Raden Ajeng Kartini menjadi sumber inspirasi bagi kaum perempuan Indonesia, tak terkecuali di Banyuwangi, Jawa Timur, berbagai pemikiran dari pahlawan nasional itu, menjadi spirit bagi siapapun untuk menghadapi beragam situasi, termasuk menghadapi pandemi COVID-19.

Hal ini diungkapkan oleh Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Banyuwangi Ipuk Festiandani Azwar Anas dalam "webinar" atau seminar dalam jaringan (daring) bertajuk "Gerak Rawat Semangat Kartini Habis Gelap Terbitlah Terang di Era Pandemi COVID-19" di Banyuwangi, Rabu.

"Sebagaimana Kartini teladankan, bagi kita kaum perempuan sudah tidak zamannya untuk berpangku tangan menghadapi pandemi COVID-19. Kita harus turut ambil bagian dengan kapasitas yang kita miliki," ujar Dani Azwar Anas.

Istri Bupati Abdullah Azwar Anas mencontohkan, bagaimana ibu-ibu penjahit rumah tangga yang lembur kerja keras menggarap pesanan masker. Lalu bagaimana ibu-ibu aktif mengampanyekan pola hidup sehat mencegah penyebaran virus corona lewat grup-grup PKK, posyandu dan dasa wisma.

Emansipasi yang menjadi spirit perjuangan Kartini, menurut Dani Azwar Anas, harus diwujudkan secara aktif. Perempuan harus bisa mengambil peran dalam setiap tantangan di tengah masyarakat.

"Emansipasi hanya bisa terwujud dengan kebersamaan dan saling menghargai antar sesama. Termasuk juga antargender," tuturnya.

Senada juga diungkapkan dua pemateri lainnya, dalam seminar daring yang diikuti sekitar 500 peserta dari berbagai tempat itu.

Direktur The Wahid Institute Yenni Wahid yang menjadi pembicara juga menyinggung peran perempuan di sektor publik. Anggapan bahwa perempuan hanya bisa berkutat di sektor domestik adalah pandangan yang keliru.

"Perempuan bisa berkiprah di sektor publik. Tidak hanya berkutat mengurusi persoalan memasak, merias dan punya anak. Perempuan pun bisa menjadi pemimpin apapun, asalkan perempuan tersebut merasa sanggup untuk menjalankan tugas tersebut," kata Yenni yang bernama lengkap Zannuba Ariffah Chafsoh Rahmah Wahid.

Akan tetapi, lanjut Yenni, kiprah perempuan di sektor publik kerap mendapatkan tantangan eksternal, seperti halnya lingkungan sekitar yang tak mendukung ataupun pandangan bias gender yang menggunakan berbagai dalih, termasuk dalih agama.

"Di Islam sendiri, justru Nabi Muhammad SAW memberikan ruang yang cukup luas bagi perempuan untuk berkiprah di sektor publik. Ada banyak sahabat perempuan yang diperbolehkan ikut berperang. Ini adalah contoh bagaimana perempuan juga bisa berkiprah di sektor publik," paparnya. (*)

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020