Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa, memanfaatkan momen hari kemerdekaan tahun ini untuk merekatkan persatuan bangsa dan salah satunya lewat karnaval kebangsaan yang diikuti ribuan pelajar SMP SMA.

Sekitar 3.000 pelajar yang mengikuti karnaval kebangsaan ini, menampilkan keberagaman Indonesia dalam kostum, seni tari dan teatrikal dalam sebuah parade karnaval, mulai dari mempresentasikan Suku Jawa, Osing, Madura, Bali, Minangkabau, Betawi, Badui, Tionghoa dan lainnya.

Selain itu, ada pula budaya yang khas Islami dan berbagai kostum keprofesian seperti nelayan, praktisi kesehatan, petani modern dan juga kostum masa perjuangan juga ditampilkan.

Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas yang hadir dalam acara itu menyampaikan kebanggaannya.

"Tidak semua festival untuk wisatawan, salah satunya karnaval ini yang memang kami peruntukkan bagi rakyat. Ini adalah cara Banyuwangi untuk menyuburkan nasionalisme serta toleransi bisa tumbuh dan berkembang di tengah sikap intoleransi yang semakin banyak muncul," kata Anas.

Lewat kegiatan itu pula, lanjutnya,  semua siswa peserta melebur jadi satu tanpa ada sekat latar belakang, agama dan budaya.

"Ini jadi salah satu cara untuk meredam terorisme dan radikalisme, sehingga dengan demikian pendidikan toleransi tidak hanya jadi pidato di kelas-kelas," ujarnya.

Ia juga menilai bahwa kegiatan itu sebagai cara masyarakat untuk belajar tentang sejarah.

"Mereka ini kalau belajar tentang sejarah di sekolah, tentu waktunya terbatas. Dengan memakai kostum ini mereka jadi belajar tentang sejarah kostum yang mereka kenakan, belajar tentang seni budayanya," ujarnya.

Bupati Anas turut menyemangati peserta dengan turun langsung menyapa para peserta karnaval kebangsaan ini.

"Jaga kebhinnekaan bangsa ini dengan ikatan persatuan yang kuat," kata Anas kepada siswa-siswa. (*)

Para siswa peserta karnaval kebangsaan ini terlihat antusias memainkan perannya sebagai bagian dari warga Indonesia.

Salah satunya, seperti yang ditampilkan puluhan siswa SMAN 1 Giri yang mengangkat tema suku Dayak, mereka tampil all out, tidak hanya di kostum namun juga berbagai tarian yang ditampilkan.

"Karnaval ini memang acara yang kami tunggu, karena kami ditantang menampilkan atraksi yang menarik, jadi kami bisa konsep bareng sama guru dan teman-teman tentang baju dan tari suku mana yang akan kami tampilkan," ujar Dava Khanza, salah satu peserta asal Banyuwangi.

Jaranan buto yang khas Banyuwangi, juga tampil sangat atraktif sambil berguling-guling di jalan, diiringi sejumlah siswa yang mengenakan pakaian adat khas Sulawesi, seperti baju bodo, tutu, pokko, pakaian pengantin khas Sulawesi serta miniatur rumah adat Tongkonan. (*)

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019