Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, dan Pemkab Jembrana, Bali, bekerja sama mempromosikan wisata bersama, yang salah satunya dengan menggelar Festival Selat Bali, Rabu.
"Sudah bukan waktunya kita berkompetisi, tapi saatnya berkolaborasi. Banyuwangi dan Jembrana yang bertetangga dan saling mengembangkan pariwisata pun bukan waktunya lagi untuk bersaing, tapi harus bekerja sama untuk saling menyokong," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat pembukaan Festival Selat Bali lewat layanan facetime.
Menurut Anas, keberadaan Bandara Banyuwangi, meski secara geografis berada di seberang pulau, akan tetapi banyak wisatawan yang hendak berlibur ke Bali barat.
"Hal-hal yang demikian bisa terus kita tingkatkan. Apalagi Bandara Banyuwangi sudah menjadi bandara internasional, tentu ini bisa menjadi modal penting untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara di kedua belah pihak," katanya.
Staf Ahli Bupati Bidang Keuangan dan Pembangunan Pemkab Jembrana I Wayan Sedane mengatakan kebersamaan dan kerja sama antardaerah memang perlu untuk terus digalakkan.
"Jika untuk kepentingan masyarakat, meningkatkan pendapatan daerah dan memajukan kebudayaan, kami dari Jembrana selalu siap untuk berkolaborasi," ujar Sedane.
Ia juga mengapresiasi kolaborasi kebudayaan ini, sebagai bagian dari upaya meningkatkan rasa persaudaraan.
"Meski berbeda pulau, pada dasarnya kita ini tetap satu leluhur. Oleh karena itu kolaborasi ini semakin menyatukan persaudaraan di antara kita," tuturnya.
Dalam Festival Selat Bali ini, kedua daerah mempertunjukkan kebudayaannya masing-masing secara kolaboratif. Sebagai pembuka, ditampilkan Tari Kletek Emas dari Banyuwangi dipadu dengan Tari Margopati khas Bali.
Dan dilanjutkan dengan Tari Makepung yang menyajikan koreografi dari tradisi menggembala kerbau yang biasa dilakukan oleh para petani di Bali belahan barat.
Dan disusul dengan Tari Gandrung yang dibawakan oleh para seniman mancanegara yang mendapatkan Beasiswa Seni Budaya Indonesia (BSBI).
Tak hanya tarian, alat musik yang dimainkan pun perpaduan dari dua kebudayaan. Gamelan Banyuwangi berpadu padan dengan gamelan Bali, sedangkan angklung Banyuwangi beradu seru dengan Jegong Bali.
Selain menampilkan aneka tari dan musik khas masing-masing daerah, juga digelar lomba perahu layar. Tak kurang dari seratus perahu layar tradisional memacu biduknya masing-masing dari bibir pantai Banyuwangi menuju pantai Gilimanuk, Kabupaten Jembrana, Bali.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Sudah bukan waktunya kita berkompetisi, tapi saatnya berkolaborasi. Banyuwangi dan Jembrana yang bertetangga dan saling mengembangkan pariwisata pun bukan waktunya lagi untuk bersaing, tapi harus bekerja sama untuk saling menyokong," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat pembukaan Festival Selat Bali lewat layanan facetime.
Menurut Anas, keberadaan Bandara Banyuwangi, meski secara geografis berada di seberang pulau, akan tetapi banyak wisatawan yang hendak berlibur ke Bali barat.
"Hal-hal yang demikian bisa terus kita tingkatkan. Apalagi Bandara Banyuwangi sudah menjadi bandara internasional, tentu ini bisa menjadi modal penting untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara di kedua belah pihak," katanya.
Staf Ahli Bupati Bidang Keuangan dan Pembangunan Pemkab Jembrana I Wayan Sedane mengatakan kebersamaan dan kerja sama antardaerah memang perlu untuk terus digalakkan.
"Jika untuk kepentingan masyarakat, meningkatkan pendapatan daerah dan memajukan kebudayaan, kami dari Jembrana selalu siap untuk berkolaborasi," ujar Sedane.
Ia juga mengapresiasi kolaborasi kebudayaan ini, sebagai bagian dari upaya meningkatkan rasa persaudaraan.
"Meski berbeda pulau, pada dasarnya kita ini tetap satu leluhur. Oleh karena itu kolaborasi ini semakin menyatukan persaudaraan di antara kita," tuturnya.
Dalam Festival Selat Bali ini, kedua daerah mempertunjukkan kebudayaannya masing-masing secara kolaboratif. Sebagai pembuka, ditampilkan Tari Kletek Emas dari Banyuwangi dipadu dengan Tari Margopati khas Bali.
Dan dilanjutkan dengan Tari Makepung yang menyajikan koreografi dari tradisi menggembala kerbau yang biasa dilakukan oleh para petani di Bali belahan barat.
Dan disusul dengan Tari Gandrung yang dibawakan oleh para seniman mancanegara yang mendapatkan Beasiswa Seni Budaya Indonesia (BSBI).
Tak hanya tarian, alat musik yang dimainkan pun perpaduan dari dua kebudayaan. Gamelan Banyuwangi berpadu padan dengan gamelan Bali, sedangkan angklung Banyuwangi beradu seru dengan Jegong Bali.
Selain menampilkan aneka tari dan musik khas masing-masing daerah, juga digelar lomba perahu layar. Tak kurang dari seratus perahu layar tradisional memacu biduknya masing-masing dari bibir pantai Banyuwangi menuju pantai Gilimanuk, Kabupaten Jembrana, Bali.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019