Tari Pendet dan pura adalah sebagian ciri khas dari Pulau Bali, pulau di Indonesia yang mempunyai daya tarik di mata dunia. Saking terkenalnya Bali, sampai ada replika Pulau Bali di Kota Sanya, Provinsi Hainan, China yang dinamakan Desa Bali.

Desa Bali, menjadi salah satu destinasi yang ditawarkan para pemandu wisata lokal pada turis yang berlibur di Pulau Hainan, China.

Ornamen-ornamen Bali terlihat jelas ketika memasuki lokasi wisata di kota paling selatan di pulau Hainan ini. Mulai dari sesajen Bali atau canang, kain kotak-kotak, patung hingga gerbang masuknya juga berhias ornamen khas pulau dewata.

Tak hanya ornamen yang akrab bagi warga Indonesia, tulisan berbahasa Indonesia juga dengan mudah ditemukan bersanding bersama huruf Mandarin  di sejumlah petunjuk arah. 

Meski bernama Desa Bali, di wisata tersebut tidak melulu bicara tentang kebudayaan Bali, tapi juga budaya lain dari daerah di Indonesia seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan dan sebagainya.

Sejarah Desa Bali

Beberapa warga negara Indonesia yang menempuh program pertukaran budaya secara berkelanjutan juga mengisi acara di lokasi ini. Salah satunya yaitu Ambar Purwito, warga Banyumas yang menjadi manajer panggung dan pelatih di desa Bali.

Ambar menceritakan desa tersebut  
dulunya merupakan tempat bermukim warga Asia Tenggara khususnya Indonesia keturunan Tionghoa sekitar tahun 1960. 

"Selain itu juga ada warga Tionghoa yang awalnya berdagang di Indonesia tapi karena PP 10 tahun 1959 tentang larangan bagi usaha perdagangan kecil dan eceran yang bersifat asing di luar ibu kota daerah Swatantra tingkat I dan II serta karesidenan. Sehingga pedagang keturunan Tionghoa di sejumlah wilayah Indonesia kembali ke negaranya," ujar Ambar.

Mereka yang kembali ke China, sambung Ambar, salah satunya juga menuju ke wilayah ini di Hainan. Mereka yang bermukim di wilayah ini akhirnya memberi nama Desa Bali.

"Pengambilan nama Bali karena nama ini paling familiar di Indonesia. Karena orang di dataran China dan atau seberang dataran China tidak mengerti sejarah Indonesia," tuturnya.

Dikatakan mereka yang di Desa Bali ini awalnya membuat museum akar, ruang pertemuan dan panggung berkumpul. Dengan tujuan sebagai fasilitas sesuai kebudayaan orang China saat berkumpul tidak hanya berbicara tetapi melakukan aktifitas untuk melupakan kenangan masa lalu di Indonesia.

"Saat ini mengungkapkan wilayah ini menjadi pusat budaya yang juga menampilkan berbagai atraksi wisata," kata dia. 

Keberadaan Ambar dan beberapa warga Indonesia di Desa Bali merupakan upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk memberikan penyegaran kembali akan budaya Indonesia di Desa Bali. 

Serta merevitalisasi dan mengembalikan ingatan warga yang bermukim di sekitar Desa Bali yang merindukan Indonesia.

"Mulai dari mengajar menari membuat ornamen dan properti panggun, hingga lukisan khas bali warga Indonesia yang membuat," ujarnya.

Wujud mobilitas budaya

Salah satu rombongan yang mengunjungi Desa Bali merupakan rombongan Universitas Muhammadiyah Surabaya. Rombongan yang mendatangi Hainan untuk wisata budaya ini terlihat cukup antusias melihat budaya yang familiar dengan Indonesia.

Bahkan saat pertunjukan tari Bali dan nyanyian dangdut yang disajikan, mereka tampak berinteraksi bahkan bernyanyi bersama.

Sementara itu Humas Universitas Muhammadiyah Surabaya, Radius Setiyawan mengungkapkan Desa Bali di Hainan menegaskan adanya mobilitas kebudayaan yang tidak dapat dihindarkan dalam era globalisasi. 

"Pastinya perlu berbangga karena kebesaran Bali diduplikasi di China. Hal tersebut menjelaskan bahwa dalam kontek Identitas dan kebudayaan Indonesia yang beragam itu unik dan kaya," kata dia. (*)

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020