Senator dari negara bagian Massachusetts, Amerika Serikat, Elizabeth Warren, mundur dari pertarungan calon presiden dari Partai Demokrat, Kamis, setelah kehilangan banyak suara pada pemilihan awal (Super Tuesday), dan menyisakan dua kandidat, mantan wakil presiden Joe Biden dan Senator Bernie Sanders.

Warren, seorang senator berpandangan liberal, yang punya misi memerangi korupsi, kalah di 14 negara bagian, termasuk wilayah asalnya Massachusetts.

Mundurnya Warren pun menyisakan dua kandidat kulit putih dari Partai Demokrat untuk nantinya berhadapan dengan petahana dari Partai Republik, Presiden Donald Trump pada pemilihan presiden pada November tahun ini. Mulanya, pencalonan Warren menunjukkan wajah sedikit beragam pada kandidat capres Partai Demokrat.

Sampai saat ini, Warren belum mengumumkan dukungannya kepada para rival. Keputusan itu akan ia sampaikan di saat yang tepat.

Walaupun demikian, Warren telah berbicara dengan dua kandidat sejak pemilihan awal, Selasa.

Biden, kandidat berusia 77 tahun yang cukup moderat, dan Sanders, politisi liberal berusia 78 tahun, jadi calon yang mewakili dua paham utama di Partai Demokrat.

Di luar kediamannya di Cambridge, Massachusetts, Kamis, Warren menjelaskan kegagalannya menemukan titik tengah dari perbedaan dalam partai.

"Saya diberi tahu ketika memutuskan untuk terjun ke dunia ini, akan ada dua jalan," ujar dia. "Saya berpikir perbedaan itu bukan masalah, dan ada banyak ruang untuk berbagai jenis kampanye. Namun tampaknya, masalahnya bukan di sana," tambah dia.

Warren, mantan profesor bidang hukum pailit yang ikut terlibat dalam pendirian Biro Perlindungan Keuangan Konsumen AS (CFPB), tampil sebagai kandidat capres tahun lalu. Ia menyatakan dirinya mampu jadi penengah paham progresif dan sentris.

Meskipun Warren memiliki paham ideologi yang sejalan dengan Sanders, politisi perempuan itu berpendapat Biden memiliki peluang lebih besar untuk mengusung misi politiknya. Hasil sementara Super Tuesday menunjukkan Biden menguasai suara di 10 dari 14 negara bagian.

Hasil survei yang digelar Reuters/Ipsos, Kamis, menunjukkan Biden 10 persen unggul daripada kandidat lain dari Partai Demokrat dan calon independen berpaham demokratis.

Persahabatan Warren dan Sanders juga sempat diuji pada masa kampanye. Pada Januari, Warren menuduh Sanders menyebutnya "pembohong" setelah sesi debat. Sanders menyanggah klaim Warren bahwa senator Vermont mengatakan seorang perempuan tidak dapat mengalahkan Trump.

Sejumlah hasil survei menunjukkan pendukung Warren pun terpecah antara Biden dan Sanders, khususnya saat mereka ditanya mengenai kandidat favorit kedua.

Dua pria itu saat ini berupaya menjaring suara pendukung Warren. Biden menyebut Warren sebagai "petarung terberat" (fiercest of fighters) lewat akun media sosial Twitter, sementara Sanders memuji kerja Warren di bidang hak perempuan, anti-korupsi dan advokasi jaminan kesehatan.

"Hari ini di depan para pendukungnya, yang jumlahnya jutaan, saya ingin menyampaikan: Pintu kami terbuka untuk kalian, kami senang jika anda semua ikut serta," kata Sanders di Burlington, Vermont.

Trump, yang selama bertahun-tahun berseberangan dengan Partai Demokrat, mengatakan Warren terlalu lama terjun di pertarungan capres.

"Jika dia seorang progresif sejati, yang mungkin memang demikian, dia harusnya ke luar dari pencalonan itu tiga hari lalu. Situasinya tentu akan jauh berbeda," kata Trump ke Fox News. "Jika kalian melihat hasil hari ini, dia tidak memberi apa-apa (ke Sanders). Itu bukan persahabatan yang baik".

Elektabilitas

Fokus meningkatkan elektabilitas Partai Demokrat demi mengalahkan Trump dinilai punya dampak merusak bagi Warren dan kandidat selain pria kulit putih lainnya.

"Narasi umum yang menyebut perempuan terlalu berisiko dan saya pikir banyak orang mendengari itu hingga di saat ada kandidat yang muncul dalam pemilihan.... itu jadi lingkaran setan tersendiri yang sulit diputus," kata Christina Reynolds, wakil presiden EMILY's List, lembaga swadaya masyarakat pendukung Warren. Organisasi itu memilih kandidat perempuan yang mendukung hak-hak perempuan, di antaranya hak untuk aborsi.

Warren mengatakan gender merupakan isu yang pelik.

"Itu adalah isu yang menjadi jebakan bagi tiap perempuan," kata dia. "Jika anda mengatakan, seksisme itu ada dalam kompetisi ini, maka orang-orang lain menyebut anda mengeluh. Jika anda berkata sebaliknya, perempuan dalam jumlah banyak akan menjawab: di planet apa anda hidup?"

Sementara itu di Washington, Ketua Dewa Perwakilan Rakyat AS dari Partai Demokrat, Nancy Pelosi, meyakini AS siap untuk dipimpin seorang perempuan, tetapi pandangan misoginis (ketidaksukaan terhadap kaum hawa, red) masih cukup dominan di masyarakat.

"Tiap kali saya diperkenalkan sebagai figur terkuat atau apapun itu, saya hampir menangis karena saya pikir -- saya harap itu tidak benar," kata Pelosi.

Dalam kesempatan lain, Biden dan Sanders mulai meningkatkan aksi saling serang jelang pemilihan awal di enam negara bagian pada 10 Maret.

Sanders menyalahkan "kemapanan" dan kepentingan para pengusaha atas kekalahannya, Selasa. Biden menyebut itu "tidak masuk akal".

"Anda kalah karena saya dapat banyak dukungan dari komunitas keturunan Afrika-Amerika, Bernie," kata Biden dalam siaran NBC. "Anda kalah karena para perempuan di pinggiran kota. Anda kalah karena warga kelas menengah, mereka yang bekerja keras di luar sana, Bernie".

Sumber: Reuters

 

Pewarta: Genta Tenri Mawangi

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020