Sepekan menjelang pergantian tahun 2020 menuju 2021, kabar penting muncul dari Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (22/12). Presiden Joko Widodo secara resmi mengumumkan reshuffle atau perombakan Kabinet Indonesia Maju.

Ada enam posisi menteri diganti orang baru, yakni Menteri Sosial Tri Rismaharini, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Agama Yaqut Cholil Quomas, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, serta Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi.

Dua posisi menteri diganti karena pejabatnya tersangkut korupsi, yakni Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo (kasus dugaan korupsi ekspor benih lobster) dan Menteri Sosial Jualiari Peter Batubara (kasus dugaan korupsi dana bantuan sosial penanganan COVID-19). Kedua menteri Kabinet Indonesia Maju itu ditersangkakan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam waktu hanya dua pekan, didahului Edhy Prabowo pada pekan terakhir November, lalu disusul Juliari Batubara pada pekan pertama Desember 2020.

Kasus korupsi yang menjerat dua menteri itu jelas sangat memukul pemerintahan Presiden Jokowi. Apalagi, usia Kabinet Indonesia Maju baru sekitar setahun. Tindakan korup yang dilakukan dua pejabat negara di tengah kondisi rakyat yang sedang sengsara karena pandemi COVID-19 tidak bisa ditoleransi. Tidak hanya Presiden Jokowi, rakyat pun ikut geram.

Situasi ini agaknya yang membuat Presiden Jokowi segera melakukan reshuffle kabinetnya. Tidak hanya terhadap dua posisi menteri yang bermasalah, tetapi juga menteri-menteri lain yang kinerjanya dinilai tidak maksimal ikut dilengser. Tanda-tanda perombakan kabinet sebenarnya sudah tampak sejak pertengahan 2020.

Dalam video arahan Presiden Jokowi saat sidang kabinet di Istana Negara pada 18 Juni 2020 yang dirilis  oleh Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden pada channel YouTube Sekretariat Presiden pada akhir Juni, Presiden tampak jengkel dan marah terhadap kinerja beberapa menterinya.

Dalam arahan tersebut, Presiden Jokowi bahkan membuka opsi reshuffle menteri atau pembubaran lembaga yang masih bekerja biasa-biasa saja. "Lah kalau saya lihat bapak ibu dan saudara-saudara masih melihat ini sebagai masih normal, berbahaya sekali. Kerja masih biasa-biasa saja. Ini kerjanya memang harus ekstra luar biasa, extra-ordinary. Saya lihat masih banyak kita ini yang seperti biasa-biasa saja. Saya jengkelnya di situ. Ini apa tidak punya perasaan. Suasana ini krisis," kata Presiden.

Setelah beredarnya video itu, banyak kalangan berspekulasi soal perombakan kabinet. Namun, Presiden Jokowi ternyata belum juga mengambil kebijakan reshuffle hingga berbulan-bulan. Baru setelah ada dua menterinya tersangkut kasus hukum, isu reshuffle langsung "memanas".

Perombakan pada posisi menteri perdagangan, menparekraf, menag, dan menkes agaknya juga tidak terlalu mengejutkan, jika merunut pernyataan tegas Presiden soal kinerja menteri yang masih biasa-biasa saja tanpa gebrakan. Secara tegas, Presiden Jokowi menginginkan para pembantunya itu bekerja lebih dari biasanya atau ekstra-luar biasa guna memulihkan kondisi negara yang sedang terpuruk.

Menkes Terawan Agus Putranto banyak disorot kinerjanya dalam penanganan masalah COVID-19. Menteri Perdagangan Agus Suparmanto dan Menparekraf Wishnutama Kusubandio juga tidak kelihatannya gebrakannya dalam mendukung pemulihan ekonomi. Sementara Menag Fachrul Razi beberapa kali sempat membuat pernyataan kontroversi yang menjadi sorotan banyak kalangan.

Nama-nama baru yang masuk jajaran Kabinet Jokowi dinilai cukup menjanjikan. Sebut salah satunya Tri Rismaharini yang kinerjanya bagus saat memimpin Kota Surabaya selama hampir dua periode (10 tahun). Kini, Risma yang menyelesaikan tugasnya sebagai wali kota lebih cepat (masa jabatan berakhir Februari 2021) ditantang menunjukkan kinerjanya di level yang lebih luas.

Lalu, nama Muhammad Luthfi dan Sandiaga Uno juga memiliki basic pengusaha sehingga diproyeksikan bisa membantu menangani masalah ekonomi. Keduanya juga bersahabat dengan Erick Thohir yang sudah lebih dulu masuk jajaran kabinet sebagai Menteri BUMN sehingga bisa saling bahu-membahu. Justru yang tidak biasa munculnya nama Budi Gunadi Sadikin sebagai Menteri Kesehatan, karena sejatinya dia seorang bankir, bukan lulusan kedokteran seperti pejabat-pejabat menkes sebelumnya. Kehadiran Budi Gunadi agaknya juga untuk membantu percepatan pemulihan ekonomi dari sisi kesehatan. Sedangkan bergabungnya Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Quomas untuk mengembalikan "tradisi" Nahdlatul Ulama yang selama ini sering dipercaya menggawangi posisi menteri agama. Salah satu ormas terbesar di Indonesia ini sempat kecewa saat Presiden Jokowi menunjuk pensiunan tentara Fachrul Razi sebagai Menag.

Dari keenam nama menteri baru yang sudah diumumkan, terpilihnya Sandiaga Uno justru yang paling "menarik" perhatian. Ini artinya Presiden Jokowi dengan gaya politiknya yang merangkul lawan telah menyatukan kembali "pasangan lawannya" di Pilpres 2019 dalam gerbong pemerintahan, yakni Prabowo Subianto (Menteri Pertahanan) dan Sandiaga Uno (Menparekraf). Kalau guyonan warga saat ngobrol di warung kopi, pendukung Pak Jokowi sekarang menang telak karena nyoblos satu dapatnya dua pasang. (*)

Pewarta: Didik Kusbiantoro

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020