Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika akan menambah 13 unit alat pendeteksi gempa (seismograf) tahun 2019, guna melengkapi 15 alat pendeteksi yang sudah ada saat ini.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Geofisika di Pandaan, Pasuruan, Suwarto, Kamis, mengatakan dengan adanya penambahan alat tersebut diharapkan bisa memberikan keakuratan pendeteksian gempa.
"Terutama di wilayah sesar Kendeng yang terbentang di Surabaya. Termasuk sesar Minor yang menurut penelitian berpotensi gempa," katanya.
Ia menjelaskan, alat tersebut di antaranya dipasang di Bojonegoro, Sidoarjo, Tuban, Pasuruan, Lumajang, Jember, Kediri dan juga Bangkalan.
"Kami menjaring sisi kanan dan kiri supaya kalau ada aktivitas gempa bisa terdeteksi lebih sensitif dan lebih tepat," katanya.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mendorong kepada Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Juanda supaya membuka akses seluas-luasnya kepada masyarakat terutama tentang informasi prakiraan cuaca di wilayah setempat.
"Kami ingin ada koneksitas dengan KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi), dan juga titik-titik kemungkinan masyarakat bisa mengakses informasi secara sering dan realtime sehingga akan menjadi kewaspadaan bersama," katanya saat mengunjungi Kantor BMKG Juanda di Sidoarjo Jatim awal pekan lalu.
Ia mengemukakan, seperti di perahu atau kapal motor dimana yang mengetahui kondisi cuaca tidak hanya nakhoda, tetapi juga penumpang bisa mengetahui gelombang tinggi yang dikeluarkan oleh BMKG, sehingga bisa mengantisipasi adanya informasi penting.
"Berikutnya saat memasuki bulan September, Oktober dan Desember ini itu kan juga sudah mulai masuk musim hujan akan terkonfirmasi curah hujan seberapa tinggi debit airnya kemungkinan terjadinya ikutan cuaca ekstrem, kemungkinan terjadinya angin puting beliung dan seterusnya," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Geofisika di Pandaan, Pasuruan, Suwarto, Kamis, mengatakan dengan adanya penambahan alat tersebut diharapkan bisa memberikan keakuratan pendeteksian gempa.
"Terutama di wilayah sesar Kendeng yang terbentang di Surabaya. Termasuk sesar Minor yang menurut penelitian berpotensi gempa," katanya.
Ia menjelaskan, alat tersebut di antaranya dipasang di Bojonegoro, Sidoarjo, Tuban, Pasuruan, Lumajang, Jember, Kediri dan juga Bangkalan.
"Kami menjaring sisi kanan dan kiri supaya kalau ada aktivitas gempa bisa terdeteksi lebih sensitif dan lebih tepat," katanya.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mendorong kepada Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Juanda supaya membuka akses seluas-luasnya kepada masyarakat terutama tentang informasi prakiraan cuaca di wilayah setempat.
"Kami ingin ada koneksitas dengan KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi), dan juga titik-titik kemungkinan masyarakat bisa mengakses informasi secara sering dan realtime sehingga akan menjadi kewaspadaan bersama," katanya saat mengunjungi Kantor BMKG Juanda di Sidoarjo Jatim awal pekan lalu.
Ia mengemukakan, seperti di perahu atau kapal motor dimana yang mengetahui kondisi cuaca tidak hanya nakhoda, tetapi juga penumpang bisa mengetahui gelombang tinggi yang dikeluarkan oleh BMKG, sehingga bisa mengantisipasi adanya informasi penting.
"Berikutnya saat memasuki bulan September, Oktober dan Desember ini itu kan juga sudah mulai masuk musim hujan akan terkonfirmasi curah hujan seberapa tinggi debit airnya kemungkinan terjadinya ikutan cuaca ekstrem, kemungkinan terjadinya angin puting beliung dan seterusnya," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019