Emas berjangka turun pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena investor menjual logam mulia bersama kelas aset lain ketika kenaikan global dalam kasus virus corona memicu pelarian ke uang tunai.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi COMEX New York Mercantile Exchange, turun 6,9 dolar AS atau 0,39 persen menjadi ditutup pada 1.775,10 dolar AS per ounce.
Emas berjangka naik 15,60 dolar AS atau 0,88 persen menjadi 1.782,00 dolar AS per ounce pada Selasa (23/6/2020), setelah menguat 13,40 dolar AS atau 0,76 persen menjadi 1.766,40 dolar AS pada Senin (22/6/2020) dan melonjak 21,9 dolar AS atau 1,27 persen menjadi 1.753,00 dolar AS akhir pekan lalu.
“Orang-orang hanya menuju uang tunai. Mereka mengurangi investasi dalam portofolio mereka," kata Michael Matousek, kepala pedagang di Global Investors AS, mengutip kenaikan infeksi COVID-19.
“Ketika penghindaran risiko untuk hampir semuanya, Anda memiliki orang yang menjual emas. Mereka menjual sedikit dari segalanya (semua jenis aset) di seluruh papan. "
Meningkatnya kekhawatiran tentang percepatan pandemi virus corona membuat ekuitas global berjatuhan pada Rabu (24/6/2020), sedikit membatasi penurunan emas.
Meskipun sedikit mundur, harga emas telah naik lebih dari 16 persen tahun ini, didukung oleh langkah-langkah stimulus dan penurunan suku bunga oleh bank-bank sentral.
Logam yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding) dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang.
"Ekspektasi inflasi jangka panjang masih lemah dan memiliki ruang besar untuk naik," kata Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities.
"Ketika Anda memiliki suku bunga rendah dan kenaikan inflasi, itu berarti suku bunga riil ditekan dan itulah faktor yang mendorong harga emas lebih tinggi." Emas sebagai aset safe haven bisa melihat lonjakan permintaan lebih lanjut.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli turun 39,3 sen atau 2,18 persen, menjadi ditutup pada 17,67 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli turun 41,8 dolar AS atau 4,94 persen, menjadi menetap pada 804,6 dolar AS per ounce. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi COMEX New York Mercantile Exchange, turun 6,9 dolar AS atau 0,39 persen menjadi ditutup pada 1.775,10 dolar AS per ounce.
Emas berjangka naik 15,60 dolar AS atau 0,88 persen menjadi 1.782,00 dolar AS per ounce pada Selasa (23/6/2020), setelah menguat 13,40 dolar AS atau 0,76 persen menjadi 1.766,40 dolar AS pada Senin (22/6/2020) dan melonjak 21,9 dolar AS atau 1,27 persen menjadi 1.753,00 dolar AS akhir pekan lalu.
“Orang-orang hanya menuju uang tunai. Mereka mengurangi investasi dalam portofolio mereka," kata Michael Matousek, kepala pedagang di Global Investors AS, mengutip kenaikan infeksi COVID-19.
“Ketika penghindaran risiko untuk hampir semuanya, Anda memiliki orang yang menjual emas. Mereka menjual sedikit dari segalanya (semua jenis aset) di seluruh papan. "
Meningkatnya kekhawatiran tentang percepatan pandemi virus corona membuat ekuitas global berjatuhan pada Rabu (24/6/2020), sedikit membatasi penurunan emas.
Meskipun sedikit mundur, harga emas telah naik lebih dari 16 persen tahun ini, didukung oleh langkah-langkah stimulus dan penurunan suku bunga oleh bank-bank sentral.
Logam yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding) dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang.
"Ekspektasi inflasi jangka panjang masih lemah dan memiliki ruang besar untuk naik," kata Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities.
"Ketika Anda memiliki suku bunga rendah dan kenaikan inflasi, itu berarti suku bunga riil ditekan dan itulah faktor yang mendorong harga emas lebih tinggi." Emas sebagai aset safe haven bisa melihat lonjakan permintaan lebih lanjut.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli turun 39,3 sen atau 2,18 persen, menjadi ditutup pada 17,67 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli turun 41,8 dolar AS atau 4,94 persen, menjadi menetap pada 804,6 dolar AS per ounce. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020