Sejumlah petani di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, bersemangat mengembangkan jeruk buah dekopon yang tengah menjadi primadona, karena jeruk yang berasal dari Jepang itu memiliki harga jual cukup tinggi.

"Harga jeruk dekopon dari petani Rp50.000 per kilogram, permintaan juga cukup tinggi. Saya memenuhi permintaan sejumlah langganan di Jakarta, Surabaya dan sejumlah kota lainnya," kata Sujarwo, salah seorang petani asal Desa Kedungwungu, Kecamatan Tegaldlimo, saat dikunjungi Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Minggu.

Ia menjelaskan, jeruk dekopon sudah mulai berbuah di usia tiga tahun, sedangkan produktivitasnya bisa mencapai 50-80 kilogram per pohon dalam satu tahun.

"Jeruk ini berbuah tidak berdasarkan musim seperti jeruk siam pada umumnya. Ini bisa berbuah sepanjang masa, asalkan perawatannya dilakukan dengan baik," ujar Sujarwo yang memiliki lahan jeruk dekopon seluas 2,5 hektare itu.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengapresiasi inovasi para petani dan terus mendukung inovasi serta pemerintah daerah akan memberikan pendampingan kepada petani.

"Inovasi petani terus kami dukung, bagaimana para petani bisa mengambangkan aneka varietas tanaman yang memiliki nilai jual tinggi," katanya.

Bupati Azwar Anas menyebutkan, saat ini Pemkab Banyuwangi juga telah memberikan pupuk organik gratis untuk 400 hektare per kecamatan untuk tanaman pangan, dan ratusan hektare per kecamatan untuk tanaman hortikultura.

"Dengan pemberian pupuk organik gratis ini, kami harap dapat membantu kebutuhan pupuk petani. Ini ke depan bantuan pupuk juga harus dinikmati petani jeruk di daerah Tegaldlimo ini," tuturnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi Arief Setiawan mengemukakan bahwa kondisi lahan di Banyuwangi cocok untuk pengembangan jeruk dekopon.

"Perawatan jeruk dekopon juga cukup mudah, sama perawatannya dengan jeruk lainnya," tuturnya. (*)

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021