Salah satu pemicu terbesar inflasi adalah harga bawang putih dan sempat meresahkan masyarakat karena harganya melambung tinggi. Bank Indonesia Kantor Perwakilan Malang, Jawa Timur, terus meningkatkan kerja sama dengan berbagai pihak dan melakukan pembinaan petani bawang putih di Kota Batu untuk mengatasi pasokan komoditas tersebut.
Tak hanya melakukan pendampingan, Bank Indonesia juga membangun agen hayati, yaitu dengan memberi bantuan sejumlah alat pertanian, mendukung pembuatan pupuk dan pestisida organik. Hasilnya, biaya produksi petani menurun dan produktivitas meningkat.
Beberapa hal itu yang disampaikan Kepala Bank Indonesia KPw Malang Azka Subkhan Amirruridho usai panen perdana bawang putih bersama petani di Kota Batu, Selasa.
Hingga saat ini, dari 8.000 meter persegi lahan petani yang ditanami bawang putih, sekitar 5.000 meter persegi di antaranya merupakan hasil kerja sama dan pendampingan dari Bank Indonesia KPw Malang.
Sebelumnya, kata Azka, jika dalam 1 hektare lahan petani dapat memanen 6 ton bawang putih, maka setelah ada pendampingan hasilnya bisa meningkat menjadi sekitar 8 ton per hektare.
Penurunan biaya produksi dan meningkatnya produktivitas ini juga tak lepas dari perhatian Dinas Pertanian setempat dan sejumlah perguruan tinggi yang selama ini juga ikut terlibat memberi pendampingan bagi para petani.
Azka mengatakan, meningkatnya produktivitas ini dapat menekan impor bawang putih, khususnya ke Jawa Timur. Minimal kebutuhan masyarakat di wilayah Malang raya juga bisa terpenuhi.
"Dengan demikian, apabila stok bawang putih kita memadai, secara otomatis juga akan menekan terjadinya inflasi, sehingga ekonomi masyarakat stabil dan bahkan lebih baik lagi," jelas Azka.
Pernyataan senada juga disampaikan Kepala Grup Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur Amanlinson Sembiring yang turut hadir mengikuti panen perdana bawang putih.
Dia sangat mengapresiasi sinergitas petani dengan berbagai pihak, sehingga hasil panen bawang putih petani ke depan akan meningkat cukup tinggi. (*/adv)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Tak hanya melakukan pendampingan, Bank Indonesia juga membangun agen hayati, yaitu dengan memberi bantuan sejumlah alat pertanian, mendukung pembuatan pupuk dan pestisida organik. Hasilnya, biaya produksi petani menurun dan produktivitas meningkat.
Beberapa hal itu yang disampaikan Kepala Bank Indonesia KPw Malang Azka Subkhan Amirruridho usai panen perdana bawang putih bersama petani di Kota Batu, Selasa.
Hingga saat ini, dari 8.000 meter persegi lahan petani yang ditanami bawang putih, sekitar 5.000 meter persegi di antaranya merupakan hasil kerja sama dan pendampingan dari Bank Indonesia KPw Malang.
Sebelumnya, kata Azka, jika dalam 1 hektare lahan petani dapat memanen 6 ton bawang putih, maka setelah ada pendampingan hasilnya bisa meningkat menjadi sekitar 8 ton per hektare.
Penurunan biaya produksi dan meningkatnya produktivitas ini juga tak lepas dari perhatian Dinas Pertanian setempat dan sejumlah perguruan tinggi yang selama ini juga ikut terlibat memberi pendampingan bagi para petani.
Azka mengatakan, meningkatnya produktivitas ini dapat menekan impor bawang putih, khususnya ke Jawa Timur. Minimal kebutuhan masyarakat di wilayah Malang raya juga bisa terpenuhi.
"Dengan demikian, apabila stok bawang putih kita memadai, secara otomatis juga akan menekan terjadinya inflasi, sehingga ekonomi masyarakat stabil dan bahkan lebih baik lagi," jelas Azka.
Pernyataan senada juga disampaikan Kepala Grup Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur Amanlinson Sembiring yang turut hadir mengikuti panen perdana bawang putih.
Dia sangat mengapresiasi sinergitas petani dengan berbagai pihak, sehingga hasil panen bawang putih petani ke depan akan meningkat cukup tinggi. (*/adv)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019