Pemerintah Kota (Pemkot) Madiun, Jawa Timur akan meningkatkan kapasitas mesin pompa air yang dimilikinya guna mengantisipasi bencana banjir yang rawan terjadi saat musim hujan akibat air kiriman dari wilayah lereng Gunung Wilis.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kota Madiun Suwarno mengatakan peningkatan kapasitas dilakukan terhadap mesin pompa air yang selama ini sudah ada di titik Jalan Kaswari, Sogaten, Patihan, dan Nambangan Lor yang berkapasitas 800 meter kubik per detik.

"Tahun ini kapasitasnya ditingkatkan menjadi sekitar 1.000 meter kubik per detik. Nanti kami tambah dua pompa di sana," ujar Suwarno kepada wartawan di Madiun, Senin.

Adapun dana yang disediakan Pemkot Madiun untuk pengadaan peningkatan kapasitas mesin pompa air tersebut mencapai Rp4,9 miliar.



Suwarno menjelaskan, pengadaan mesin pompa air di Jalan Kaswari menjadi salah satu prioritas penanganan banjir di Kota Madiun. Hal itu setelah saluran air di Jalan Soekarno-Hatta disudet sampai ke Jalan Kaswari dan dibangun saluran yang mengalirkan air ke Bengawan Madiun.

"Ketika debit air masuk ke aliran di Jalan Soekarno-Hatta, dari Demangan sampai ke Kaswari itu tidak mampu menampung, meskipun di situ sudah ada pompa air yang lama. Karena memang muaranya air ke titik Kaswari," terang Suwarno.

Masalah yang sama juga dihadapi di titik Sogaten. Saluran air di wilayah tersebut akan dilakukan penyudetan dengan pemasangan "box culvert". Cara itu ditempuh untuk meminimalisir volume air yang sering menggenangi rumah warga di perumahan Sogaten.

"Jadi, sifatnya hanya meminimalisir. Kami tidak janji bebas banjir," kata mantan kepala pelaksana BPBD Kota Madiun itu.

Sebab, lanjut Suwarno, kontur tanah di perumahan Sogaten tersebut memang lebih rendah dibandingkan dengan permukaan jalan raya. Kondisi itu membuat air hujan yang tidak tertampung di beberapa saluran kemudian meluber ke perumahan warga.

"Makanya untuk perumahan yang sekarang, saya tidak mau lagi ketika ada pengembang itu tidak melakukan pengurukan. Kami tidak akan memberikan izin mendirikan bangunannya (IMB), jika kasusnya seperti perumahan di Sogaten," katanya.



Suwarno mengatakan kasus Sogaten dampaknya dirasakan oleh penghuni perumahan tersebut. Warga tahunya itu merupakan kesalahan dari pemkot. Padahal, ada ketidaksesuaian pelaksanaan di lapangan oleh pengembang.

"Tapi, kami tidak ingin saling menyalahkan. Makanya kami sudet sebagai bentuk solusi dan meningkatkan kapasitas pompa air jika banjir terjadi di wilayah tersebut," katanya.

Sebenarnya, lanjutnya, di wilayah Sogaten sudah ada mesin pompa air yang dipasang sebagai sarana pencegah banjir. Jumlahnya ada satu pompa berkapasitas 750 meter kubik per detik.

Hanya, umur pompa air di situ sudah tua, karena merupakan peninggalan dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo sejak tahun 1989 dan ditambah lagi, pompa itu sudah tidak berfungsi maksimal.

Ia menambahkan, pengadaan pompa air pada tahun ini tidak hanya permanen, namun, ada juga mesin pompa air "mobile" di titik Patihan yang bisa dipindah sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.

Sesuai data, saat ini jumlah pompa air yang ada di Kota Madiun ada delapan unit. Dua unit di antaranya merupakan milik BBWS Bengawan Solo, sedangkan enam unit lainnya milik pemkot.

Pemkot Madiun memetakan, sejumlah kelurahan yang rawan terjadi genangan dan banjir saat musim hujan di antaranya, Kelurahan Rejomulyo, Tawangrejo, Kelun, Pilangbango, Sogaten, Nambangan Kidul, dan Maguharjo.

Genangan air tersebut terjadi selain karena luapan anak sungai Bengawan Madiun, juga karena tidak maksimalnya sistem drainase kota. (*)
 

Pewarta: Louis Rika Stevani

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019