Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyatakan suhu udara di "Kota Pahlawan" itu mengalami penurunan dua derajat Celcius, dari rata-rata 30-31 derajat Celcius pada awal 2010, saat ini menjadi 28-29 derajat Celcius.

"RTH (Ruang Terbuka Hijau) ini terus ditambah, sampai suatu saat nanti, suhu Surabaya bisa mencapai 22 derajat Celcius," kata dia di Surabaya, Rabu.

Dia mengatakan Kota Surabaya saat ini semakin sejuk karena suhunya turun dua persen. Bahkan, tidak jarang kalau pagi, Surabaya berkabut.

Hal itu, lanjut dia, karena pihaknya terus menambah RTH di Kota Surabaya hingga mencapai 30 persen untuk publik.

 Bagi da, target itu sebagai hal yang realistis mengingat Pemkot Surabaya terus memanfaatkan lahan-lahan kosong dan sempadan sungai untuk dijadikan taman.

"Target kami memang 30 persen luas wilayah Surabaya terdiri dari RTH untuk publik, supaya terus turun suhunya," ujar dia.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya Eri Cahyadi memastikan dengan banyaknya RTH yang dibangun setiap tahun, maka secara berangsur-angsur cuaca dan suhu Surabaya semakin turun.

Sebab, kata dia, tanaman itu fungsinya memang untuk menyerap polusi, sehingga polusi udara di Surabaya bisa membaik.

"Apalagi di pinggir jalanan Surabaya, kami sudah lama meletakkan tanaman Sansevieria atau lidah mertua untuk menyerap polutan kendaraan. Ini juga membantu mengurangi polusi di Surabaya," ujar dia.

Di samping itu, kata dia, penyebab polusi itu juga selalu dikontrol dengan uji emisi yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Surabaya.

Bagi yang tidak lulus uji emisi, kata dia, maka tidak akan diberi izin. Begitu pula sebaliknya, jika memenuhi syarat di ambang batas, maka akan diperbolehkan.

"Jadi, setelah lulus emisi, lalu polusi yang tetap ditimbulkan itu 'discover' oleh taman-taman itu, sehingga polutannya tetap bisa dikurangi,” kata dia.
 

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019