Sejumlah sekolah di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, mulai mengadopsi model pembelajaran dengan protokol kesehatan ketat sebagai bagian tahapan menuju tatanan normal baru selama masa pandemi COVID-19.
Pergeseran tata laksana pendidikan di sekolah itu salah satunya terlihat dalam rangkaian kegiatan purnawiyata siswa KB (kelompok belajar) dan TK Al-Khodijah, di Desa Tiudan, Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung, Sabtu.
Siswa tak diperkenankan bergerombol. Pun demikian halnya dengan para wali murid.
Mereka hanya boleh mengantre di luar pagar sekolah dengan kendaraan masing-masing, pada jarak aman, termasuk sambil menunggang sepeda motor yang dibawa dari rumah.
Satu per satu para wali murid dan siswa memasuki pintu gerbang halaman sekolah, dengan terlebih dulu dicek suhu tubuh oleh petugas menggunakan "thermal gun".
Setelah dinyatakan suhu tubuh normal, para siswa bergiliran mengikuti prosesi wisuda yang digelar sederhana di halaman sekolah itu.
"Ide ini muncul spontan di kami untuk menerapkan prosesi purnawiyata sekolah dengan tetap mencegah risiko penularan COVID-19. Kami aman, peserta didik dan orang tuanya juga sehat tidak tertular virus," kata Kepala Sekolah TK Al-Khodijah, Tiudan, Margo Rahayu dikonfirmasi usai kegiatan purnawiyata.
Model purnawiyata dengan konsep kenormalan baru dimana siswa lulus dihadirkan semua namun dengan protokol kesehatan ketat ini tidak banyak diterapkan sekolah-sekolah lain.
Beberapa sekolah memilih tidak menggelar seremonial purnawiyata. Kalaupun ada, bentuknya hanya membagikan rapor dan hasil kelulusan kepada siswa atau wali murid yang mewakili.
Namun demikian, pembelajaran di sekolah dengan protokol kesehatan kini mulai banyak diadopsi sejumlah lembaga pendidikan.
Khususnya di lingkungan ponpes. Sebagaimana dilakukan di MTs Al Ma'arif, Ponpes Panggung, Tamanan, Tulungagung.
Sepekan terakhir sekolah milik pondok pesantren Panggung ini melakukan serangkaian simulasi pembelajaran dengan menerapkan protokol kesehatan ketat.
Kelas diberi sekat transparan yang memisahkan area guru dengan murid, pemakaian masker, wajib cuci tangan dan penyediaan cairan beralkohol untuk pembersih, jaga jarak antarsiswa hingga pemakaian disinfeksi untuk mencegah penyebaran virus di lingkungan pondok.
Protokol kesehatan serupa diterapkan saat santri dan siswa belajar mengaji. Ustad/ustadzah wajib mengenakan masker dan pelindung wajah transparan.
Jarak antara santri/santriwati dengan ustadz/ustadzah pun dibuat lebih renggang dibanding biasanya.
"Ya, simulasi telah kami lakukan untuk menyiapkan mental dan pengetahuan siswa menghadapi model pembelajaran di masa pandemi COVID 19 ini," ujar salah satu pendidik di MTs Al-Maarif M. Zaenal. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Pergeseran tata laksana pendidikan di sekolah itu salah satunya terlihat dalam rangkaian kegiatan purnawiyata siswa KB (kelompok belajar) dan TK Al-Khodijah, di Desa Tiudan, Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung, Sabtu.
Siswa tak diperkenankan bergerombol. Pun demikian halnya dengan para wali murid.
Mereka hanya boleh mengantre di luar pagar sekolah dengan kendaraan masing-masing, pada jarak aman, termasuk sambil menunggang sepeda motor yang dibawa dari rumah.
Satu per satu para wali murid dan siswa memasuki pintu gerbang halaman sekolah, dengan terlebih dulu dicek suhu tubuh oleh petugas menggunakan "thermal gun".
Setelah dinyatakan suhu tubuh normal, para siswa bergiliran mengikuti prosesi wisuda yang digelar sederhana di halaman sekolah itu.
"Ide ini muncul spontan di kami untuk menerapkan prosesi purnawiyata sekolah dengan tetap mencegah risiko penularan COVID-19. Kami aman, peserta didik dan orang tuanya juga sehat tidak tertular virus," kata Kepala Sekolah TK Al-Khodijah, Tiudan, Margo Rahayu dikonfirmasi usai kegiatan purnawiyata.
Model purnawiyata dengan konsep kenormalan baru dimana siswa lulus dihadirkan semua namun dengan protokol kesehatan ketat ini tidak banyak diterapkan sekolah-sekolah lain.
Beberapa sekolah memilih tidak menggelar seremonial purnawiyata. Kalaupun ada, bentuknya hanya membagikan rapor dan hasil kelulusan kepada siswa atau wali murid yang mewakili.
Namun demikian, pembelajaran di sekolah dengan protokol kesehatan kini mulai banyak diadopsi sejumlah lembaga pendidikan.
Khususnya di lingkungan ponpes. Sebagaimana dilakukan di MTs Al Ma'arif, Ponpes Panggung, Tamanan, Tulungagung.
Sepekan terakhir sekolah milik pondok pesantren Panggung ini melakukan serangkaian simulasi pembelajaran dengan menerapkan protokol kesehatan ketat.
Kelas diberi sekat transparan yang memisahkan area guru dengan murid, pemakaian masker, wajib cuci tangan dan penyediaan cairan beralkohol untuk pembersih, jaga jarak antarsiswa hingga pemakaian disinfeksi untuk mencegah penyebaran virus di lingkungan pondok.
Protokol kesehatan serupa diterapkan saat santri dan siswa belajar mengaji. Ustad/ustadzah wajib mengenakan masker dan pelindung wajah transparan.
Jarak antara santri/santriwati dengan ustadz/ustadzah pun dibuat lebih renggang dibanding biasanya.
"Ya, simulasi telah kami lakukan untuk menyiapkan mental dan pengetahuan siswa menghadapi model pembelajaran di masa pandemi COVID 19 ini," ujar salah satu pendidik di MTs Al-Maarif M. Zaenal. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020