Penukaran uang pecahan kecil baru menjelang Lebaran 1441 Hijriah di perbankan rata-rata menurun dibanding tahun sebelumnya, tak terkecuali di Bank Syariah Mandiri (BSM).
Kepala Cabang Bank Syariah Mandiri Malang Haekal Saddam Husein di Malang, Senin, mengaku pada tahun lalu, selama tujuh hari penukaran uang pecahan kecil baru sudah mencapai Rp4,9 miliar. Namun, di tengah pandemi COVID-19 sekarang ini, baru mencapai Rp2,2 miliar.
"Selain menurunnya jumlah nasabah maupun uang yang ditukar, alokasi uang pecahan kecil baru yang diberikan Bank Indonesia (BI) Malang juga menurun, yakni Rp5 miliar. Padahal, tahun sebelumnya hampir Rp7 miliar," katanya.
Selain nasabah perorangan, lanjutnya, jumlah instansi yang rutin dan menjadi langganan penukaran uang baru menjelang Lebaran juga menyusut. "Pada tahun-tahun sebelumnya Kemenag maupun Bea Cukai Malang menjadi instansi langganan kami, sekarang belum ada permintaan," ujarnya.
Ia memperkirakan menurunnya nasabah maupun jumlah uang yang ditukar dikarenakan kondisi perekonomian yang juga menurun akibat pandemi COVID-19 di Tanah Air sejak awal Februari lalu.
Untuk penukaran uang pecahan kecil baru tersebut, Bank Syariah Mandiri Malang hanya melayani untuk 50 antrean per hari, sedangkan untuk layanan rutin tetap seperti biasa, dibuka mulai jam 08.30-14.30 WIB.
"Untuk menyiasati menurunnya transaksi secara umum, kami lebih banyak mengarah pada 'mobile banking', termasuk untuk membuka rekening baru melalui Program Buka Rekening Online (Bureko). Nasabah tidak perlu datang ke kantor, sebab untuk bertransaksi tetap bisa dilakukan meski tanpa kartu," papar Haikal.
Sebelumnya, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Malang merilis bahwa pada tahun ini uang kartal untuk persediaan Ramadhan dan Idul Fitri yang disiapkan bank sentral itu juga menurun 0,2 persen, yakni Rp3,66 triliun dari tahun sebelumnya Rp3,672 triliun.
Proyeksi outflow tersebut dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan penarikan secara tunai melalui kantor layanan maupun mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) perbankan.
Penurunan proyeksi ini sejalan dengan proyeksi permintaan konsumsi masyarakat yang diperkirakan lebih rendah, terkait dengan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah.
Kebijakan itu mengurangi mobilitas sosial yang berdampak pada berkurangnya aktivitas fisik, sehingga mengurangi pola konsumsi dan berdampak pada penurunan kebutuhan akan uang kartal.
Berbeda dari tahun sebelumnya, dengan memerhatikan aspek kemanusiaan dan kesehatan masyarakat dalam memitigasi penyebaran COVID-19, layanan penukaran uang kepada masyarakat yang biasanya disediakan melalui penyediaan penukaran di lokasi umum, pada tahun ini hanya disediakan melalui loket di bank.
Loket penukaran uang secara mobile melalui kas keliling, pada tahun ini juga ditiadakan dengan harapan tidak ada kerumunan massa dan "social distancing" bisa terwujud.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Kepala Cabang Bank Syariah Mandiri Malang Haekal Saddam Husein di Malang, Senin, mengaku pada tahun lalu, selama tujuh hari penukaran uang pecahan kecil baru sudah mencapai Rp4,9 miliar. Namun, di tengah pandemi COVID-19 sekarang ini, baru mencapai Rp2,2 miliar.
"Selain menurunnya jumlah nasabah maupun uang yang ditukar, alokasi uang pecahan kecil baru yang diberikan Bank Indonesia (BI) Malang juga menurun, yakni Rp5 miliar. Padahal, tahun sebelumnya hampir Rp7 miliar," katanya.
Selain nasabah perorangan, lanjutnya, jumlah instansi yang rutin dan menjadi langganan penukaran uang baru menjelang Lebaran juga menyusut. "Pada tahun-tahun sebelumnya Kemenag maupun Bea Cukai Malang menjadi instansi langganan kami, sekarang belum ada permintaan," ujarnya.
Ia memperkirakan menurunnya nasabah maupun jumlah uang yang ditukar dikarenakan kondisi perekonomian yang juga menurun akibat pandemi COVID-19 di Tanah Air sejak awal Februari lalu.
Untuk penukaran uang pecahan kecil baru tersebut, Bank Syariah Mandiri Malang hanya melayani untuk 50 antrean per hari, sedangkan untuk layanan rutin tetap seperti biasa, dibuka mulai jam 08.30-14.30 WIB.
"Untuk menyiasati menurunnya transaksi secara umum, kami lebih banyak mengarah pada 'mobile banking', termasuk untuk membuka rekening baru melalui Program Buka Rekening Online (Bureko). Nasabah tidak perlu datang ke kantor, sebab untuk bertransaksi tetap bisa dilakukan meski tanpa kartu," papar Haikal.
Sebelumnya, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Malang merilis bahwa pada tahun ini uang kartal untuk persediaan Ramadhan dan Idul Fitri yang disiapkan bank sentral itu juga menurun 0,2 persen, yakni Rp3,66 triliun dari tahun sebelumnya Rp3,672 triliun.
Proyeksi outflow tersebut dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan penarikan secara tunai melalui kantor layanan maupun mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) perbankan.
Penurunan proyeksi ini sejalan dengan proyeksi permintaan konsumsi masyarakat yang diperkirakan lebih rendah, terkait dengan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah.
Kebijakan itu mengurangi mobilitas sosial yang berdampak pada berkurangnya aktivitas fisik, sehingga mengurangi pola konsumsi dan berdampak pada penurunan kebutuhan akan uang kartal.
Berbeda dari tahun sebelumnya, dengan memerhatikan aspek kemanusiaan dan kesehatan masyarakat dalam memitigasi penyebaran COVID-19, layanan penukaran uang kepada masyarakat yang biasanya disediakan melalui penyediaan penukaran di lokasi umum, pada tahun ini hanya disediakan melalui loket di bank.
Loket penukaran uang secara mobile melalui kas keliling, pada tahun ini juga ditiadakan dengan harapan tidak ada kerumunan massa dan "social distancing" bisa terwujud.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020