Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Jawa Timur menggelar dialog kebangsaan secara dalam jaringan dengan fasilitas zoom meeting di Surabaya, Sabtu, bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional.
Dialog dengan tema "Suara Milenial: Merajut Kebangsaan dan Menguatkan Jati Diri Ke-Indonesia-an di Saat Pandemi COVID-19" itu diikuti ratusan peserta dari berbagai kalangan, dengan menghadirkan pembicara Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol Hamdi, Kepala Bakesbangpol Jatim Jonathan Judianto, dan sejumlah pimpinan Badan Eksekutif Mahasiswa perguruan tinggi.
Acara yang berlangsung sekitar dua jam itu didukung Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), Badan Kesatuan Bangsa Politik (Bakesbangpol) Jatim, Universitas Surabaya, serta Universitas Airlangga.
Dikutip dari siaran pers FKPT Jatim, Kepala Bakesbangpol Jatim Jonathan Judianto saat membuka dialog menyatakan pihaknya sangat antusias dengan dialog yang digagas FKPT Jatim, khususnya dalam rangka penguatan rasa kebangsaan dalam menghadapi pandemi COVID-19.
"Kasus COVID-19 di Jatim saat ini sudah berada pada angka 1.000 lebih yang berstatus positif dan angkanya cenderung terus naik. Untuk PDP-nya (pasien dalam pemgawasan) ada 3.000 lebih dan untuk ODP (orang dalam pengasawan) sekitar 19.000. Jatim pada posisi kedua kasus terbanyak di Indonesia, dampaknya sangat besar bagi sisi kesehatan maupun sosial ekonomi," katanya.
Untuk itu, lanjut Jonathan, diperlukan upaya dan kerja keras dari semua elemen masyarakat guna bisa keluar dari situasi yang cukup pelik tersebut.
"Diperlukan pemahaman dan komitmen kebangsaan bersama, karena ini tidak akan bisa selesai tanpa didukung tingkat kedisiplinan masyarakat dalam menghadapi dan melaksanakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang saat ini tengah diberlakukan di Surabaya, Gresik dan Sidoarjo. Ketaatan pada protokol kesehatan menjadi kunci utama," ujarnya.
Menurut ia, peran generasi muda atau kaum milenial saat ini juga sangat penting, bahkan menjadi kunci guna bersama-sama mengatasi problem bangsa.
"Rekan-rekan milenial punya posisi yang sangat strategis, saya kira ini menjadi bagian yang sangat penting di dalam pelaksanaannya. Termasuk bagaimana kita bisa melaksanakan wawasan kebangsaan, bagaimana kita merajut kebangsaan, dan menguatkan jati diri kita," tambahnya.
Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol Hamdi pada dialog itu menyatakan bahwa di tengah pandemi COVID-19 yang terjadi di dunia saat ini, seluruh masyarakat harus bekerja sama dan bersatu dalam menanggulanginha agar bisa segera selesai.
Menurut Hamdi, kondisi seperti ini bukan pertama kali terjadi. "Peristiwa serupa telah terjadi pada abad ke-7 saat ada wabah amwas, terjadi antara tahun 600-639. Sekitar tahun 1347 hingga 1357 ada juga yang dikenal namanya wabah hitam. Dan pada 1918-1919 ada Flu Spanyol dengan korban 50 juta jiwa. Saat ini kita sedang diuji dengan COVID-19," kata Hamdi.
Ia menekankan kondisi seperti ini jangan menjadi sebuah keterbatasan dan tidak boleh terus berdiam diri, karena ada banyak hal yang memberikan inspirasi ketika terjadi wabah seperti ini.
"Contohnya sastrawan terkemuka William Shakespeare yang ketika terjadi wabah mampu membuat karya yang menjadi mahakarya puisi di dunia. Sama halnya juga fisikawan terkemuka Sir Issac Newtown, Giovani Hukasio, dan Edward Mulk menghasilkan karya luar biasa ketika wabah-wabah itu terjadi. Artinya, di tengah kesulitan bila serius bisa menghasilkan karya luar biasa," ujarnya.
Hamdi menegaskan, keberadaan sejarah para penemu itu seharusnya menjadi motivasi bagi kalangan generasi muda, mahasiswa, dan milenial untuk tetap berkarya dan produktif menghasilkan temuan-temuan baru demi bangsa dan negara, tanpa melupakan tugas dan tanggung jawab.
Pada kesempatan itu, Hamdi juga mengingatkan perlunya meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman yang terjadi di luar pandemi COVID-19, seperti ancaman radikalisme dan terorisme.
"Seperti yang telah terjadi, penangkapan yang dilakukan oleh temen-temen dari Detasemen Khusus 88 pada 22 Maret 2020 dilakukan penangkapan di Batang, kemudian ditangkap beberapa orang yang melakukan ancaman teror tanggal 11 April di Maluku, juga kemudian 13 April di tangkap di Sulawesi Tengah, serta 24 April ada penangkapan di Jawa Timur di Sidotopo (Surabaya), dan 26 April di Sidoarjo. Intinya tetap harus waspada terhadap aksi terorisme," ujarnya.
Ketua FKPT Jatim Hesti Armiwulan mengatakan, acara dialog kebangsaan berjalan cukup dinamis dan respon peserta dari kalangan mahasiswa cukup tinggi.
