Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mendorong pengembangan communal branding untuk membantu pelaku usaha kecil menengah dan industri kecil menengah di wilayahnya agar mampu menembus pasar ekspor.
"Konsepnya membuat satu merek atau aliansi yang bisa dimanfaatkan oleh banyak pelaku UKM dan IKM untuk memasarkan produk," ujarnya saat menghadiri Business Matching Indonesia-Jepang Ekspor Produk Unggulan Jawa Timur di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jatim di Surabaya, Selasa.
Menurut dia, untuk membuat satu produk kecil yang menembus pasar luas mancanegara tidak mudah dan risikonya besar, sehingga dengan konsep communal branding bisa bergabung melalui satu pintu,
Dalam konsep ini, kata Emil, pemerintah hadir dengan membantu membuka pintu atau jalur, termasuk memilih siapa pelaku IKM dan UKM yang produknya memenuhi kualitas dengan memakai merek tersebut.
"Tentunya harus ada standardisasi kualitas untuk meningkatkan ekspor," ucap orang nomor dua di Pemprov Jatim tersebut.
Emil lantas bercerita tentang konsep tersebut yang telah dilakukan di Kabupaten Trenggalek saat dirinya menjabat bupati, yakni para perajin batik dikumpulkan melalui communal branding dengan merek "Terang Galih", yang mereknya sudah didaftarkan dan produknya dipasarkan hingga pusat perbelanjaan Sarinah di Jakarta.
Ia meyakini akan mempermudah produk-produk UKM dan IKM menembus pasar ekspor mancanegara, salah satunya Jepang yang merupakan negara potensial dan pasar dolar dengan pertumbuhan ekonomi sangat baik.
Tantangannya, lanjut dia, Jepang menerapkan kualitas sangat tinggi, sehingga jika ingin menembus pasar Jepang harus mempertahankan kualitas produk.
Karena itulah, Emil Dardak mengapresiasi langkah Bank Indonesia yang memberikan pelatihan serta pembinaan agar pelaku IKM di Jatim bisa memiliki produk berkualitas dan mampu menembus pasar ekspor.
Sementara itu, Kepala Perwakilan BI Provinsi Jatim Difi A. Johansyah mengatakan pelatihan ekspor Indonesia-Jepang ini merupakan bukti komitmen kuat BI untuk membawa UMKM tidak hanya juara domestik, tapi juga mancanegara.
Menurut ia, tugas BI adalah mengoneksikan satu pihak dengan yang lain sehingga tercipta satu sinergi.
"Tahun lalu dengan Malaysia dan hasilnya beberapa pengusaha mampu menembus pasar Malaysia. Tahun ini dimulai Jepang dan ke depan akan dikembangkan ke negara lain, seperti China dan India," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Konsepnya membuat satu merek atau aliansi yang bisa dimanfaatkan oleh banyak pelaku UKM dan IKM untuk memasarkan produk," ujarnya saat menghadiri Business Matching Indonesia-Jepang Ekspor Produk Unggulan Jawa Timur di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jatim di Surabaya, Selasa.
Menurut dia, untuk membuat satu produk kecil yang menembus pasar luas mancanegara tidak mudah dan risikonya besar, sehingga dengan konsep communal branding bisa bergabung melalui satu pintu,
Dalam konsep ini, kata Emil, pemerintah hadir dengan membantu membuka pintu atau jalur, termasuk memilih siapa pelaku IKM dan UKM yang produknya memenuhi kualitas dengan memakai merek tersebut.
"Tentunya harus ada standardisasi kualitas untuk meningkatkan ekspor," ucap orang nomor dua di Pemprov Jatim tersebut.
Emil lantas bercerita tentang konsep tersebut yang telah dilakukan di Kabupaten Trenggalek saat dirinya menjabat bupati, yakni para perajin batik dikumpulkan melalui communal branding dengan merek "Terang Galih", yang mereknya sudah didaftarkan dan produknya dipasarkan hingga pusat perbelanjaan Sarinah di Jakarta.
Ia meyakini akan mempermudah produk-produk UKM dan IKM menembus pasar ekspor mancanegara, salah satunya Jepang yang merupakan negara potensial dan pasar dolar dengan pertumbuhan ekonomi sangat baik.
Tantangannya, lanjut dia, Jepang menerapkan kualitas sangat tinggi, sehingga jika ingin menembus pasar Jepang harus mempertahankan kualitas produk.
Karena itulah, Emil Dardak mengapresiasi langkah Bank Indonesia yang memberikan pelatihan serta pembinaan agar pelaku IKM di Jatim bisa memiliki produk berkualitas dan mampu menembus pasar ekspor.
Sementara itu, Kepala Perwakilan BI Provinsi Jatim Difi A. Johansyah mengatakan pelatihan ekspor Indonesia-Jepang ini merupakan bukti komitmen kuat BI untuk membawa UMKM tidak hanya juara domestik, tapi juga mancanegara.
Menurut ia, tugas BI adalah mengoneksikan satu pihak dengan yang lain sehingga tercipta satu sinergi.
"Tahun lalu dengan Malaysia dan hasilnya beberapa pengusaha mampu menembus pasar Malaysia. Tahun ini dimulai Jepang dan ke depan akan dikembangkan ke negara lain, seperti China dan India," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019