Pakar Komunikasi Universitas Airlangga Surabaya Dr Suko Widodo menyebut pelabelan Kota Surabaya dengan warna hitam karena jumlah kasus COVID-19 sudah lebih dari 1.025 kasus menjadi stigma yang kurang konstruktif.

Suko di Surabaya, Kamis, mengatakan dibanding melabeli Surabaya dengan warna hitam sebaiknya pemerintah membangun komunikasi publik dengan pesan atau informasi yang bisa membangkitkan optimisme baru.

"Kita semua menghadapi 'musuh' sama yakni corona. Pelabelan warna hitam itu harus hati-hati. Karena jika terus menerus jadi stigma yang kurang konstruktif," katanya.

Menurut Suko, masyarakat sedang membutuhkan optimisme dari semua pihak. Maka kini yang diperlukan adalah ikhtiar bersama di antara pemerintah dan masyarakat.

Untuk itu, perlu melibatkan pihak perguruan tinggi, kalangan media, tokoh dan kalangan bisnis untuk bersama dan bersinergi memberi pendampingan ke masyarakat.

"Intinya kita butuh pesan yang meneduhkan, pesan yang membawa optimisme. Perbanyak informasi yang bisa memandu warga mengatasi masalah pandemik ini," ujarnya.

Dia menambahkan, informasi yang konstruktif dan penuh optimisme saat ini dibutuhkan masyarakat menghadapi situasi serba sulit. "Jangan malah diberi informasi konflik atau juga yang sifatnya pesimis," kata Suko.

Selain itu, kata Suko, tidak semua data COVID-19 harus dikabarkan, sebab hal itu justru membuat masyarakat panik. Seharusnya pemerintah bijak dalam menyampaikan data dan informasi kepada warga.

Berdasarkan data dari dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Jatim, per hari Rabu (3/6) angka positif COVID-19 di Kota Surabaya mencapai 2.803 atau bertambah 55 orang. Untuk pasien sembuh mencapai 540 orang, sedangkan pasien COVID-19 meninggal dunia di Surabaya totalnya 256 orang.

Sementara untuk wilayah Jatim terdapat penambahan kasus sebanyak 172 kasus baru sehingga total menjadi 5.310 kasus. Pasien sembuh mencapai 1.091 orang. Sementara pasien meninggal dunia totalnya mencapai 437 orang. (*)

 

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020