"Pada acara itu juga disosilisasikan keberadaan FKPT Jatim beserta beberapa program kerja. Sejumlah peserta juga mengharapkan ada diskusi lanjutan yang bisa digelar oleh FKPT Jatim," ujar Hesti. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Dialog dengan tema "Suara Milenial: Merajut Kebangsaan dan Menguatkan Jati Diri Ke-Indonesia-an di Saat Pandemi COVID-19" itu diikuti ratusan peserta dari berbagai kalangan, dengan menghadirkan pembicara Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol Hamdi, Kepala Bakesbangpol Jatim Jonathan Judianto, dan sejumlah pimpinan Badan Eksekutif Mahasiswa perguruan tinggi.
Acara yang berlangsung sekitar dua jam itu didukung Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), Badan Kesatuan Bangsa Politik (Bakesbangpol) Jatim, Universitas Surabaya, serta Universitas Airlangga.
Dikutip dari siaran pers FKPT Jatim, Kepala Bakesbangpol Jatim Jonathan Judianto saat membuka dialog menyatakan pihaknya sangat antusias dengan dialog yang digagas FKPT Jatim, khususnya dalam rangka penguatan rasa kebangsaan dalam menghadapi pandemi COVID-19.
"Kasus COVID-19 di Jatim saat ini sudah berada pada angka 1.000 lebih yang berstatus positif dan angkanya cenderung terus naik. Untuk PDP-nya (pasien dalam pemgawasan) ada 3.000 lebih dan untuk ODP (orang dalam pengasawan) sekitar 19.000. Jatim pada posisi kedua kasus terbanyak di Indonesia, dampaknya sangat besar bagi sisi kesehatan maupun sosial ekonomi," katanya.
Untuk itu, lanjut Jonathan, diperlukan upaya dan kerja keras dari semua elemen masyarakat guna bisa keluar dari situasi yang cukup pelik tersebut.
"Diperlukan pemahaman dan komitmen kebangsaan bersama, karena ini tidak akan bisa selesai tanpa didukung tingkat kedisiplinan masyarakat dalam menghadapi dan melaksanakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang saat ini tengah diberlakukan di Surabaya, Gresik dan Sidoarjo. Ketaatan pada protokol kesehatan menjadi kunci utama," ujarnya.
Menurut ia, peran generasi muda atau kaum milenial saat ini juga sangat penting, bahkan menjadi kunci guna bersama-sama mengatasi problem bangsa.
"Rekan-rekan milenial punya posisi yang sangat strategis, saya kira ini menjadi bagian yang sangat penting di dalam pelaksanaannya. Termasuk bagaimana kita bisa melaksanakan wawasan kebangsaan, bagaimana kita merajut kebangsaan, dan menguatkan jati diri kita," tambahnya.
Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol Hamdi pada dialog itu menyatakan bahwa di tengah pandemi COVID-19 yang terjadi di dunia saat ini, seluruh masyarakat harus bekerja sama dan bersatu dalam menanggulanginha agar bisa segera selesai.
Menurut Hamdi, kondisi seperti ini bukan pertama kali terjadi. "Peristiwa serupa telah terjadi pada abad ke-7 saat ada wabah amwas, terjadi antara tahun 600-639. Sekitar tahun 1347 hingga 1357 ada juga yang dikenal namanya wabah hitam. Dan pada 1918-1919 ada Flu Spanyol dengan korban 50 juta jiwa. Saat ini kita sedang diuji dengan COVID-19," kata Hamdi.
Ia menekankan kondisi seperti ini jangan menjadi sebuah keterbatasan dan tidak boleh terus berdiam diri, karena ada banyak hal yang memberikan inspirasi ketika terjadi wabah seperti ini.
"Contohnya sastrawan terkemuka William Shakespeare yang ketika terjadi wabah mampu membuat karya yang menjadi mahakarya puisi di dunia. Sama halnya juga fisikawan terkemuka Sir Issac Newtown, Giovani Hukasio, dan Edward Mulk menghasilkan karya luar biasa ketika wabah-wabah itu terjadi. Artinya, di tengah kesulitan bila serius bisa menghasilkan karya luar biasa," ujarnya.
Hamdi menegaskan, keberadaan sejarah para penemu itu seharusnya menjadi motivasi bagi kalangan generasi muda, mahasiswa, dan milenial untuk tetap berkarya dan produktif menghasilkan temuan-temuan baru demi bangsa dan negara, tanpa melupakan tugas dan tanggung jawab.
Pada kesempatan itu, Hamdi juga mengingatkan perlunya meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman yang terjadi di luar pandemi COVID-19, seperti ancaman radikalisme dan terorisme.
"Seperti yang telah terjadi, penangkapan yang dilakukan oleh temen-temen dari Detasemen Khusus 88 pada 22 Maret 2020 dilakukan penangkapan di Batang, kemudian ditangkap beberapa orang yang melakukan ancaman teror tanggal 11 April di Maluku, juga kemudian 13 April di tangkap di Sulawesi Tengah, serta 24 April ada penangkapan di Jawa Timur di Sidotopo (Surabaya), dan 26 April di Sidoarjo. Intinya tetap harus waspada terhadap aksi terorisme," ujarnya.
Ketua FKPT Jatim Hesti Armiwulan mengatakan, acara dialog kebangsaan berjalan cukup dinamis dan respon peserta dari kalangan mahasiswa cukup tinggi.
"Pada acara itu juga disosilisasikan keberadaan FKPT Jatim beserta beberapa program kerja. Sejumlah peserta juga mengharapkan ada diskusi lanjutan yang bisa digelar oleh FKPT Jatim," ujar Hesti. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020