Rumah Sakit Royal Surabaya mengedukasi masyarakat bagaimana mendeteksi gangguan tumbuh kembang pada anak sejak dini melalui sebuah seminar, Sabtu.

Spesialis ortopedi, dr Sulis Bayusentono SpOT(K) pada Seminar Tumbuh Kembang Anak "Maximising Your Child’s Growth and Development in the 21st Century" mengatakan pada masa perkembangan, perhatian mengenai tumbuh kembang tulang anak juga patut diperhatikan.

"Salah satu kelainan yang kadang tidak disadari orang tua yaitu kelainan pada tulang," ujarnya.

Kerapkali orangtua, kata Sulis Bayusentono sedikit menyepelekan postur tulang anak ataupun posisi duduk anak yang berdampak pada kesehatan tulang kedepannya.

"Kelainan tumbuh kembang seperti kaki pengkor pada anak biasanya kelihatan, tetapi sendi panggul ini nggak kelihatan," katanya.

Orang tua kadang bingung ke dokter mana, dan ini butuh waktu hingga mendapat spesialis yang tepat menangani masalah tumbuh kembang pada anak.

Dia menjelaskan kelainan tulang bawaan ada yang tampak jelas dari luar, lebih banyak yang tidak kelihatan. Seperti Kasusosteomalacia, kelainan tulangnya bisa merubah struktur tulangnya, atau tulang saling melengket.

Jenis kelainan tulang lainnya mungkin mengenai pembentukan tulang iga, atau tulang belakang yang tidak sempurna sehingga struktur tulang belakang tidak lurus atau yang biasa disebut scoliosis.

"Kasus scoliosis bisa dideteksi memandikan bayi, atau anak, ibu meraba ada bagian tulang yang menonojol di bagian punggung. Kepastian bahwa itu suatu kelainan tulang punggung dipastikan dengan pembuatan foto rontgen," tuturnya.

Apabila scoliosis belum juga terdeteksi, kelainan struktur tulang belakang mungkin baru nampak setelah anak mulai bisa berjalan. Iu terlihat dari posisi berdiri anak tampak tidak sempurna. Atau langkahnya kelihatan timpang bila struktur tulang pinggulnya miring sebelah.

"Cepat atau lambat, scoliosis perlu dikoreksi bila sampai mengganggu organ penting di sekitarnya, khususnya saraf tulang belakang," kata dia.

Penekanan, atau penjepitan saraf tulang belakang bisa terjadi apabila ada bagian tulang belakang yang abnormal bentuknya, maupun akibat adanya gangguan struktur tulang.

"Saya lihat semakin banyak orang tua yang membawa anaknya dengan kasus kaki pengkor baik datang langsung maupun rujukan dokter ke RS Royal meningkat, sebulan dulu satu anak sekarang bisa sebulan tiga kali. Karena penanganannya yang butuh penggantian gibs tiap minggu," tuturnya.

Selain itu, banyak ditemukan kasus tulang belakang melengkung yang tidak diketahui penyebabnya atau skoliosis idiopatik. Hanya saja menurutnya kelainan ini biasanya dihubungkan dengan kebiasaan anak.

"Misalkan kebiasaan anak berjalan dengan kaki jinjit karena belajar jalan pakai baby walker, atau anak jijik dan sering jalan jinjit," kata dia.

Meski begitu, ia menegaskan pemakaian baby walker aman saja karena fungsinya sebagai latihan penguatan otot. Sehingga jika digunakan untuk melatih anak berjalan tentunya tidak sesuai.

"Anak di bawah 18 bulan bisa dilihat kondisi kakinya kelainan atau tidak dan ini harus dikonsultasikan, pada kasus yang berat pakai korset koreksi kaki. Umur 3,5 tahun kalau kakinya masih berbentuk O harus dioperasi," ujarnya.

Sementara itu, dr Lisa Pangemanan SpA(K), spesialis Tumbuh Kembang Anak mengungkapkan pengawasan terhadap tumbuh kembang anak perlu dilakukan sedini mungkin. HaI ini untuk memastikan agar sang buah hati dapat bertumbuh dan berkembang sesuai dengan standar seharusnya.

"Orang tua masih mengalami kesulitan untuk mengetahui bagaimana ukuran perkembangan yang seharusnya. Terutama di masa kini, dimana banyak informasi yang salah dan tidak tepat dapat tersebar dengan mudahnya melalui media sosial maupun internet," ujarnya.

Menurut Lisa, orang tua harus mampu memilah dan mencari informasi yang tepat untuk mengawasi pertumbuhan dan perkembangan buah hati mereka. Karena kesalahan pengawasan tumbuh kembang anak yang tidak disadari dapat berdampak untuk masa depan mereka. (*)

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019