melalui COVAX, yang terdiri dari vaksin AstraZeneca dan Moderna. Jumlah ini masih akan terus bertambah di masa mendatang.
Pertemuan COVAX AMC EG selanjutnya akan diselenggarakan pada 12 Oktober 2021. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021