Model rumah susun (rusun) lima lantai di Kota Surabaya, Jawa Timur, saat ini dinilai sudah tidak relevan lagi menyusul daftar antrean calon penghuni rusun yang saat ini sudah mencapai 9.000 orang.

Anggota Komisi A Bidang Pembangunan DPRD Surabaya Josiah Michel di Surabaya, Senin, mengatakan Pemkot Surabaya harus memikirkan model rusun baru dengan kapasitas penghuni lebih banyak menyusul pada tahun 2021 telah dianggarkan pembangunan tiga rusun.

"Saya menyarankan pemkot merubah model rusun yang akan dibangun," katanya.

Menurut dia, dengan terbatasnya jumlah lahan di Surabaya, mustahil antrean itu dapat terselesaikan
karena satu rusun hanya dapat menampung sekitar kurang lebih 100 unit saja. Beda apabila dibangun hingga 20 lantai, bisa menampung hingga 500-600-an unit. 

Selain itu, kata dia, Pemkot Surabaya kurang berkenan karena apabila lebih dari lima lantai harus dipasang lift yang membuat biaya perawatan menjadi tinggi. 

Josiah Michel mengatakan biaya perawatan rusun itu sebenarnya bisa disiasati apabila rusun tersebut strategis bisa dipasang videotron untuk iklan. Pemasukan dari videotron bisa untuk subsidi biaya perawatan rusun.

"Dibagian bawah rusun bisa dibangun sentra ekonomi dan biaya sewa bisa untuk subsidi biaya sewa unit," katanya. 

Dengan demikian, lanjut dia, rusun bisa dibagi beberapa kategori, misalnya untuk masyarakat berpenghasilan rendah atau untuk keluarga muda. Bila yang untuk keluarga muda ini bisa diberikan sewa yang lebih tinggi sedikit, misalkan 250.000 per bulan, ini sudah cukup untuk biaya perawatan rusun. 

"Subsidi silang juga bisa dilakukan antar rusun," katanya. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021