Pemerintah Kabupaten Pamekasan berupaya menekan kasus kekerdilan pada anak dengan menggencarkan kampanye "Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan" atau Gemarikan dan memberikan makanan tambahan pada anak di wilayah itu.
"Langkah ini, karena angka kasus kekerdilan di Pamekasan masih ada dan perlu perhatian serius semua elemen masyarakat," kata Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Pemkab Pamekasan Nayla Baddrut Tamam di Pamekasan, Sabtu.
Nayla yang juga Ketua Forum Peningkatan Konsumsi Ikan (Forikan) Pamekasan ini lebih lanjut mengatakan, di tengah pandemi COVID-19 ini masyarakat harus memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Salah satunya, dengan memperbanyak mengonsumsi ikan laut.
Kasus kekerdilan pada anak yang terjadi di Kabupaten Pamekasan umumnya terjadi di kalangan masyarakat yang kurang dari sisi konsumsi ikan.
"Oleh karenanya, Gerakan Gemar Mengonsumsi Ikan perlu kita gencarkan, disamping bantuan pemberian makanan tambahan melalui masing-masing posyandu yang ada di desa," kata Nayla.
Istri Bupati Pamekasan Baddrut Tamam ini lebih lanjut menjelaskan, pada tahun 2019 angka kasus kekerdilan pada anak di Pamekasan berada di kisaran 17,75 persen.
Persentase kasus kekerdilan ini menurun dibanding 2018. Sebab, kala itu, kasus kekerdilan pada anak mencapai 26,67 persen.
Ia juga menjelaskan, konsumsi ikan masyarakat di Kabupaten Pamekasan pada tahun 2019 terdata 39,32 kilogram per tahun per kapita dan diharapkan terus meningkatkan, mengingat mengonsumsi ikan banyak manfaatnya bagi kesehatan tubuh, terutama di masa pandemi COVID-19 ini.
Sementara itu, sebelumnya Seksi Promosi pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Pamekasan merilis, berdasarkan pendataan, balita yang ditemukan mengalami kasus kekerdilan karena kekurangan asupan gizi mencapai 1.341 balita.
Data balita kerdil ini, ditemukan di 10 desa yang tersebar di tiga kecamatan dari 13 kecamatan yang ada di Kabupaten Pamekasan. Masing-masing di Kecamatan Palengaan, Pademawu dan Kecamatan Proppo, dengan jumlah terbanyak di Kecamatan Palengaan.
Terbanyak kedua ialah di Kecamatan Proppo, yakni di tiga desa, dan terbanyak ketiga di Kecamatan Pademawu, yakni di dua desa.
Ada banyak faktor yang menyebabkan balita mengalami kekerdilan. Antara lain kurangnya nutrisi dalam tubuh seperti lemak, karbohidrat, dan protein, dan minimnya pengetahuan orang tua tentang pentingnya menjaga janin sejak dalam kandungan.
Sebagian masyarakat di Pamekasan, masih ada yang menganggap bahwa balita gemuk bertanda sehat. Padahal, kegemukan di usia yang tidak wajar merupakan gejala penyakit kerdil dan kurang gizi.
Sementara itu, menurut data Dinkes Jatim, Kabupaten Pamekasan termasuk dari 12 kabupaten/kota yang menjadi lokus balita kerdil akibat kurang gizi. Kabupaten lain di Pulau Madura yang juga masuk dari 12 kabupaten/kota sebagai lokus balita kerdil adalah Sampang dan Bangkalan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
"Langkah ini, karena angka kasus kekerdilan di Pamekasan masih ada dan perlu perhatian serius semua elemen masyarakat," kata Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Pemkab Pamekasan Nayla Baddrut Tamam di Pamekasan, Sabtu.
Nayla yang juga Ketua Forum Peningkatan Konsumsi Ikan (Forikan) Pamekasan ini lebih lanjut mengatakan, di tengah pandemi COVID-19 ini masyarakat harus memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Salah satunya, dengan memperbanyak mengonsumsi ikan laut.
Kasus kekerdilan pada anak yang terjadi di Kabupaten Pamekasan umumnya terjadi di kalangan masyarakat yang kurang dari sisi konsumsi ikan.
"Oleh karenanya, Gerakan Gemar Mengonsumsi Ikan perlu kita gencarkan, disamping bantuan pemberian makanan tambahan melalui masing-masing posyandu yang ada di desa," kata Nayla.
Istri Bupati Pamekasan Baddrut Tamam ini lebih lanjut menjelaskan, pada tahun 2019 angka kasus kekerdilan pada anak di Pamekasan berada di kisaran 17,75 persen.
Persentase kasus kekerdilan ini menurun dibanding 2018. Sebab, kala itu, kasus kekerdilan pada anak mencapai 26,67 persen.
Ia juga menjelaskan, konsumsi ikan masyarakat di Kabupaten Pamekasan pada tahun 2019 terdata 39,32 kilogram per tahun per kapita dan diharapkan terus meningkatkan, mengingat mengonsumsi ikan banyak manfaatnya bagi kesehatan tubuh, terutama di masa pandemi COVID-19 ini.
Sementara itu, sebelumnya Seksi Promosi pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Pamekasan merilis, berdasarkan pendataan, balita yang ditemukan mengalami kasus kekerdilan karena kekurangan asupan gizi mencapai 1.341 balita.
Data balita kerdil ini, ditemukan di 10 desa yang tersebar di tiga kecamatan dari 13 kecamatan yang ada di Kabupaten Pamekasan. Masing-masing di Kecamatan Palengaan, Pademawu dan Kecamatan Proppo, dengan jumlah terbanyak di Kecamatan Palengaan.
Terbanyak kedua ialah di Kecamatan Proppo, yakni di tiga desa, dan terbanyak ketiga di Kecamatan Pademawu, yakni di dua desa.
Ada banyak faktor yang menyebabkan balita mengalami kekerdilan. Antara lain kurangnya nutrisi dalam tubuh seperti lemak, karbohidrat, dan protein, dan minimnya pengetahuan orang tua tentang pentingnya menjaga janin sejak dalam kandungan.
Sebagian masyarakat di Pamekasan, masih ada yang menganggap bahwa balita gemuk bertanda sehat. Padahal, kegemukan di usia yang tidak wajar merupakan gejala penyakit kerdil dan kurang gizi.
Sementara itu, menurut data Dinkes Jatim, Kabupaten Pamekasan termasuk dari 12 kabupaten/kota yang menjadi lokus balita kerdil akibat kurang gizi. Kabupaten lain di Pulau Madura yang juga masuk dari 12 kabupaten/kota sebagai lokus balita kerdil adalah Sampang dan Bangkalan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020