Dolar AS menguat dalam perdagangan berombak Rabu (Kamis pagi WIB) setelah Federal Reserve mempertahankan suku bunga mendekati nol dan mengatakan pihaknya memperkirakan pemulihan ekonomi AS dari krisis virus corona akan berakselerasi dengan pengangguran turun lebih cepat dari yang diperkirakan bank sentral pada Juni.
Bank sentral AS mengatakan akan mempertahankan suku bunga pada level terendah sampai inflasi berada pada jalur untuk "cukup melebihi" target inflasi bank sentral AS dua persen "untuk beberapa waktu."
Dalam proyeksi ekonomi baru, para pembuat kebijakan Fed rata-rata memperkirakan pertumbuhan ekonomi turun 3,7 persen tahun ini, sebuah perbaikan dari penurunan 6,5 persen yang diproyeksikan pada Juni.
“The Fed benar-benar menekankan sikap dovish-nya dan bagaimana inflasi memegang kunci untuk prospek kebijakan. Secara keseluruhan itu sangat dovish,” kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions di Washington.
“Tapi apa yang menjaga potensi kejatuhan dolar sejauh ini adalah bahwa Fed meningkatkan perkiraan ekonominya untuk PDB untuk 2020. Proyeksi baru adalah -3,7 persen. Itu tidak seburuk (proyeksi) dari Juni," tambahnya.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya menguat 0,07 persen menjadi 93,19. Euro melemah 0,41 persen menjadi 1,1797 dolar.
Data China yang lebih kuat untuk Agustus pada Selasa (15/9/2020) telah membebani greenback karena investor memperkirakan prospek bahwa kawasan lain akan melihat pemulihan ekonomi yang lebih cepat dari virus corona daripada AS.
"Saya akan mengatakan dorongan terbesar minggu ini adalah data aktivitas yang lebih kuat untuk Agustus dari China, dan mungkin sedikit optimisme yang sedang berlangsung tentang vaksin," kata Vassili Serebriakov, ahli strategi valas di UBS di New York.
Data China menunjukkan bahwa produksi industri mengalami percepatan paling tinggi dalam delapan bulan pada Agustus, sementara penjualan ritel tumbuh untuk pertama kalinya tahun ini.
"Orang-orang mulai merangkul tema baru, yaitu bahwa China mengelola jauh lebih baik daripada negara lain," kata Davis Hall, kepala pasar modal di Asia di Indosuez Wealth Management.
Yuan di luar negeri naik menjadi 6,7426, terkuat sejak Mei 2019.
Mata uang safe-haven yen Jepang mencapai tertinggi dua setengah bulan di 104,81 terhadap greenback.
“Penarik utama yen adalah ketidakpastian politik di dalam negeri. Hengkangnya Abe yang mengejutkan telah menempatkan permintaan terus-menerus ke dalam yen karena investor Jepang menarik kembali risiko,” kata Adam Button, kepala analis mata uang di ForexLive di Toronto.
Perdana Menteri baru Jepang Yoshihide Suga berjanji pada Rabu (16/9/2020) bahwa dia akan melakukan yang terbaik untuk melindungi pekerjaan sambil juga melawan virus corona. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Bank sentral AS mengatakan akan mempertahankan suku bunga pada level terendah sampai inflasi berada pada jalur untuk "cukup melebihi" target inflasi bank sentral AS dua persen "untuk beberapa waktu."
Dalam proyeksi ekonomi baru, para pembuat kebijakan Fed rata-rata memperkirakan pertumbuhan ekonomi turun 3,7 persen tahun ini, sebuah perbaikan dari penurunan 6,5 persen yang diproyeksikan pada Juni.
“The Fed benar-benar menekankan sikap dovish-nya dan bagaimana inflasi memegang kunci untuk prospek kebijakan. Secara keseluruhan itu sangat dovish,” kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions di Washington.
“Tapi apa yang menjaga potensi kejatuhan dolar sejauh ini adalah bahwa Fed meningkatkan perkiraan ekonominya untuk PDB untuk 2020. Proyeksi baru adalah -3,7 persen. Itu tidak seburuk (proyeksi) dari Juni," tambahnya.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya menguat 0,07 persen menjadi 93,19. Euro melemah 0,41 persen menjadi 1,1797 dolar.
Data China yang lebih kuat untuk Agustus pada Selasa (15/9/2020) telah membebani greenback karena investor memperkirakan prospek bahwa kawasan lain akan melihat pemulihan ekonomi yang lebih cepat dari virus corona daripada AS.
"Saya akan mengatakan dorongan terbesar minggu ini adalah data aktivitas yang lebih kuat untuk Agustus dari China, dan mungkin sedikit optimisme yang sedang berlangsung tentang vaksin," kata Vassili Serebriakov, ahli strategi valas di UBS di New York.
Data China menunjukkan bahwa produksi industri mengalami percepatan paling tinggi dalam delapan bulan pada Agustus, sementara penjualan ritel tumbuh untuk pertama kalinya tahun ini.
"Orang-orang mulai merangkul tema baru, yaitu bahwa China mengelola jauh lebih baik daripada negara lain," kata Davis Hall, kepala pasar modal di Asia di Indosuez Wealth Management.
Yuan di luar negeri naik menjadi 6,7426, terkuat sejak Mei 2019.
Mata uang safe-haven yen Jepang mencapai tertinggi dua setengah bulan di 104,81 terhadap greenback.
“Penarik utama yen adalah ketidakpastian politik di dalam negeri. Hengkangnya Abe yang mengejutkan telah menempatkan permintaan terus-menerus ke dalam yen karena investor Jepang menarik kembali risiko,” kata Adam Button, kepala analis mata uang di ForexLive di Toronto.
Perdana Menteri baru Jepang Yoshihide Suga berjanji pada Rabu (16/9/2020) bahwa dia akan melakukan yang terbaik untuk melindungi pekerjaan sambil juga melawan virus corona. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020