Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu, memperingati Nuzulul Qur'an atau peringatan pertama kali diturunkannya wahyu Allah, yakni Al-Qur'an pada malam ke-17 Ramadan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan menggelar khataman Al-Qur'an akbar.

Sekitar 250 orang perempuan (hafidhoh) yang tergabung dalam Jamiyyah Hifdzil Quran (JHQ) Banyuwangi mengikuti kegiatan tersebut dengan menerapkan protokol kesehatan. Kegiatan ini digelar di Pendopo Kabupaten Banyuwangi dan Kantor Pemkab Banyuwangi.

"Kegiatan ini adalah bagian dari munajat untuk keselamatan bangsa. Dengan berkah turunnya Al-Qur'an diharapkan berbagai tantangan bangsa, khususnya di Banyuwangi dapat dilewati dengan baik," ujar Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Azwar Anas.

Khotmil Qur'an ini diikuti oleh ibu nyai dari sejumlah pesantren di Banyuwangi, di antaranya Nyai Hj. Handariyatul Masruroh Syafaat dari PP Darussalam Blokagung (Tegalsari), Nyai Hj. As'adah Askandar dari PP. Mambaul Ulum Sumberberas (Muncar), Nyai Hafidzah, Nyai Nikmatur Rohmah, dan Nyai Mahmudah Ahmad serta sejumlah ibu nyai lainnya.

"Bangsa kita sedang berduka. Di tengah pandemi COVID-19 yang masih belum reda, kita mendengar kabar kapal selam KRI Nanggala-402 tenggelam. Semoga dengan berkah khataman Al-Qur'an ini, bangsa Indonesia pada umumnya dan Banyuwangi pada khususnya, diberikan keselamatan dan kesejahteraan," tutur Ipuk.

Usai khataman Al-Qur'an yang digelar sejak pagi ini, semua peserta berkumpul kembali di pendopo kabupaten setempat untuk melaksanakan doa bersama khotmil qur'an. Semua jajaran SKPD turut hadir, termasuk Wakil Bupati Banyuwangi Sugirah.

Usai doa, dilanjutkan dengan ceramah dan Nyai Handariyatul Masruroh yang didaulat untuk memberikan tausiyah. Ia menyampaikan kaitannya antara Al-Qur'an dan kaum perempuan.

"Kebetulan ini masih bulan April, bulannya Ibu Kartini, perlu kiranya mengetahui bahwasannya beliau adalah sosok yang memiliki perhatian yang tinggi terhadap Al-Qur'an," katanya.

Kartini merupakan sosok perempuan Nusantara yang mendorong pembelajaran tafsir qur'an berbahasa Jawa terhadap kaum perempuan. Dari pemahamannya terhadap nilai-nilai Al-Qur'an inilah, menginspirasi perjuangannya dalam memperjuangkan emansipasi kaum wanita.

"Sebagai penghafal Al-Qur'an, kita harus belajar kepada Ibu Kartini. Bagaimana beliau memperjuangkan kesetaraan pendidikan hingga jaminan kesehatan bagi kaum perempuan. Karena hal tersebut adalah spirit dari Al-Qur'an itu sendiri," katanya. (*)

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021