Peserta program Siswa Mengenal Nusantara (SMN) asal Provinsi Gorontalo menampilkan pertunjukan tarian tradisional saat closing ceremony atau upacara penutupan kegiatan itu di Surabaya, Selasa malam.
Salah satu peserta SMN Gorontalo, Dwiyatno Junaidi Usman, mengatakan ada dua tarian yang mereka tampilkan, yakni Tari Saronde dan Tari Bitu'o lo Olongia, serta satu pembacaan puisi oleh Triston Abubakar.
"Tarian ini adalah tarian selamat datang atau untuk menyambut tamu. Kami menarikannya untuk mengucapkan terima kasih karena sudah berkesempatan mengikuti SMN," kata siswa SMAN 1 Tilamuta, Kabupaten Boalemo, Gorontalo, itu.
Dia mengakui kegiatan SMN memberikan banyak pengalaman baru. Dwiyatno yang belum pernah berkunjung ke Jawa Timur akhirnya berkesempatan mengunjungi provinsi paling timur di Pulau Jawa itu.
"Kegiatan ini memberi kesan khusus bagi saya. Alhamdulillah dengan program ini bisa mengenal Jatim dan mengenal budaya dan adat nusantara secara langsung," katanya.
Selama sembilan hari mengikuti program SMN, pengalaman yang paling tidak terlupakan baginya adalah ketika menginap ke rumah orang tua angkat di kawasan Jambangan, Surabaya, berkunjung ke Malang, dan Gunung Bromo.
"Pengalaman tak terlupakan lain adalah saat tinggal di Dodikjur Rindam V Brawijaya di Malang bersama tentara. Dari situ kami diajari bagaimana cara hidup lebih disiplin," ucapnya.
Usai program SMN, Dwiyatno akan memyebarkan informasi ke teman-temannya yang ada di Gorontalo tentang keanekaragaman budaya di Indonesia. Selain itu, diharapkan menjadi tolak ukur provinsinya agar dapat menjadi provinsi yang maju.
Unit Manager Communication & CSR Pertamina MOR V Rustam Aji menuturkan, ada beberapa hal yang berbeda dari pelaksanaan SMN tahun 2019 dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Salah satunya adalah peserta SMN Gorontalo dapat merasakan langsung tinggal di rumah warga yang ada di Surabaya.
"Dari tinggal di rumah warga selama dua hari itu kami ingin siswa merasakan tinggal, berbaur dan mengetahui budaya dari penduduk lokal. Jadi, peserta SMN tidak hanya mengenai BUMN, tapi juga masyarakat dan budayanya," kata Rustam.
Dia menjelaskan, secara umum digelarnya SMN bertujuan memupuk rasa saling menghargai dari siswa yang ada di Indonesia.
"Dengan semangat HUT Kemerdekaan RI, kami ingin siswa lebih mengenal budaya di provinsi lain. Sebab pada saat ikut program ini peserta akan mandiri dan tidak ada pendamping," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Salah satu peserta SMN Gorontalo, Dwiyatno Junaidi Usman, mengatakan ada dua tarian yang mereka tampilkan, yakni Tari Saronde dan Tari Bitu'o lo Olongia, serta satu pembacaan puisi oleh Triston Abubakar.
"Tarian ini adalah tarian selamat datang atau untuk menyambut tamu. Kami menarikannya untuk mengucapkan terima kasih karena sudah berkesempatan mengikuti SMN," kata siswa SMAN 1 Tilamuta, Kabupaten Boalemo, Gorontalo, itu.
Dia mengakui kegiatan SMN memberikan banyak pengalaman baru. Dwiyatno yang belum pernah berkunjung ke Jawa Timur akhirnya berkesempatan mengunjungi provinsi paling timur di Pulau Jawa itu.
"Kegiatan ini memberi kesan khusus bagi saya. Alhamdulillah dengan program ini bisa mengenal Jatim dan mengenal budaya dan adat nusantara secara langsung," katanya.
Selama sembilan hari mengikuti program SMN, pengalaman yang paling tidak terlupakan baginya adalah ketika menginap ke rumah orang tua angkat di kawasan Jambangan, Surabaya, berkunjung ke Malang, dan Gunung Bromo.
"Pengalaman tak terlupakan lain adalah saat tinggal di Dodikjur Rindam V Brawijaya di Malang bersama tentara. Dari situ kami diajari bagaimana cara hidup lebih disiplin," ucapnya.
Usai program SMN, Dwiyatno akan memyebarkan informasi ke teman-temannya yang ada di Gorontalo tentang keanekaragaman budaya di Indonesia. Selain itu, diharapkan menjadi tolak ukur provinsinya agar dapat menjadi provinsi yang maju.
Unit Manager Communication & CSR Pertamina MOR V Rustam Aji menuturkan, ada beberapa hal yang berbeda dari pelaksanaan SMN tahun 2019 dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Salah satunya adalah peserta SMN Gorontalo dapat merasakan langsung tinggal di rumah warga yang ada di Surabaya.
"Dari tinggal di rumah warga selama dua hari itu kami ingin siswa merasakan tinggal, berbaur dan mengetahui budaya dari penduduk lokal. Jadi, peserta SMN tidak hanya mengenai BUMN, tapi juga masyarakat dan budayanya," kata Rustam.
Dia menjelaskan, secara umum digelarnya SMN bertujuan memupuk rasa saling menghargai dari siswa yang ada di Indonesia.
"Dengan semangat HUT Kemerdekaan RI, kami ingin siswa lebih mengenal budaya di provinsi lain. Sebab pada saat ikut program ini peserta akan mandiri dan tidak ada pendamping," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019