Komisaris PTPN XI mendorong peningkatan kerja sama agroforesty atau kerja sama pengelolaan lahan tebu dengan Perhutani, sebagai salah satu solusi mewujudkan program ketahanan pangan nasional.

"Saya kira, Perhutani menyambut baik kerja sama ini dan nampaknya perlu ditingkatkan untuk ketersediaan lahan tebu demi terwujudnya program Presiden Jokowi tentang ketahanan pangan nasional," kata Komisaris Utama PTPN XI Dedy Mawardi dalam kunjungan kerja virtual melalui aplikasi video conference di Pabrik Gula (PG) Pagottan, Jawa Timur, Rabu.

Ia mengatakan ketersediaan lahan adalah kunci dari peningkatan produktivitas tebu dan kurang tepat jika selama ini faktor pabrik selalu menjadi kambing hitam menurunnya produksi gula nasional.

"Selama ini alasan kurangnya peningkatan produksi seperti PG sudah berumur, tidak efisien dan sebagainya. Memang faktor pabrik ada pengaruhnya tetapi selama ini sudah ditangani, teman-teman manajemen selalu lakukan perawatan rutin bahkan pemeriksaan mesin seperti saat ini, selesai giling," katanya.

Ia mengatakan keberadaan pabrik gula yang banyak di Jawa Timur apabila tanpa diimbangi bertambahnya lahan tebu akan membuat pabrik itu berebut tebu dengan cara yang tidak sehat.

"Inilah yang harus menjadi fokus bersama para pelaku industri gula. Bagaimana caranya semua pihak yang berkepentingan bisa menaikkan luasan lahan tebu sehingga ketersediaan tebu sebagai bahan baku giling tercukupi," katanya.

Oleh karena itu, perlu ditingkatkan lagi pola kerja sama pengelolaan lahan sebagai salah satu solusi menambah lahan tebu khususnya di wilayah kerja PTPN XI.

"Beberapa waktu lalu, menteri BUMN menyampaikan perlu adanya peningkatan sinergi antara PTPN dengan Perhutani untuk pengadaan lahan tebu dengan memanfaatkan lahan milik Perhutani yang sudah dilakukan sejak tahun 2017 melalui kerja sama agroforesty," katanya.

SEVP Operasional PTPN XI Agus Setiono mengatakan bahwa pihaknya sudah menjalin kerja sama pengelolaan lahan dengan Perhutani dengan luasan total 1.834 hektare untuk lahan tebu yang tersebar di wilayah Madiun, Ngawi, dan Bojonegoro.

Dari jumlah tersebut, lahan yang bisa tertangani hingga saat ini baru 800-an hektare, sisanya masih terkendala teknis.

"Kendala teknis akan kami bicarakan bersama untuk jalan keluarnya. Terlebih pertengahan tahun lalu sudah ada pembicaraan dengan Perhutani dan akan kami kembangkan lagi," kata Agus.

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020