Federasi sepak bola Inggris (FA) dan pihak operator liga-liga terus berusaha mendesak pemerintah segera mengizinkan penonton hadir langsung ke stadion, sembari meminta jaminan para suporter untuk berkomitmen penuh terhadap protokol pencegahan COVID-19.

Hal itu dituangkan dalam surat terbuka FA, Liga Premier dan Liga Sepak Bola Inggris (EFL) yang disiarkan di laman resmi FA pada Selasa malam.

Kepala Eksekutif Liga Premier Richard Masters, Kepala Eksekutif EFL David Baldwin, Kepala Eksekutif FA Mark Bullingham dan Direktur Sepak Bola Putri Profesional FA Kelly Simmons, dalam surat itu menyatakan secara bersama-sama terus berusaha membuat stadion sebagai lokasi paling aman di tengah kondisi pandemi ini.




Mereka mengapresiasi gerakan klub-klub dan para suporternya yang terus menciptakan perbedaan di komunitas masing-masing seperti penyaluran makanan serta pendampingan bagi kalangan rawan yang terdampak pandemi.

"Tapi kita semua tahu sepak bola tidaklah sama tanpa suporter. Semua pemain dan pelatih tak menyembunyikan kerinduan akan koneksi langsung dengan kalian dan dampak yang kalian hadirkan dalam pertandingan," tulis surat terbuka itu.

"Dengan EFL, Liga Premier, Liga Super Putri dan Kejuaraan Putri telah sukses menyelenggarakan 11 ajang uji coba baru-baru ini, kita semua telah membuktikan bisa melangsungkan pertandingan yang aman dengan penonton."




"Lebih cepat kita bisa kembali, lebih cepat pula kita bisa mengeratkan kembali masyarakat dan mendukung pekerjaan lokal, mata pencaharian, bisnis regional serta ekonomi nasional."

"Kami akan terus mendesak pemerintah untuk mengizinkan penonton ke stadion. Sebuah kemajuan sejumlah gelaran seni dan panggung musik diperbolehkan melangsungkan acara dalam ruangan dengan praktik jaga jarak. Sekarang saatnya sepak bola diberi izin serupa, dengan regulasi ketat dan lingkungan luar ruangan terjaga."

Sebelumnya, pemerintah sempat mengeluarkan wacana perizinan penonton kembali mengisi 25-33 persen kapasitas stadion per 1 Oktober, tetapi bulan lalu Perdana Menteri Boris Johnson menyatakan rencana itu harus ditunda karena aturan baru terkait lonjakan kasus COVID-19. (*)

Pewarta: Gilang Galiartha

Editor : Abdullah Rifai


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020