Penjabat Bupati Trenggalek Benny Sampirwanto mengimbau warga daerah setempat tidak panik apalagi paranoid dengan isu dan ancaman tsunami besar setinggi 20 meter yang bisa terjadi di sepanjang pesisir selatan Jawa.
"Intinya, kita melakukan literasi tentang pengetahuan kebencanaan. Bencana gempa bumi ini, apakah megathrust yang skalanya di atas magnitudo 9 atau mungkin di bawahnya merupakan potensi bencana yang dapat terjadi dimana saja selama di Indonesia," kata Benny usai mengikuti kegiatan konferensi video dengan beberapa lembaga di ruang kerjanya, Senin.
Ia mengingatkan Indonesia berada di jalur cincin api sehingga bencana gempa bumi tektonik maupun vulkanik ini bisa terjadi kapan saja dan dimana saja.
"Karena kita berada di wilayah ring off fire (cincin api). (Saat ini) yang terpenting adalah bagaimana kita mengantisipasi risiko (bencana) itu dan bersiap lebih awal," katanya.
Di daerah pesisir selatan Kabupaten Trenggalek sudah disiapkan sarana prasarana untuk pendeteksi tsunami. Sehingga bila terjadi bencana gempa tektonik yang berisiko memicu tsunami, perangkat yang dipasang bisa bekerja dengan baik.
Rambu jalur evakuasi juga sudah terpasang di hampir semua kawasan pesisir mulai di Kecamatan Panggul, Munjungan hingga Prigi.
Untuk meningkatkan kemampuan mitigasi kebencanaan, Dinsos bersama BPBD maupun jajaran dinas terkait secara periodik menggelar pelatihan-pelatihan.
Bahkan tahun lalu ada ekspedisi Destana (Desa Tanggap Tsunami).
Selain memberikan literasi kebencanaan, masyarakat juga diminta untuk tidak paranoid atau takut berlebihan. Karena ini bisa terjadi dimana saja dan kapan saja.
"Masyarakat juga tidak perlu ragu untuk berwisata ke pantai. Karena lokasi ini sudah ada sarana dan prasarana untuk mendeteksi bencana ini, sehingga kalau terjadi bisa melakukan evakuasi, baik bagi masyarakat yang menghuni pantai ataupun masyarakat yang menjadi wisatawan," katanya.
Apabila terjadi gempa lebih dari 20 detik, lanjut dia, maka evakuasi segera dilakukan. Tidak perlu kita menanti peringatan dari peralatan yang ada, ujar Benny.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
"Intinya, kita melakukan literasi tentang pengetahuan kebencanaan. Bencana gempa bumi ini, apakah megathrust yang skalanya di atas magnitudo 9 atau mungkin di bawahnya merupakan potensi bencana yang dapat terjadi dimana saja selama di Indonesia," kata Benny usai mengikuti kegiatan konferensi video dengan beberapa lembaga di ruang kerjanya, Senin.
Ia mengingatkan Indonesia berada di jalur cincin api sehingga bencana gempa bumi tektonik maupun vulkanik ini bisa terjadi kapan saja dan dimana saja.
"Karena kita berada di wilayah ring off fire (cincin api). (Saat ini) yang terpenting adalah bagaimana kita mengantisipasi risiko (bencana) itu dan bersiap lebih awal," katanya.
Di daerah pesisir selatan Kabupaten Trenggalek sudah disiapkan sarana prasarana untuk pendeteksi tsunami. Sehingga bila terjadi bencana gempa tektonik yang berisiko memicu tsunami, perangkat yang dipasang bisa bekerja dengan baik.
Rambu jalur evakuasi juga sudah terpasang di hampir semua kawasan pesisir mulai di Kecamatan Panggul, Munjungan hingga Prigi.
Untuk meningkatkan kemampuan mitigasi kebencanaan, Dinsos bersama BPBD maupun jajaran dinas terkait secara periodik menggelar pelatihan-pelatihan.
Bahkan tahun lalu ada ekspedisi Destana (Desa Tanggap Tsunami).
Selain memberikan literasi kebencanaan, masyarakat juga diminta untuk tidak paranoid atau takut berlebihan. Karena ini bisa terjadi dimana saja dan kapan saja.
"Masyarakat juga tidak perlu ragu untuk berwisata ke pantai. Karena lokasi ini sudah ada sarana dan prasarana untuk mendeteksi bencana ini, sehingga kalau terjadi bisa melakukan evakuasi, baik bagi masyarakat yang menghuni pantai ataupun masyarakat yang menjadi wisatawan," katanya.
Apabila terjadi gempa lebih dari 20 detik, lanjut dia, maka evakuasi segera dilakukan. Tidak perlu kita menanti peringatan dari peralatan yang ada, ujar Benny.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020