Pihak manajemen Universitas Airlangga Surabaya mendampingi korban kasus pelecehan seksual fetish kain jarik berkedok riset yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) berinisial G.

Ketua Pusat Informasi dan Humas (PIH) Unair Suko Widodo di Surabaya, Rabu, mengatakan pihaknya akan mendampingi korban primer yakni korban yang telah bertemu dan telah dibungkus kain jarik oleh pelaku fetish berinisial G untuk pelaporan ke pihak kepolisian.

"Kalau masalah etik, kami sudah selesaikan, tapi kalau masalah kriminalnya menjadi wewenang kepolisian. Dari help center, kami mendampingi korban primer sudah ada yang akan melapor ke polisi pastinya," ujarnya.

Sedangkan untuk korban sekunder, yakni korban yang hanya melakukan percakapan via media sosial dengan korban, Unair juga akan memberi pendampingan psikologis bagi mereka.

"Korban sekunder itu yang sempat dihubungi dan melakukan percakapan dengan pelaku melalui media sosial. Unair terus memberikan pendampingan kepada para korban yang mengalami trauma," ujarnya.

Unair juga telah mengambil keputusan dengan mengeluarkan atau melakukan drop out (DO) terhadap pelaku fetish berinisial G.

Keputusan mengeluarkan mahasiswa berinisial G diambil setelah Rektor Unair Prof Mohammad Nasih menghubungi orang yang bersangkutan di Kalimantan melalui daring.

"Merujuk pada azas komisi etik, keputusan baru bisa diambil saat bisa mendengar pengakuan dari yang bersangkutan dan atau wali. Karena orang tua sudah bisa dihubungi, maka pak rektor memutuskan yang bersangkutan di-DO atau dikeluarkan," kata Suko.

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020