Terinspirasi perkembangan pariwisata Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Wali Kota Probolinggo Hadi Zaenal Abidin bersama Wakil Walikota HM Soifis Subri berkunjung ke kabupaten berjuluk "The Sunrise of Java" itu.

 Habib Hadi, panggilan akrabnya,  mengatakan Banyuwangi menjadi inspirasinya dalam mengembangkan Kota Probolinggo.

"Sebenarnya, saya juga ingin meniru semangat Pak Anas dalam membangun daerahnya. Bagaimana beliau bersama-sama OPD mengembangkan daerahnya, dan 'sharing' ini akan jadi bekal saya untuk untuk mengembangkan Kota Probolinggo," katanya.

Menurut ia,  kunjungan kerja ke Banyuwangi dengan mengajak puluhan jurnalis wilayah Probolinggo, tidak lain ingin Kota Probolinggo bisa lebih berkembang setelah "sharing" dengan Banyuwangi.

Ia menjelaskan bahwa pihaknya ingin mengembangkan Kota Probolinggo sebagai daerah penyangga pariwisata Bromo. Dan oleh karena itu, dirinya merasa perlu datang ke Banyuwangi untuk menimba praktek pengembangan pariwisata daerah.

"Kami ingin agar Kota Probolinggo bisa mendapatkan manfaat dari pengembangan wisata Bromo. Kami belajar ke sini bagaimana mengembangkan pariwisata, seperti Desa Kemiren yang berada di kaki Gunung Ijen. di mana desa adat ini bisa berkembang pesat karena imbas berkembangnya wisata Kawah Ijen," tutur Habib Hadi.

Selama di Banyuwangi, Walikota Probolinggo bersama rombongan menyempatkan diri mengunjungi Sanggar Genjah Arum di Desa Adat Kemiren, Kecamatan Glagah.

Mereka menikmati atraksi proses penyeduhan kopi yang benar, hingga menyaksikan Tari Gandrung dan pertunjukan musik tradisional Desa Kemiren lewat alunan alu yang dipukulkan pada lesung.

"Kami juga mengajak puluhan jurnalis ke Banyuwangi, sebagai bahan bagaimana media menjadi unsur penting dalam mengembangkan daerah, terutamanya dari pemberitaan yang media buat," ujarnya.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas pun berbagi sejumlah kiat dan berbagi pengalaman dalam mengembangkan pariwisata.

Menurut Bupati Anas, mengembangkan pariwisata itu harus melibatkan banyak pihak, terutama masyarakat lokal.

"Pariwisata itu termasuk 'high risk', sekali yang kita promosikan tidak sesuai dengan faktanya, maka kita akan 'dihukum' di sosial media. Untuk itu pengembangan pariwisata harus detail dan mengajak masyarakat setempat dan sehingga lebih mudah menggerakkan warga untuk bersikap ramah kepada wisatawan jika mereka dilibatkan," katanya. (*)

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019