General Manager PT Gerai Baja Ringan Kepuh (GBRK), Rico Chandra B menyebut pasar start up sektor baja ringan dalam negeri terbuka lebar, karena permintaan pasar domestik yang cukup tinggi.

"Oleh karena itu, kami mendorong masyarakat menjadi start up (usaha pemula) penyediaan baja ringan. Terutama yang sesuai dengan standarisasi proses produksi yaitu ISO dan standarisasi produk yaitu SNI," kata Rico, kepada wartawan di Surabaya, Selasa.

Ia mengatakan, pihaknya hadir menjadi wadah industri start up baja ringan yang ber-ISO dalam hal produksi dan ber-SNI dalam hal produk. 

"Kami sebagai pembina, calon start up yang ingin berbisnis baja ringan dimana PT GBRK akan menyediakan mesin-mesin produksi, melatih semua karyawan, memberikan sistem Teknologi Informasi (TI), memasok bahan baku sesuai  SNI," kata Rico.

Rico mengakui, saat ini banyak industri baja ringan kerena dipicu kebutuhan masyarakat atas produk rangka atap pengganti kayu yang lebih kuat dan tahan lama. Namun belum banyak yang ber-ISO dan ber-SNI. 

"Karena itulah kami mengajak bersama-sama untuk memberikan produk terbaik ke masyarakat," lanjut Rico. 

Sebelumnya, PT GBRK diresmikan Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Ir Taufiek Bawazier, MSi, bersamaan dengan peresmian lini kedua produk Baja Lapis Aluminium Seng (BjLAS) merk Zinium milik PT Sunrise Steel, pekan lalu.

Taufiek mendorong penerapan SNI di sektor baja, karena dengan regulasi perlindungan, industri bisa menikmati pasar dalam negeri.

Ia menyebut, pada kuartal II industri baja tumbuh 2,3 persen, dan kuartal III tumbuh 5,6 persen. 

"Apalagi kami terus digencarkan penerapan SNI dan saat ini terdapat 113 produk wajib SNI termasuk baja, sebab dengan SNI, konsumen juga akan terlindungi keselamatannya," kata Taufiek.

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020