Puluhan pemuda yang mengatasnamakan Aliansi Santri Jember memprotes penampilan salah satu artis pada puncak kegiatan Jember Fashion Carnaval (JFC) dengan melakukan demonstrasi di halaman Kantor Pemerintah Kabupaten Jember, Jawa Timur, Rabu.

"Penampilan salah satu artis di JFC dianggap sangat tidak layak dipertontonkan sebagai budaya lokal di ruang publik yang banyak anak-anak, sehingga dinilai sebagai bentuk pornoaksi," kata koordinator aksi Fatkhorrohman di Jember.

Menurutnya, kostum yang digunakan artis ibu kota tersebut tidak sesuai dengan masyarakat Jember yang bertradisi pesantren, sehingga peristiwa itu dinilai mencoreng bagi wajah Jember yang dikenal dengan julukan kota seribu pesantren ini.

"Ada empat tuntutan kami dalam aksi hari ini yakni penyelenggara JFC dan Bupati Jember menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Jember dan komunitas pesantren," tuturnya.

Kemudian tuntutan kedua yakni Bupati Jember harus bertanggung jawab dengan keteledoran penyelenggara JFC tahun 2019 dan JFC tahun depan harus menonjolkan lokalitas budaya Jember.

"Silakan mengeksplore budaya lokal, namun hentikan mengimpor budaya luar. Apabila tuntutan kami tidak dipenuhi, maka Aliansi Santri Jember akan turun ke jalan dengan jumlah massa yang lebih besar," katanya.

Baca juga: Busana Cinta Laura dan Putri Indonesia tampil memukau di JFC (Video)
Baca juga: Busana karya Anne Avanti meriahkan JFC di Jember (Video)

Perwakilan pengunjuk rasa ditemui oleh Wakil Bupati Jember Abdul Muqit Arief yang didampingi Kapolres Jember AKBP Kusworo Wibowo di halaman Kantor Pemkab Jember dengan pengawalan aparat kepolisian dan Satpol PP Jember.

"Pemkab Jember telah menggelar koordinasi dengan pihak manajemen JFC bersama pengurus PCNU Jember, PCNU Kencong, Muhammadiyah, Al-Irsyad, MUI, LPAI, FPI, dan lainnya dalam menyikapi hal itu," tuturnya.

Dalam pertemuan yang digelar secara tertutup pada Selasa (6/8), lanjut dia, pihak JFC menyampaikan bahwa masukan-masukan dari para tokoh beberapa tahun lalu sudah menjadi pegangan JFC untuk tetap mempertahankan nilai-nilai ketimuran, dan akan disesuaikan dengan tradisi di Jember.

"Hanya saja, ada teledor karena ada tamu yang ingin menghormati almarhum Dynand Fariz menjadi talent JFC, tapi pihak JFC tidak mengetahui kostum yang akan dikenakan dan ternyata busana kurang bagus untuk dilihat dan membuat masyarakat Jember resah," katanya.

Untuk itu, lanjutnya, JFC dan Pemerintah Kabupaten Jember sudah minta maaf kepada para kiai dan tokoh masyarakat, sehingga pihak JFC pun berjanji hal seperti itu tidak akan terulang kembali.

"Ke depannya, JFC akan mempresentasikan kostum yang akan ditampilkan kepada para tokoh di Jember untuk menghindari masalah serupa terjadi," katanya.

Ia mengatakan kegiatan apa saja yang digelar di Jember jangan sampai mengubah tradisi di Jember yang sangat melekat dengan budaya pesantren.

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019