Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur mengharapkan Kepala Kepolisian Daerah Jatim yang baru Irjen Polisi Nico Afinta bisa melanjutkan prestasi yang ditorehkan pendahulunya Irjen Polisi M Fadil Imran.
"Meski tidak lama, namun Irjen Fadil Imran telah mampu menjadikan Jawa Timur guyub rukun," ujar Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar di Surabaya, Kamis.
Irjen Pol M Fadil Imran menjadi orang nomor satu di jajaran kepolisian Jatim sejak 1 Mei 2020, kemudian pada pertengahan bulan ini muncul surat telegram dari Kapolri yang memerintahkannya untuk menjabat Kapolda Metro Jaya.
Ia dimutasi menjadi Kapolda di DKI Jakarta menggantikan Irjen Pol Nana Sudjana berdasarkan Surat Telegram Kapolri Nomor: ST/3222/XI/KEP./2020 tanggal 16 November 2020.
Selanjutnya, jabatan Kapolda Jatim akan ditempati Irjen Pol Nico Afinta yang sebelumnya menjabat Kapolda Kalimantan Selatan sejak Mei 2020.
Menurut KH Marzuki Mustamar, di situasi pandemi COVID-19, Irjen M Fadil Imran dinilai mampu membantu pengendalian kasus di wilayah setempat.
"Dalam kondisi pandemi, beliau berhasil menurunkan angka penyebaran COVOD-19 dengan membentuk Kampung Tangguh hingga pembentukan Tim COVID-19 Hunter," ucapnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Sabilur Rosyad, Kota Malang, ini juga mengucapkan selamat datang di kampung halaman kepada Irjen Pol Nico Afinta.
"Kita harus optimistis, keharmonisan Jatim bisa terjaga di tangan Irjen Nico yang merupakan warga asli Surabaya. Ini merupakan panggilan khidmat untuk kembali ke kampung halamannya," katanya.
Sementara itu, Ketua PWNU bersama sejumlah ulama dan kiai khos di Jatim sempat bersilaturahim dengan Fadil Imran di Mapolda Jatim di Surabaya.
Selain KH Marzuki Mustamar, hadir juga Rais Syuriah PWNU Jatim KH Anwar Manshur dan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim KH Abdussomad Buchori, serta kiai besar lainnya.
Irjen Pol M Fadil Imran mengakui berat meninggalkan Jatim untuk mengemban tugas baru sebagai Kapolda Metro Jaya.
Selama menjabat sebagai Kapolda Jatim sekitar enam bulan, ia mengaku telah mendapat banyak pelajaran dari pertemuannya dengan para kiai sepuh.
"Sangat berat meninggalkan Jatim. Namun, saya sudah mendapatkan ilmu dari para kiai sepuh di sini. Banyak hal yang sudah saya dapatkan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
"Meski tidak lama, namun Irjen Fadil Imran telah mampu menjadikan Jawa Timur guyub rukun," ujar Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar di Surabaya, Kamis.
Irjen Pol M Fadil Imran menjadi orang nomor satu di jajaran kepolisian Jatim sejak 1 Mei 2020, kemudian pada pertengahan bulan ini muncul surat telegram dari Kapolri yang memerintahkannya untuk menjabat Kapolda Metro Jaya.
Ia dimutasi menjadi Kapolda di DKI Jakarta menggantikan Irjen Pol Nana Sudjana berdasarkan Surat Telegram Kapolri Nomor: ST/3222/XI/KEP./2020 tanggal 16 November 2020.
Selanjutnya, jabatan Kapolda Jatim akan ditempati Irjen Pol Nico Afinta yang sebelumnya menjabat Kapolda Kalimantan Selatan sejak Mei 2020.
Menurut KH Marzuki Mustamar, di situasi pandemi COVID-19, Irjen M Fadil Imran dinilai mampu membantu pengendalian kasus di wilayah setempat.
"Dalam kondisi pandemi, beliau berhasil menurunkan angka penyebaran COVOD-19 dengan membentuk Kampung Tangguh hingga pembentukan Tim COVID-19 Hunter," ucapnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Sabilur Rosyad, Kota Malang, ini juga mengucapkan selamat datang di kampung halaman kepada Irjen Pol Nico Afinta.
"Kita harus optimistis, keharmonisan Jatim bisa terjaga di tangan Irjen Nico yang merupakan warga asli Surabaya. Ini merupakan panggilan khidmat untuk kembali ke kampung halamannya," katanya.
Sementara itu, Ketua PWNU bersama sejumlah ulama dan kiai khos di Jatim sempat bersilaturahim dengan Fadil Imran di Mapolda Jatim di Surabaya.
Selain KH Marzuki Mustamar, hadir juga Rais Syuriah PWNU Jatim KH Anwar Manshur dan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim KH Abdussomad Buchori, serta kiai besar lainnya.
Irjen Pol M Fadil Imran mengakui berat meninggalkan Jatim untuk mengemban tugas baru sebagai Kapolda Metro Jaya.
Selama menjabat sebagai Kapolda Jatim sekitar enam bulan, ia mengaku telah mendapat banyak pelajaran dari pertemuannya dengan para kiai sepuh.
"Sangat berat meninggalkan Jatim. Namun, saya sudah mendapatkan ilmu dari para kiai sepuh di sini. Banyak hal yang sudah saya dapatkan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020