Universitas Brawijaya Malang menambah dua guru besar atau profesor yang akan dikukuhkan di Gedung Widyaloka kampus setempat, Rabu (2/10), yakni Guru Besar di Bidang Ilmu Sistem dan Manajemen Agroindustri Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) dan Bidang Ilmu Geofisika Kebencanaan dan Eksplorasi Sumber Daya Alam (FMIPA).

Kedua guru besar Universitas Brawijaya yang akan dikukuhkan itu adalah Prof Dr Imam Santoso sebagai Guru Besar ke-12 di Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) atau ke-247 dan Prof Adi Susilo sebagai Guru Besar ke-18 di Fakultas MIPA atau ke-248.

Kepada awak media, Prof Dr Imam Santoso di Malang, Selasa, mengemukakan ke depan smart farming akan menjadi tren dan satu keharusan yang tidak bisa dihindari. "Mau tidak mau pertanian kita ke depan harus mengembangkan smart farming," ucapnya.

Prof Imam Santoso yang dalam pidato ilmiahnya mengambil judul "Perspektif Kesisteman dan Manajemen Risiko Strategi Pengembangan Agroindustri 4.0" itu mengatakan agroindustri merupakan bagian penting dari pembangunan nasional.

Menurut dia, peran agroindustri sangat strategis dalam meningkatkan nilai tambah produk primer hasil pertanian, bahkan menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi di hulu (on farm). Kontribusi ini makin signifikan dilihat dari serapan jumlah tenaga kerja, berkembangnya jumlah dan jenis produk yang dihasilkan, peningkatan segmen pasar yang makin luas, tumbuhnya industri terkait, dan sebagainya.

Dalam posisi berperan strategis ini, agroindustri menghadapi sejumlah persoalan dan risiko dalam setiap mata rantai nilai pengelolaannya, mulai dari hulu hingga ke hilir, yakni menurunnya luas lahan pertanian produktif, yang belum diimbangi oleh program ekstensifikasi berupa penambahan lahan baru.

Persoalan selanjutnya, sistem produksi pertanian yang umumnya masih tradisional dengan sejumlah persoalan sosiokultural yang melingkupinya, sistem penanganan panen dan pascapanen yang belum mendukung sistem panen terjadwal dan belum menjamin mutu hasil pertanian.

Selain itu, sistem distribusi dan rantai pasok hasil pertanian dan produk agroindustri yang belum mendukung ketepatan dan kecepatan pemenuhan kebutuhan konsumen serta sistem produksi agroindustri umumnya skala UMKM dengan keterbatasan sarana dan sistem produksi yang berimplikasi pada belum terjaminnya mutu produk, bahkan tidak mampu menjawab dinamika preferensi konsumen.

Sementara itu Prof Adi Susilo dalam pidato ilmiahnya mengambil judul "Pemodelan Konduit Lumpur Sidoarjo, Kebencanaan dan Eksplorasi Sumber Daya Alam".

Kemunculan Lumpur Sidoarjo yang sudah berlangsung mulai Mei 2006 sampai saat ini, kata Adi, menimbulkan berbagai permasalahan sosial dan scientifik. Terdapat tiga pendapat tentang terjadinya semburan lumpur ini.

Pendapat pertama menyatakan terjadinya semburan lumpur Sidoarjo dipicu oleh gempa bumi pada 27 Mei 2006 di Yogyakarta, pendapat kedua pemicunya adalah kegiatan pengeboran dalam rangka eksplorasi migas di Sumur Banjarpanji 1 oleh PT Lapindo Brantas Inc. Lokasi pengeboran berjarak ±150 meter dari pusat semburan lumpur.

Sementara pendapat ketiga menyebutkan pemicu terjadinya semburan lumpur tersebut adalah kombinasi keduanya.

"Dari penelitian Geomagnetik dan Magnetotelluric, didapatkan bahwa conduit keluarnya lumpur panas ternyata tidaklah lurus. Ada pembelokan pada kedalaman di bawah 1.000 meter sampai 2.500 meter, terdapat pembelokan ke arah timur dari yang nampak di permukaan. Sedangkan dari permukaan sampai 1.000 meter, saluran masih lurus," paparnya.

Berkaitan dengan gempa bumi, dari hasil analisis menggunakan Analisis Probabilistik Seismik Hazard, ada tiga kota di Jawa Timur yang rentan terhadap gempa bumi, yaitu Malang, Tulungagung dan Pacitan. Periodisasi gempa diperkirakan 20-30 tahun.

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019