Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto meminta warga Indonesia untuk waspada terhadap penyakit pneumonia berat yang terjadi di China dan belum diketahui penyebabnya.
Dalam siaran pers Kementerian Kesehatan yang dikutip di Jakarta, Sabtu, Menkes Terawan mengimbau masyarakat Indonesia yang bepergian ke wilayah China menghindari beberapa tempat dan aktivitas yang berpotensi menularkan penyakit tersebut.
“Hasil pengkajian menunjukkan bahwa penyakit ini bukan disebabkan virus influenza dan bukan penyakit pernapasan biasa. Semua pasien di Wuhan telah mendapatkan pelayanan kesehatan. Kita sudah dapat info mereka juga sudah diisolasi dan dilakukan penelusuran atau investigasi untuk mengetahui penyebabnya,” kata dia.
Ia menyebut jumlah pasien yang semula 27 orang, sedangkan informasi menyebut terjadi peningkatan menjadi 59 orang.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sampai saat ini tidak melakukan pembatasan perjalanan ke China.
Namun, Menkes Terawan meminta kepada seluruh masyarakat membiasakan berperilaku hidup sehat, seperti cuci tangan sebelum makan, pakai masker agar tidak menular ke orang lain, makan makanan bergizi seimbang, makan buah dan sayur yang cukup, melakukan aktivitas fisik minimal setengah jam setiap hari, dan segera berobat jika sakit.
Ia juga mengingatkan masyarakat Indonesia yang berpergian di wilayah China menghindari berkunjung ke pasar ikan atau tempat penjualan hewan hidup.
Selain itu, katanya, jika dalam perjalanan merasa berinteraksi dengan orang dengan gejala demam, batuk, dan susah bernapas atau jatuh sakit dengan gejala yang sama, segera menuju fasilitas kesehatan terdekat untuk berobat.
Begitu juga jika saat tiba di Indonesia menunjukkan gejala demam, batuk, dan sulit bernapas, katanya, segera berobat.
“Jika ada tanda-tanda seperti itu, agar segera ke puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Pencegahan yang dapat dilakukan dengan higiene diri termasuk cuci tangan. Itu yang saya minta terus digalakkan di lingkungan masyarakat,” ucap Menkes Terawan.
Namun, ia menegaskan hingga saat ini tidak ada laporan penularan pneumonia ke Indonesia. Selain itu, pneumonia di China belum terdapat bukti apakah penyakit tersebut berkaitan dengan SARS atau tidak.
“Memang ini gejalanya pneumonia, tapi belum mampu mendeteksi ini arahnya ke SARS, MERS CoV, dan WHO tidak mengeluarkan 'travel warning' untuk membatasi perjalanan ke sana, imbauan saya untuk masyarakat tetaplah hidup sehat, makan cukup, istirahat cukup, itu paling penting menghadapi situasi seperti ini,” katanya.
Ia menambahkan masyarakat Indonesia tidak perlu panik karena Kemenkes sudah melakukan upaya preventif dan deteksi, terutama dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).
Kemenkes berupaya mendeteksi penyakit tersebut dari semua pintu masuk Indonesia di bandara atau pelabuhan dengan mengaktifkan pemindai panas tubuh untuk mendeteksi siapa saja yang masuk Indonesia, terutama dari negara lain.
“Itu upaya preventif kita untuk mendeteksi adanya kasus pneumoni maupun kasus yang lain, SARS yang mungkin bisa masuk ke Indonesia bisa terdeteksi dengan cepat sehingga kita bisa melakukan tindakan yang benar,” ucap Terawan.
Berdasarkan laporan Kantor Berita ANTARA Biro Beijing, Kedutaan Besar RI di Beijing memastikan bahwa sampai saat ini tidak ada warga negara Indonesia yang dilaporkan terjangkit pneumonia berat tersebut yang sedang mewabah di Provinsi Hubei China.
Di provinsi tersebut, terdapat 428 warga negara Indonesia yang seluruhnya mahasiswa, sekitar 200 orang di antaranya tinggal di Wuhan, tempat di mana penularan pneumonia berat sedang terjadi.
Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Hong Kong juga mengimbau WNI di wilayah tersebut mewaspadai penyakit pneumonia berat. KJRI juga mengimbau WNI tidak kontak fisik dengan pasien yang mengidap infeksi paru-paru akut dan menggunakan masker ketika berada di luar. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Dalam siaran pers Kementerian Kesehatan yang dikutip di Jakarta, Sabtu, Menkes Terawan mengimbau masyarakat Indonesia yang bepergian ke wilayah China menghindari beberapa tempat dan aktivitas yang berpotensi menularkan penyakit tersebut.
“Hasil pengkajian menunjukkan bahwa penyakit ini bukan disebabkan virus influenza dan bukan penyakit pernapasan biasa. Semua pasien di Wuhan telah mendapatkan pelayanan kesehatan. Kita sudah dapat info mereka juga sudah diisolasi dan dilakukan penelusuran atau investigasi untuk mengetahui penyebabnya,” kata dia.
Ia menyebut jumlah pasien yang semula 27 orang, sedangkan informasi menyebut terjadi peningkatan menjadi 59 orang.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sampai saat ini tidak melakukan pembatasan perjalanan ke China.
Namun, Menkes Terawan meminta kepada seluruh masyarakat membiasakan berperilaku hidup sehat, seperti cuci tangan sebelum makan, pakai masker agar tidak menular ke orang lain, makan makanan bergizi seimbang, makan buah dan sayur yang cukup, melakukan aktivitas fisik minimal setengah jam setiap hari, dan segera berobat jika sakit.
Ia juga mengingatkan masyarakat Indonesia yang berpergian di wilayah China menghindari berkunjung ke pasar ikan atau tempat penjualan hewan hidup.
Selain itu, katanya, jika dalam perjalanan merasa berinteraksi dengan orang dengan gejala demam, batuk, dan susah bernapas atau jatuh sakit dengan gejala yang sama, segera menuju fasilitas kesehatan terdekat untuk berobat.
Begitu juga jika saat tiba di Indonesia menunjukkan gejala demam, batuk, dan sulit bernapas, katanya, segera berobat.
“Jika ada tanda-tanda seperti itu, agar segera ke puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Pencegahan yang dapat dilakukan dengan higiene diri termasuk cuci tangan. Itu yang saya minta terus digalakkan di lingkungan masyarakat,” ucap Menkes Terawan.
Namun, ia menegaskan hingga saat ini tidak ada laporan penularan pneumonia ke Indonesia. Selain itu, pneumonia di China belum terdapat bukti apakah penyakit tersebut berkaitan dengan SARS atau tidak.
“Memang ini gejalanya pneumonia, tapi belum mampu mendeteksi ini arahnya ke SARS, MERS CoV, dan WHO tidak mengeluarkan 'travel warning' untuk membatasi perjalanan ke sana, imbauan saya untuk masyarakat tetaplah hidup sehat, makan cukup, istirahat cukup, itu paling penting menghadapi situasi seperti ini,” katanya.
Ia menambahkan masyarakat Indonesia tidak perlu panik karena Kemenkes sudah melakukan upaya preventif dan deteksi, terutama dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).
Kemenkes berupaya mendeteksi penyakit tersebut dari semua pintu masuk Indonesia di bandara atau pelabuhan dengan mengaktifkan pemindai panas tubuh untuk mendeteksi siapa saja yang masuk Indonesia, terutama dari negara lain.
“Itu upaya preventif kita untuk mendeteksi adanya kasus pneumoni maupun kasus yang lain, SARS yang mungkin bisa masuk ke Indonesia bisa terdeteksi dengan cepat sehingga kita bisa melakukan tindakan yang benar,” ucap Terawan.
Berdasarkan laporan Kantor Berita ANTARA Biro Beijing, Kedutaan Besar RI di Beijing memastikan bahwa sampai saat ini tidak ada warga negara Indonesia yang dilaporkan terjangkit pneumonia berat tersebut yang sedang mewabah di Provinsi Hubei China.
Di provinsi tersebut, terdapat 428 warga negara Indonesia yang seluruhnya mahasiswa, sekitar 200 orang di antaranya tinggal di Wuhan, tempat di mana penularan pneumonia berat sedang terjadi.
Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Hong Kong juga mengimbau WNI di wilayah tersebut mewaspadai penyakit pneumonia berat. KJRI juga mengimbau WNI tidak kontak fisik dengan pasien yang mengidap infeksi paru-paru akut dan menggunakan masker ketika berada di luar. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020